
Internasional
Selamat Jalan Dr Marwan Al-Sultan
Direktur RS Indonesia itu dibunuh Israel dengan bom ke rumahnya.
GAZA – Dr Marwan al-Sultan, direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza syahid dibunuh Israel dalam serangan pada Rabu. Pembunuhannya menambah daftar panjang kejahatan Israel terhadap tenaga medis di Gaza.
Lubna al-Sultan, putri dr Marwan, menuturkan bahwa sejak agresi Israel mereka menyewa apartemen di Bundaran 17 di Jalan Rashid, sebelah barat Kota Gaza. Mereka terpaksa meninggalkan rumah mereka di Jabaliya. "Kami pikir kami akan selamat di sana," kata dia dalam video yang dilansir the Associated Press.
"Tiba-tiba saja misil dari pesawat F-16 Israel menimpa ruangan tempatnya berada," kata Lubna. Menurutnya, seantero apartemen tak terkena bom, hanya ruangan tempat dr Marwan berada saja yang disasar.
Ia syahid seketika akibat bom tersebut. Demikian juga istri dr Marwan, Thikra Namar al-Sultan; putri mereka Lamis Marwan al-Sultan; dan saudari dr Marwan, Amina Umar al-Sultan.
Menurut Lubna, suaminya, Muhammad Imad al-Sultan juga terkena serangan tersebut. "Dia baru saja dibebaskan dalam pertukaran tahanan yang lalu," kata dia. "Orang-orang bilang ia terluka,namun saya belum berhasil menemukannya.”
Dr Marwan juga dikisahkan berjuang tanpa lelah mengurusi pasiennya, membangun pusat kesehatan untuk merawat mereka yang terluka. "Ia tak terkait dengan pergerakan apapun, ia hanya peduli dengan pasien-pasiennya," Lubna melanjutkan.
Sepanjang agresi ini, ia tetap teguh dan penuh tekad, bekerja di RS Indonesia sembari juga mengurusi pasien di rumah sakit lain. "Ia tetap tinggal hingga detik-detik terakhir." "Mengapa mereka yang harus terbunuh? Coba seseorang jawab pertanyaan saya, apa yang mereka lakukan?" Lubna menekankan bahwa yang dikerjakan ayahnya adalah misi kemanusiaan. " Ia tak sekalipun melepaskan tembakan atau bertempur."
Kesyahidan dr Marwan menambah bencana terhadap sistem layanan kesehatan yang sudah hancur di Gaza. Dr Marwan adalah seorang ahli jantung terkenal dan sangat berpengalaman. Ia adalah petugas kesehatan ke-70 yang terbunuh oleh serangan Israel dalam 50 hari terakhir, menurut Healthcare Workers Watch (HWW), sebuah organisasi medis Palestina.
“Pembunuhan Dr Marwan al-Sultan oleh militer Israel merupakan kerugian besar bagi Gaza dan seluruh komunitas medis, dan akan berdampak buruk pada sistem layanan kesehatan Gaza,” kata Muath Alser, direktur HWW, dilansir the Guardian.

"Ini adalah bagian dari penargetan kejam yang lebih lama dan sistematis terhadap petugas layanan kesehatan yang mendapat sanksi impunitas. Ini adalah hilangnya nyawa secara tragis, namun juga merupakan hilangnya keahlian dan perawatan medis yang mereka miliki selama berpuluh-puluh tahun di saat situasi yang dihadapi warga sipil Palestina berada dalam kondisi bencana yang tak terbayangkan," tambah Alser.
"Kami sangat terkejut dan berduka. Dia tidak bisa digantikan," kata Dr Mohammed Abu Selmia, direktur rumah sakit al-Shifa di Gaza. "Dia adalah seorang ilmuwan terkemuka dan salah satu dari dua ahli jantung yang tersisa di Gaza. Ribuan pasien jantung akan menderita akibat pembunuhannya. Satu-satunya kesalahannya adalah dia adalah seorang dokter. Kami tidak punya pilihan selain tetap tabah, tapi rasa kehilangan sangat menyedihkan."
Awal bulan ini, dr Marwan al-Sultan berbicara kepada Guardian tentang situasi kritis yang dia dan staf lain di Rumah Sakit Indonesia hadapi ketika mereka berjuang untuk mengatasi jumlah korban sipil setelah meningkatnya serangan Israel pada bulan Mei.
Di antara petugas kesehatan yang terbunuh dalam 50 hari terakhir adalah tiga dokter lainnya, kepala perawat di Rumah Sakit Indonesia dan rumah sakit anak-anak al-Nasser, salah satu bidan paling senior di Gaza, seorang teknisi radiologi senior, dan puluhan lulusan kedokteran muda serta perawat peserta pelatihan.

