Jalan Jalan Suryakencana, Bogor.suryakencana, Bogor. | Republika/Adhi Wicaksono

Safari

Selaksa Sejarah Suryakencana

Makanan di wilayah ini berharga cukup miring dengan rasa yang tak kalah saing.

Puluhan gerobak makanan berderet rapi sepanjang jalan. Tenda-tenda mulai didirikan para pedagang di pelataran trotoarnya. Ada juga sebagian sibuk menata meja untuk bakal tamunya. Sebagian lainnya, sudah terlihat santai lantaran warung makannya sudah buka sedari siang. Sore itu, Waktu masih menunjukkan dua jam menuju waktu berbuka puasa.

Gambaran itu tersaji di salah satu pusat keramaian di kota Bogor. Gerobak makanan yang sepanjang jalan berderet, menandakan kawasan ini memang pusat jajanan dan makanan. Ya, jika ingin menengok kawasan kuliner favorit di Kota Hujan, tentu warga Bogor menyebut Jalan Suryakencana adalah surganya. Aneka jajanan mulai dari khas Bogor, jajanan tradisional, hingga menu adopsi dari daratan Cina tumplek jadi satu di sepanjang jalan yang pada zaman kolonial bernama Jalan Pos ini.

Suryakencana adalah sebuah nama jalan di Kota Bogor, Jawa Barat. Posisinya segaris lurus dengan gerbang Utama Kebun Raya Bogor di Jalan Ir H Juanda. Suryakencana adalah jalan satu arah sepanjang 1,3 kilometer sebagai terusan Jalan Siliwangi yang kemudian menyambung dengan daerah Sukasari di wilayah Bogor bagian selatan. Surken, warga Bogor, akrab menyebut nama kawasan ini. Di sini juga terdapat pasar tradisional Bogor yang telah bergeliat sejak awal abad ke-18.

photo
Pasar Suryakencana Bogor. - (Republika/Adhi Wicaksono)


Turun temurun

Di sepanjang Jalan Suryakencana, ada puluhan pedagang berjejer di ruas yang sebagian bahu jalannya diperuntukkan untuk parkir mobil para pengunjung. Aneka rupa makanan tersaji, semisal bubur ayam, laksa, asinan, dodongkal, loh mie, ngohiang, bakso, soto, dan masih banyak lainnya. Mayoritas para pedagang makanan di sini membangun kedai makanannya hanya dengan memarkir gerobak makanan dan membangun tenda seadanya. Meski sebagian pedagang lain menempati kios yang sejak dulu ada, warung tenda tetap tak kalah pamor.

Satu lagi yang jangan diherankan jika mampir ke kawasan ini. Tiap pedagang makanan di Suryakencana memiliki nama warung yang berbeda dengan nama pemiliknya. Satu contoh, ada saja warung soto "Pak Syaiful" yang ternyata kini dikelola Pak Ibrahim. Ada pula Laksa Bogor "Pak Yamin" yang ternyata kini dimiliki Pak Ujang. Fenomena unik lantas mengungkap fakta menarik. Para pedagang di sini, merupakan pewaris para orang tuanya yang ternyata menjadi aktor mulai bergeliatnya kuliner di Suryakencana sejak 1930-an.

Sebenarnya, Bogor memiliki banyak titik untuk dijadikan lokasi ngabuburit dan berjelajah penganan menarik. Meski begitu, keakraban Suryakencana di hati masyarakat Bogor dan sekitarnya lantaran makanan di sini berharga cukup miring dengan rasa yang tak kalah saing. Satu lagi yang menjadi keunggulan, Suryakencana bisa dijadikan liburan yang sarat dengan nilai sejarah. Sebab, di kawasan inilah salah satu perkampungan tertua di Bogor pernah berdiri.

photo
minuman Es Pala dan Es Mangga Mang Ujang, Suryakencana Bogor. - (Republika/Adhi Wicaksono)

Cukup naik angkutan umum 02 jurusan Bubulak-Sukasari dari Stasiun Bogor. Jika dari Terminal Baranangsiang, menuju Suryakencana perlu dua kali menaiki angkutan umum. Dari terminal yang diambil dari nama Baranang Sang Hyang itu, naik lebih dulu angkot 03 jurusan Baranangsiang-Bubulak. Turun di depan pertigaan Tugu Kujang, kemudian menyambung lagi dengan angkutan kota 02 menuju Jalan Suryakencana.


Sepotong Jalan Daendels

Jalan Suryakencana bukan lokasi yang baru sebagai pusat kuliner di Kota Bogor. Seperti disinggung sebelumnya, para pedagang di sini mayoritas merupakan para pewaris para pendahulunya. Bahkan, jauh sebelum itu, Suryakencana merupakan saksi sejarah tentang sisa-sisa aktivitas niaga pada zaman kolonial Belanda.

Dari Eman Sulaeman, sejarawan Bogor, Jalan Suryakencana merupakan salah satu dari sepotong Jalan Raya Pos (Postweg), buah karya tangan besi Gubernur Jenderal Daendels pada 1808. Jalan Raya Pos merupakan proyek terbesar Hindia Belanda dengan membangun jalan dari Anyer hingga Panarukan sepanjang 1.100 kilometer. Jalan Raya Pos yang saat ini menjadi Suryakencana dulunya juga merupakan jalur perniagaan yang menghubungkan Bogor dengan Sukabumi.

photo
Jalan Suryakencana Bogor. - (Republika/Adhi Wicaksono)

"Belanda menempatkan jalan ini sebagai urat nadi perekonomian," kata Eman ketika ditemui di Gedung Kebudayaan Bogor di Jalan Kapten Muslihat.

Jalan Suryakencana, tambah Eman, memang diperuntukkan bagi etnis Tionghoa. Sebab, tambah Eman, Tionghoa saat itu mayoritas berprofesi sebagai pedagang. Perkembangan warga Cina di Suryakencana pun tumbuh pesat dengan budaya kerja keras yang mereka bawa dari tanah kelahiran. Satu dekade setelah itu, para Tionghoa menjadi makelar hasil rempah-rempah warga pribumi dengan para pengusaha Belanda di sekitaran Bogor.

Eman menambahkan, nama Suryakencana sesungguhnya baru diresmikan Pemerintah Kota Bogor pada kisaran 1970-an. Sebelum nama sekarang disandang, jalur ini masih bernama Jalan Perniagaan. Bahkan sebelumnya lagi, pada 1905, kawasan ini dikenal dengan nama Handel Straat, sebuah nama yang diberikan pemerintah Hindia Belanda pada 1905.

"Suryakencana diambil dari nama putra Pangeran Arya Wiratanudatar (Prabu Siliwangi), Pangeran Raden Suryakencana," kata Eman menambahkan.

Disadur dari Harian Republika edisi 4 Agustus 2013 dengan reportase Angga Indrawan dan foto-foto Adhi Wicaksono

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat