Pengungsi etnis Rohingya berdiri di atas perahu mereka yang terbalik saat tim penyelamat melemparkan tali ke arah mereka di lepas pantai Aceh Barat, Indonesia, pada Kamis, 21 Maret 2024. | AP Photo/Reza Saifullah

Nasional

Meretas Jalan Pulang Muslim Rohingya

Di Indonesia, ada sekitar 4.000 orang Rohingya yang mencari perlindungan.

Oleh FUJI EKA PERMANA

JAKARTA -- Etnis dan Muslim Rohingya yang mendiami Negara Bagian Rakhine bagian utara di Myanmar telah diusir dan dibunuh. Etnis Rohingya kini tersebar di berbagai negara menjadi pengungsi, sebagian besar sekitar satu juta lebih orang Rohingya menjadi pengungsi di Bangladesh yang bersebelahan dengan Myanmar. 

United Nations News pada Agustus 2023 menuliskan bahwa sekitar 10.000 pria, wanita, anak-anak dan bayi Rohingya dibunuh, dan 300 desa etnis Rohingya dibakar. Di Indonesia, ada sekitar 4.000 orang Rohingya yang mencari perlindungan, ribuan lainnya mencari perlindungan ke sejumlah negara di Asia.

Wakil Ketua Organisasi Nasional Rohingya Arakan (ARNO), Nezamul Hasan mengungkapkan, sampai hari ini, tidak ada jalan bagi etnis Rohingya kembali ke kampung halamannya di Rakhine bagian utara. Karena tentara Arakan dan junta militer Myanmar saling berperang di sana.

"Namun, mereka (tentara Arakan dan junta militer Myanmar) keduanya sama-sama tidak menginginkan kami (Rohingya)," kata Nezamul saat berbincang dengan Republika di Gedung Filantropi Dompet Dhuafa, Rabu (26/2).

photo
Sejumlah imigran etnis Rohingya beristirahat menunggu pengarahan usai mendarat di pesisir pantai Desa Meunasah Asan, Kecamatan Madat, Aceh Timur, Aceh, Kamis (31/10/2024). Sebanyak 96 imigran etnis rohingya kembali mendarat di perairan Aceh, enam diantaranya meninggal dunia. - (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

Ia mengungkapkan, meskipun militer Myanmar berperang melawan tentara Arakan, namun jika menyangkut soal Rohingya, kebijakan mereka sama yakni mengusir Rohingya dari kampung halamannya. Junta militer Myanmar dan tentara Arakan memiliki tujuan yang sama yakni menghancurkan Rohingya.

"Dan orang-orang Rohingya tidak memiliki kekuatan apapun yang dapat mengubah keadaan," ujar Nezamul yang juga Anggota Komite Eksekutif Aliansi Nasional Rohingya Arakan (ARNA).

Ia menegaskan, saat ini tidak ada kemungkinan bagi etnis Rohingya bisa kembali ke Tanah Airnya. Kecuali jika komunitas internasional turun tangan dan memberikan desak. 

Menurutnya, solusi bagi etnis Rohingya saat ini yang tersebar di berbagai kamp pengungsian di berbagai negara adalah memberikan pendidikan, keterampilan dan keahlian. Setelah mereka memiliki keterampilan dan keahlian, selanjutnya menciptakan lapangan kerja di kamp-kamp pengungsian agar mereka bisa menghasilkan uang.

"Misalnya saat ini anda tidak perlu pergi ke suatu tempat untuk bekerja, ada konsep bekerja dari rumah, maka bekerja dari kamp pengungsian bisa menjadi suatu kemungkinan," ujar Nezamul.

Genosida dalam angka - (Republika)  ​

Ia menegaskan bahwa solusi sementara adalah memberikan pendidikan bagi etnis Rohingya di pengungsian. Selanjutnya menciptakan peluang untuk mendapatkan uang. Tapi ini adalah solusi sementara.

Nezamul menegaskan bahwa tetap solusi jangka panjangnya adalah adanya tekanan politik dan dukungan internasional agar etnis Rohingya dapat kembali ke kampung halaman mereka di Negara Bagian Rakhine.