Pada 6 Juni, hari pertama Idul Fitri, sembilan petugas kesehatan syahid dalam satu hari dalam serangan udara di utara Gaza, tempat mereka berlindung bersama keluarga mereka, menurut HWW.
Fares Afana, yang memimpin layanan ambulans di Gaza utara, kehilangan putranya pada bulan Juni. Bara’a, yang juga bekerja sebagai paramedis, berada di sebuah blok apartemen di lingkungan al-Tuffah Kota Gaza pada 9 Juni merawat orang-orang yang terluka dalam serangan udara Israel ketika gedung tersebut dihantam untuk kedua kalinya oleh artileri Israel, menewaskan semua orang di dalamnya.
Jumlah total petugas kesehatan yang tewas dalam serangan militer sejak perang dimulai pada Oktober 2023 kini melebihi 1.400 orang menurut angka PBB.
Insecurity Insight, sebuah LSM data konflik, mengatakan pihaknya telah memverifikasi kematian ratusan petugas kesehatan yang terbunuh di dalam fasilitas kesehatan, ketika mencoba menjangkau warga sipil yang terluka, oleh tembakan penembak jitu Israel, ketika bepergian dengan ambulans, saat mengevakuasi pasien, di pos pemeriksaan dan di dalam sekolah dan kamp pengungsi yang digunakan sebagai tempat penampungan sementara sejak Oktober 2023.
Dipercayai bahwa ratusan petugas kesehatan dari Gaza masih berada dalam tahanan Israel, di mana mereka dilaporkan disiksa, dipukuli dan ditahan tanpa tuduhan. Medglobal, sebuah LSM medis yang berbasis di AS yang menyediakan layanan dan perawatan medis di Gaza, yakin lebih dari 300 staf medis berada di penjara Israel, di antaranya adalah dokter senior termasuk Dr Hussam Abu Safiya, direktur rumah sakit Kamal Adwan yang ditahan sejak Desember 2024.

Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia menyatakan telah menerima kabar duka atas meninggalnya kolega MER-C yang terhormat, dr Marwan al-Sultan. "Marwan Al Sultan bersama dengan istri dan anak-anaknya, terbunuh dalam serangan udara langsung ke tempat tinggal sementara mereka di Gaza Utara," kata Ketua Presidium MER-C, dr Hadiki Habib dalam siaran pers yang diterima Republika, Kamis (3/7/2025)
Sejak dimulainya genosida Gaza 2023, Marwan al-Sultan tanpa henti memimpin RS Indonesia dalam situasi yang sulit, menyediakan layanan medis penting bagi rakyat Palestina meskipun ada ancaman serangan udara Israel dan keterbatasan sumber daya yang parah.
Setelah blokade rumah sakit pada Desember 2024, yang memaksanya keluar dari fasilitas tersebut, Marwan al-Sultan tetap berada di Gaza Utara dan kembali beroperasi secara reaktif selama gencatan senjata Januari 2025.
Dikenal karena keterbukaan dan semangat kerja samanya, Marwan al-Sultan bekerja sama dengan berbagai tim kemanusiaan internasional yang bertugas di Gaza Utara, termasuk dari Inggris, Prancis, Belanda, Belgia, Spanyol, Kanada, dan Maroko. Di bawah kepemimpinannya, RS Indonesia menjadi pusat layanan kesehatan yang vital, bukan target militer seperti yang dituduhkan oleh narasi-narasi Israel.

Antara Januari dan Maret 2025, tim EMT MER-C Indonesia berkolaborasi langsung dengan Marwan al-Sultan dalam menghidupkan kembali layanan darurat dan memulihkan operasi rumah sakit secara penuh. Marwan Al Sultan dikenal karena keterusterangannya, spontanitasnya, dan kepemimpinannya yang tegas sifat-sifat yang membentuk pertemuan manajemen rumah sakit setiap hari, sering kali diisi dengan perdebatan yang ketat dan selalu diakhiri dengan persahabatan sambil minum kopi dan makan bersama.
MER-C Indonesia menegaskan, pembunuhan dr Marwan al-Sultan dan keluarganya merupakan pelanggaran mencolok terhadap prinsip-prinsip kemanusiaan dan tindakan ketidakadilan yang harus dimintai pertanggungjawaban. "Ini adalah hari berkabung bagi seluruh umat manusia. Kami menolak untuk tinggal diam," ujar Presidium MER-C Indonesia.
Pemerintah RI juga menyampaikan belasungkawa atas wafatnya dokter Marwan al-Sultan. "Indonesia turut berduka atas wafatnya dr. Marwan Al Sultan, Direktur RS Indonesia di Gaza, beserta keluarganya pada tanggal 2 Juli 2025 dan mengutuk serangan Israel tersebut," kata Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI lewat akun X resminya, Kamis (3/7/2025).
Kemlu RI mengapresiasi jasa, komitmen, dan perjuangan dr Marwan bagi kemanusiaan dan bagi perdamaian di Palestina. Saat ini Kemlu RI terus memantau perkembangan RS Indonesia di Gaza.
"Indonesia kembali menyerukan dihentikannya kekejaman Israel dan dilakukannya gencatan senjata segera di Palestina," kata Kemlu RI. Dr Marwan dilaporkan syahid bersama istri dan kedua anaknya. Kediaman mereka yang berlokasi di daerah Tal al-Hawa menjadi sasaran serangan udara Israel pada Rabu kemarin.
RS Indonesia, tempat dr Marwan bekerja, berlokasi di Beit Lahiya. RS yang berdiri di atas lahan seluas 16 ribu meter persegi itu dibangun menggunakan donasi masyarakat Indonesia. Penghimpunan dana dilakukan organisasi kemanusiaan Indonesia, MER-C. Proses pembangunan RS Indonesia dimulai pada 2011. RS tersebut diresmikan Wakil Presiden Jusuf Kalla pada Januari 2016. Dalam konflik yang saat ini berlangsung di Gaza, militer Israel telah berulang kali melancarkan serangan ke RS Indonesia. Hal itu menyebabkan infrastruktur RS mengalami kerusakan cukup parah.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Tarik Ulur Gencatan Senjata Gaza
Donald Trump mengumumkan Israel sepakat gencatan senjata 60 hari.
SELENGKAPNYAPBB Ungkap kelindan BlackRock dengan Genosida di Gaza
Puluhan perusahaan disebut meraup untung dari penjajahan oleh Israel.
SELENGKAPNYALagi dan Lagi Warga Gaza Dibunuh di Pusat Bantuan
Lebih dari 500 orang telah syahid dibunuh Israel di pusat bantuan.
SELENGKAPNYA