Oni Sahroni | Daan Yahya | Republika

Cahaya Ramadhan

Fikih Milenial: Agar WFH Tetap Amanah

Banyak dinamika ketika melakukan WFH.

Diasuh oleh Ustaz Dr ONI SAHRONI MA

 

Akibat tuntutan physical distancing, perusahaan membuat kebijakan work from home (WFH) untuk sebagian karyawannya. Sesungguhnya pegawai yang WFH atau work from office (WFO) itu mendapatkan kebaikan selama menunaikan tugasnya. Sebagaimana firman Allah SWT, "...Allah menjanjikan kepada masing-masing mereka (balasan) yang lebih baik." (QS al-Hadid: 10).

Mereka yang WFH memiliki tuntunan, yaitu hadis Rasulullah SAW, "Tidak seorang pun yang ketika terinfeksi tahun lalu berdiam diri dalam rumah dengan penuh kesabaran dan pengharapan ridha Allah dan dia yakin bahwa apa yang menimpanya itu telah menjadi ketetapan Allah untuknya, maka dia dijamin berhak mendapatkan setara dengan pahala orang yang syahid." (HR Ahmad).

Ibnu Hajar menjelaskan, "Teks hadis ini menjelaskan bahwa yang memenuhi kriteria tersebut (orang yang sabar, tawakal, dan berikhtiar untuk menjaga kesehatan) itu mendapatkan pahala syahid, walaupun tidak meninggal." (Fathul Bari 10/194). Maka jika yang WFH menunaikan tugasnya dengan sabar dan profesional, sudah sesuai tuntunan hadis di atas.

Sementara, karyawan yang WFO (work from office) tidak hanya beribadah untuk menunaikan kewajibannya sebagai karyawan profesional, tetapi menjadi dedikasi karena pilihan bekerja di kantor itu lebih berisiko daripada WFH. Sebagaimana kaidah, "Kompensasi sesuai dengan tingkat kesulitan."

Mungkin banyak dinamika bagi yang WFH. Oleh karena itu, ada beberapa hal yang harus dilakukan agar amanah, yakni pertama, jelas tugasnya. Apa saja tugas yang ditunaikan di rumah dan seperti apa perencanaannya, agar bisa dikerjakan dengan tuntas. Kedua, rumah menjadi tempat yang nyaman untuk bekerja dengan mengondisikan tempat dan suasana bekerja di rumah agar nyaman melakukan tugas-tugas sebagai karyawan perusahaan.

 
Jika Ramadhan ini adalah bulan dedikasi, salah satu jihad karyawan adalah survive di tengah keterbatasan.
 
 

Ketiga, mengondisikan keluarga bagi yang berkeluarga, seperti istri dan anak-anak, terlebih saat pandemi Covid-19 ini, di mana anak-anak diliburkan dari kegiatan sekolah, pesantren, perkuliahan, dan semuanya tinggal di rumah melakukan aktivitas harian. Terlebih, jika istri atau saudara di rumah juga ikut bekerja atau berdedikasi sosial sehingga mengondisikan mereka dan berbagi waktu bersama mereka menjadi keniscayaan.

Keempat, disiplin waktu. Dari sisi pekerjaan, baik WFH maupun WFO memiliki tuntutan, kapan mulai bekerja, kapan berakhir. Oleh karena itu, karyawan harus semaksimal mungkin menunaikan tugas dengan optimal. Kelima, totalitas dan survive di tengah keterbatasan. Jika bekerja di kantor dalam suasana normal tentu lebih mendukung untuk menunaikan tugas. Namun, bagi yang bekerja di rumah, akan memiliki tantangan tersendiri, seperti bekerja di tengah keluarga, anak-anak, dan kendala teknis lainnya.

Jika Ramadhan ini adalah bulan dedikasi, salah satu jihad karyawan adalah survive di tengah keterbatasan. Sebagaimana firman Allah SWT, "Dan orang-orang yang berjihad untuk Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami." (QS al-'Ankabut: 69).

 

Berikut penjelasan lengkap Ustaz Oni Sahroni.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Mutiara Ramadhan

Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896

HIKMAH RAMADHAN

Image

Memahami Makna Ramadhan

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Oleh

Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.