Jamaah calon haji Indonesia berdoa saat melakukan Sai sebagai rangkaian umrah wajib di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Sabtu (10/5/2025). Sebanyak 2.800 calon haji dari tujuh kloter yang merupakan gelombang pertama pendorongan dari Madinah tiba di Makkah dan selanjutnya melaksanakan umrah wajib. | Teguh Firmansyah/Republika

Khazanah

Jamaah Haji RI Terdampak Kebijakan Syarikah

Walau satu kloter, mereka bisa jadi berbeda penginapan saat berada di Makkah.

Laporan Jurnalis Republika, Teguh Firmansyah, dari Makkah, Arab Saudi

Sejak tahun 2023, otoritas Haji Arab Saudi mulai mengenalkan konsep syarikah. Tujuannya menyediakan layanan kepada jamaah haji secara lebih profesional, mulai dari kedatangan hingga kepulangan mereka. Terlebih lagi, pelaksananya adalah murni swasta (bahasa Arab syarikah: perseroan terbatas).

Syarikah adalah perusahaan swasta yang mendapatkan izin resmi dari Pemerintah Kerajaan Arab Saudi untuk melayani jamaah haji. Sebelum adanya konsep syarikah, layanan bagi jamaah haji--khususnya selama mereka di Arafah, Muzdalifah dan Mina (Armuzna)--disediakan oleh muassasah, yakni lembaga nonswasta utuh atau seperti badan usaha milik daerah (BUMD) setempat.

Selama di Armuzna, syarikah secara langsung melayani jamaah haji. Adapun ketika para tamu Allah berada di Makkah dan Madinah, segala urusan semisal penyediaan penginapan, transportasi dan konsumsi menjadi tanggung jawab operator sebagai mitra kerja, bukan langsung syarikah.

Pada tahu 2024 lalu, ada satu syarikah yang melayani jamaah haji RI. Berbeda dengan itu, pada tahun 1446 H/2025 M ada delapan syarikah yang melayani jamaah haji asal Indonesia. Kehadiran delapan syarikah itu bertujuan memaksimalkan pelayanan haji sehingga jamaah RI bisa lebih nyaman dalam beribadah di Tanah Suci.

Namun, kehadiran delapan syarikah ini belakangan memicu polemik terkait dengan koordinasi dan komunikasi yang belum lancar. Di antara persoalan itu adalah pembagian penginapan berdasarkan syarikah. Dampaknya, jamaah haji RI yang berada di satu kloter ketika tiba di Madinah, bisa berbeda penginapan saat berada di Makkah.

"Idealnya memang satu kloter itu ditangani oleh satu syarikah penyedia layanan," ujar Ketua Panitia Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi, Muchlis Hanafi, dalam jumpa pers pada Senin (12/5/2025).

photo
Calon haji Indonesia kloter JKG 01 dari Madinah tiba di Hotel Al Ghader, Syisyah, Makkah, Arab Saudi, Sabtu (10/5/2025). Sebanyak 2.800 calon haji dari tujuh kloter yang merupakan gelombang pertama pendorongan dari Madinah tiba di Makkah dan selanjutnya ditempatkan di 20 hotel di kawasan Makkah. - (Teguh Firmansyah/Republika)

Ia mengakui, ada sejumlah dinamika teknis menjelang keberangkatan, seperti keterlambatan visa, perubahan manifes keberangkatan, serta sinkronisasi data penerbangan. Alhasil, ada beberapa kelompok terbang (kloter) dengan jamaah yang berasal lebih dari satu syarikah.

"Ini tidak bisa dihindari," katanya.

Menurut Muchlis, saat jamaah gelombang pertama tiba di Madinah sejak 2 Mei 2025, penempatan hotel dilakukan berdasarkan susunan kloter yang berisi campuran jamaah dari beberapa syarikah.

"Jadi, sesuai dengan kedatangan mereka dari Indonesia, itu di Madinah. Jadi pendekatannya kalau di Madinah itu bukan pengelompokan berdasarkan syarikah," ucap dia.

