Investasi ke BUMN | Abdan Syakura

Ekonomi

Di Tengah Pandemi Korona, Investasi Masih Tumbuh

Pertumbuhan investasi bisa dikejar untuk menutupi minimnya investasi pada kuartal kedua.

 

JAKARTA -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mengumumkan, realisasi investasi pada kuartal I 2020 mencapai Rp 210,7 triliun. Jumlah tersebut naik 8 persen dibandingkan periode sama tahun lalu yang hanya Rp 195,1 triliun.

Kepala BKPM Bahlil Lahadalia menyatakan, kenaikan itu didorong oleh realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang melonjak 29,3 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Angka itu mengompensasi penurunan realisasi penanaman modal asing (PMA) sebesar 9,2 persen (year on year/yoy). Secara keseluruhan, nilai realisasi investasi pada tiga bulan pertama 2020 sudah mencapai 23,8 persen dari target investasi tahun ini yang sebesar Rp 886,1 triliun. "Kuartal I tahun ini cukup berat karena adanya wabah Covid-19, tapi alhamdulillah tidak meleset dari target," ujarnya dalam telekonferensi, Senin (20/4).

 
Kuartal I tahun ini cukup berat karena adanya wabah Covid-19, tapi alhamdulillah tidak meleset dari target
BAHLIL LAHADALIA, Kepala BKPM
 

Bahlil tidak memungkiri penyebaran virus korona baru berdampak terhadap realisasi investasi di dalam negeri. BKPM pun telah membuat tiga simulasi pencapaian investasi pada 2020 mulai dari skenario pesimistis hingga optimistis.

Bahlil menjelaskan, dalam skenario optimistis, realisasi investasi tetap akan mencapai target 2020. Untuk skenario moderat, realisasi investasi diturunkan menjadi Rp 885 triliun mengingat kuartal II 2020 akan terjadi penurunan investasi signifikan. "Sedangkan simulasi pesimistis berarti minimal kita bisa raih Rp 817 triliun," tutur dia.

Bahlil berharap wabah Covid-19 sudah selesai pada Mei mendatang. Menurut dia, apabila wabah tersebut masih bertahan lebih lama, realisasi investasi akan kembali dikoreksi di bawah skenario pesimistis.

"Jika korona berakhir Mei, saya ada perhitungan, dengan realisasi investasi Rp 210,7 triliun pada kuartal I, maka pertumbuhan ekonomi nasional bisa mencapai 4,7 persen. Realisasi investasi pada kuartal II kami hitung akan sedikit sekali, tidak akan lebih dari Rp 150 triliun," katanya.

Meski begitu, kata dia, pada semester II mendatang, pertumbuhan investasi bisa dikejar untuk menutupi minimnya investasi pada kuartal II.

photo
Perkembangan Investasi - (BKPM/diolah Republika)

Sementara itu, total penyerapan tenaga kerja juga mengalami peningkatan pada kuartal I 2020, yakni sebanyak 303.085 pekerja. Penyerapan tenaga kerja pada kuartal I tahun lalu sebanyak 235.401 pekerja.

"Tentunya ini kabar baik, lebih banyak tenaga kerja terserap tahun ini. Kami juga meminta komitmen perusahaan untuk tidak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) kepada karyawannya di tengah kondisi pandemi Covid-19. Ini penting demi menjaga perekonomian bangsa saat ini," ujar Bahlil.

Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan memproyeksikan, tingkat pengangguran Indonesia bisa mencapai 5 juta orang apabila pandemi Covid-19 tidak tertangani dengan baik. Kepala BKF Kemenkeu Febrio Kacaribu menjelaskan, prediksi tersebut masuk dalam skenario sangat berat.
 
Tingkat pengangguran Indonesia bisa mencapai 5 juta orang apabila pandemi Covid-19 tidak tertangani dengan baik.
FEBRIO KACARIBU, Kepala BKF Kemenkeu
 

Dalam skenario itu, pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang 2020 terkontraksi hingga 0,4 persen. "Ini berusaha kita contain," ujarnya dalam Macroeconomic Talkshow melalui telekonferensi.

 

Dalam skenario yang lebih moderat atau digambarkan Febrio sebagai skenario berat, pemerintah memproyeksikan jumlah pengangguran mencapai angka 2,3 juta orang. Untuk skenario ini, ekonomi Indonesia diprediksi tetap tumbuh positif 2,3 persen.

Febrio mengatakan, proyeksi tersebut sudah berdasarkan hasil simulasi yang dilakukan BKF Kemenkeu di tengah tekanan ekonomi akibat pandemi Covid-19. "Memang tidak menyenangkan angkanya," kata mantan kepala Kajian Makro LPEM Universitas Indonesia tersebut.

Untuk menekan angka pengangguran, Febrio mengatakan, dibutuhkan sinergi dan berbagi beban antarkementerian/lembaga. Hal itu tidak hanya di pemerintah, tapi juga otoritas lain, seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan perbankan.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat