
Internasional
AS-China Tingkatkan Eskalasi Perang Dagang
Puluhan negara adukan AS ke Organisasi Perdagangan Dunia.
BEIJING – Beijing mengumumkan pada hari Jumat bahwa mereka akan menaikkan tarif barang-barang AS dari 84 persen menjadi 12 persen – sebuah langkah terbaru dalam meningkatnya perang dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia yang telah mengguncang pasar dan meningkatkan kekhawatiran akan perlambatan global.
Meskipun Presiden AS Donald Trump menghentikan sementara pajak impor untuk negara-negara lain pada minggu ini, ia menaikkan tarif terhadap Beijing dan kini totalnya menjadi 145 persen. Beijing mengecam kebijakan tersebut sebagai “penindasan ekonomi” dan menjanjikan tindakan balasan. Tarif baru mulai berlaku pada hari Sabtu.
Kenaikan tarif yang berulang kali dilakukan oleh Washington “akan menjadi lelucon dalam sejarah perekonomian dunia,” kata juru bicara Kementerian Keuangan Beijing dalam sebuah pernyataan saat mengumumkan tarif baru tersebut. “Namun, jika AS bersikeras untuk terus melanggar kepentingan Beijing, Beijing akan dengan tegas melawan dan berjuang sampai akhir.”
Tindakan Trump yang berulang-ulang kali ini telah menimbulkan kekhawatiran di pasar saham dan obligasi dan menyebabkan beberapa pihak memperingatkan bahwa AS mungkin sedang menuju resesi. Ada sedikit kelegaan ketika Trump menghentikan tarif untuk sebagian besar negara – namun kekhawatiran tetap ada karena AS dan China masing-masing merupakan negara dengan perekonomian nomor satu dan nomor dua di dunia.

Perang dagang antara AS dan China “dapat sangat merusak prospek ekonomi global,” kata ketua WTO, Ngozi Okonjo-Iweala, awal pekan ini.
Tarif China akan berdampak pada barang-barang seperti kedelai, pesawat terbang dan bagian-bagiannya serta obat-obatan – yang semuanya merupakan impor utama Tiongkok dari AS. Sementara itu, Beijing telah menangguhkan impor sorgum, unggas, dan tepung tulang dari beberapa perusahaan Amerika pada pekan lalu, dan menerapkan lebih banyak kontrol ekspor pada mineral tanah jarang, yang sangat penting untuk berbagai teknologi.
Sementara itu, impor terbesar Amerika Serikat dari China mencakup barang elektronik, seperti komputer dan telepon seluler, peralatan industri dan mainan – dan konsumen serta dunia usaha kemungkinan akan mengalami kenaikan harga pada produk-produk tersebut, dengan tarif yang kini sebesar 145 persen.
Trump mengumumkan pada hari Rabu bahwa China akan dikenakan tarif sebesar 125 persen, namun ia tidak memasukkan tarif sebesar 20 persen terhadap China terkait dengan perannya dalam produksi fentanil.
Pejabat Gedung Putih berharap pajak impor akan menciptakan lebih banyak lapangan kerja manufaktur dengan mengembalikan produksi ke Amerika Serikat – sebuah trade-off yang berisiko secara politik dan mungkin memerlukan waktu bertahun-tahun untuk terwujud.
Sedangkan Sputnik melansir, sekitar 20 negara anggota Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengkritik Amerika Serikat dalam rapat Dewan Perdagangan Barang badan tersebut karena kebijakan tarif impor. "Setidaknya 20 delegasi menyatakan kritik mereka terhadap Amerika Serikat," menurut seorang sumber yang dekat dengan WTO pada Jumat.
Sumber tersebut menjabarkan bahwa negara-negara yang mengkritik AS dalam kesempatan itu, antara lain China, Swiss, Norwegia, Kazakhstan, Selandia Baru, Inggris Raya, Australia, Singapura, Kanada, dan Jepang. "Rusia juga menyampaikan pernyataan mereka terkait hal ini," kata sumber tersebut.
Pihak AS kemudian merespons pernyataan China dengan menyatakan bahwa mereka tidak akan berkomentar lebih lanjut karena isu tersebut telah dibawa ke Badan Penyelesaian Sengketa WTO, menurut sumber itu.
Pada Kamis, seorang sumber lain menyatakan bahwa dalam rapat tersebut, China mengungkapkan keprihatinan mendalam atas "ketidakpastian besar" yang dialami ekonomi dunia akibat pemberlakuan tarif AS. Menurut delegasi China, setiap hari "terjadi disrupsi baru yang mengganggu stabilitas yang amat diandalkan baik oleh semua bisnis maupun negara" karena AS.

Pada 2 April lalu, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif impor "resiprokal" kepada puluhan negara di samping tarif impor dasar sebesar 10 persen.
Puluhan negara terancam dipungut tarif "resiprokal" sejak 9 April yang dihitung hanya berdasarkan defisit dagang yang dialami AS dengan negara yang dipungut tarif. Trump ingin menghilangkan defisit tersebut.
Namun, pada hari tarif resiprokal tersebut semestinya berlaku, Trump tiba-tiba mengumumkan bahwa tarif impor yang akan diberlakukan selama 90 hari ke depan hanyalah tarif dasar 10 persen.
Ia menyatakan bahwa lebih dari 75 negara yang sedianya terdampak tarif tidak mengambil langkah balasan dan meminta negosiasi. Meski demikian, AS terus menaikkan tarif impor untuk produk China hingga sebesar 145 persen, sehingga oleh China dibalas dengan pemberlakuan tarif impor produk AS sebesar 84 persen.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.