Pulang tetap bersama kloter

Bagaimanapun, Muchlis memastikan bahwa kepulangan seluruh jamaah haji RI akan tetap menggunakan format kloter, sebagaimana saat kedatangan mereka di Arab Saudi. Dengan demikian, jamaah haji yang berbeda penginapan saat di Makkah akan dikumpulkan kembali menjelang penerbangan ke Tanah Air.

Skema kepulangan berbasis kloter ini, lanjut dia, penting untuk menjaga integrasi data imigrasi dan manifes. Kemudian, tiket pulang juga sudah disediakan.

"Ini juga penting untuk memastikan kelancaran proses saat check-in, saat penerbangan, dan seterusnya," jelas dia.

ia berharap dengan pengembalian kloter ini akan memberikan kenyamanan kepada jamaah, Terutama mereka yang sejak awal itu berangkat dalam satu rombongan.

"Jadi kalau pulang bareng itu kan secara psikologis mereka bisa lebih nyaman lagi bawa oleh-olehnya pulang bersama-sama, gitu ya. Mudah-mudahan kembali ceria dengan senyumannya," ujarnya.

photo
Jamaah calon haji Indonesia melakukan Tawaf sebagai rangkaian umrah wajib di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Sabtu (10/5/2025). Sebanyak 2.800 calon haji dari tujuh kloter yang merupakan gelombang pertama pendorongan dari Madinah tiba di Makkah dan selanjutnya melaksanakan umrah wajib. - (Teguh Firmansyah/Republika)

Dampak di lapangan

Di lapangan, penerapan format multi-syarikah untuk melayani jamaah haji RI sudah menimbulkan efek. Teranyar, seorang jamaah haji lanjut usia (lansia) atas nama Satinah terpisah dari rombongannya. Satinah saat didampingi Ketua Kloter JKG 8 Kota Tangerang Selatan, Aida Nurlaela berada di Madinah menunggu untuk diberangkatkan ke Makkah.

"Betul ada satu jamaah yang terpisah dan saat ini sedang bersama kami di Hotel Diyar Taiba, Alhamdulillah kondisinya baik-baik saja," kata Aida kepada Republika, Rabu (14/5/2025).

Aida mengatakan, Satinah seharusnya berangkat dengan Kloter JKS 5. Namun, Satinah tidak ada di manifes. Jadi Satinah sekarang ada di Sektor Khusus (Seksus) 5 di Madinah.

Aida menyampaikan dirinya bersama Satinah dan dokter serta perawat dikumpul jadi satu di Seksus 5. Rencananya Satinah akan diberangkatkan bersama Aida oleh Daker Madinah, sementara perawat rencananya akan berangkat ke Makkah hari ini.

Aida sebagai Ketua Kloter JKG 8 Kota Tangerang Selatan mengatakan, jamaah haji dan petugas JKG 8 sejumlah 389 orang sudah berangkat dari Madinah ke Makkah dan saat ini mereka sudah tiba di Makkah. Sementara Aida harus mendampingi Satinah yang terpisah dari rombongan JKS 5 di Madinah.

"Semoga kami segera diberangkatkan bersama. Saya tidak terpisah dengan ibu Satinah, karena beliau jika tidak ada pendamping khawatir terjadi sesuatu yang tidak diinginkan, beliau lansia, gaptek, tidak bisa naik lift," ujar Aida.

Aida menerangkan, jika sesuai syarikah, Satinah harus berangkat sendiri sesuai syarikah. Begitu pula Aida harus berangkat sendiri sesuai syarikah.

"Namun info terakhir atas laporan yang saya buat terkait kondisi ibu Satinah, alhamdulillah kami akan diberangkatkan bersama, namun belum ada jadwalnya (kapan berangkat ke Makkah)," ujar Aida.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Edan Bebas, Netanyahu Ditekan

Trump menyatakan pembebasan Edan adalah awal dari akhir perang brutal di Gaza.

SELENGKAPNYA

Israel Serang RS Nasser, Kembali Bunuh Jurnalis

Pangan di Gaza sudah berkurang 70 persen sepekan belakangan.

SELENGKAPNYA

Rencana Netanyahu Terbongkar

Netanyahu disebut sengaja memperpanjang perang di Gaza untuk tetap berkuasa.

SELENGKAPNYA