Ia menyampaikan bahwa jika 1,4 juta etnis Rohingya yang terusir dari negaranya tidak bisa menghasilkan uang dan dalam jangka waktu yang panjang tidak kembali ke negaranya, siapa yang akan menerima mereka. Tentu tidak ada yang akan menerima mereka.

 

Akar Perang Saudara di Myanmar

Pada tahun 2024 setelah banyak etnis Rohingya yang terusir dan dibunuh, pada tahun 2024 perang antara militer Myanmar dan tentara Arakan semakin intensif di Negara Bagian Rakhine.

photo
Sekelompok Muslim Rohingya menyeberangi sungai Naf di perbatasan antara Myanmar dan Bangladesh, dekat Palong Khali, Bangladesh, pada 1 November 2017. - (AP Photo/Bernat Armangue)

Nezamul mengungkapkan, perang antara mereka masih terjadi sampai hari ini. Karena di Negara Bagian Rakhine ada 17 kota. Tentara Arakan telah merebut 14 kota di antaranya. Maka tinggal tiga kota lagi yang tersisa. 

"Sampai saat ini masih terjadi pertempuran antara militer (Junta Myanmar) dan tentara Arakan," ujar Nezamul.

Ia menceritakan, perang tidak hanya terjadi di Negara Bagian Rakhine, di seluruh Myanmar ada pemberontakan melawan junta militer Myanmar. Semua orang bertempur dan berjuang untuk mendapatkan hak-hak mereka.

Ia menerangkan, junta militer tidak hanya melakukan kekerasan terhadap Rohingya, mereka juga melakukan kekerasan terhadap etnis lain. Namun militer melakukan hal yang kejam atau ekstrim terhadap etnis Rohingya.

Jalur Pelarian Rohingya - (Republika)  ​

Mengenai peperangan antara tentara Arakan dan militer Myanmar, karena tentara Arakan ingin menguasai tanah mereka sendiri di Negara Bagian Rakhine.

Negara Bagian Rakhine khsusunya bagian utara tempat mayoritas Muslim Rohingya yang telah terusir adalah tempat yang strategis secara geopolitik.

Nezamul mengatakan, investasi China dan India ada di wilayah Rakhine bagian utara tempat mayoritas Muslim Rohingya. Artinya bisnis dan masa depan ada di kampung halaman Muslim Rohingya. Karenanya tentara Arakan dan militer Myanmar sama-sama mengusir Muslim Rohingya dari kampung halamannya. Supaya mereka dapat mengendalikan seluruh wilayah tersebut, sementara di antara mereka sendiri terjadi peperangan.

Nezamul mengatakan, selain karena faktor potensi ekonomi di Rakhine bagian utara, pengusiran dan pembunuhan etnis Rohingya juga dilakukan mereka karena kebencian terhadap Muslim dan Rohingya yang telah lama.

Nezamul mengungkapkan, Arakan bagian utara juga memiliki sumber daya alam (SDA) dan keindahan alam. Di sana ada uranium, bahkan sekarang ada jalur pipa gas yang terhubung ke China. "Ada pelabuhan juga (di Rakhine bagian utara), maka potensinya sangat besar untuk berkembangnya bisnis di sana," ujar Nezamul.

photo
Seorang anak imigran etnis Rohingya memperlihatkan gelang pengenal dari UNHCR saat berada di dalam tenda di kawasan komplek kantor Bupati Aceh Barat, Aceh, Rabu (27/3/2024). - (ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas)

Nezamul juga menerangkan bahwa Myanmar dilihat seperti satu negara, tapi sebenarnya tidak demikian. Ada banyak negara bagian di Myanmar di antaranya Chin, Kachin, Kayah, Kayin, Mon, Rakhine, dan Shan. 

Negara bagian tersebut semuanya menjadi satu. Sebagai janji kemerdekaan, mereka seharusnya membentuk sebuah federasi, tapi itu tidak pernah terjadi. Selalu saja militer yang mengendalikan Myanmar.

"Jadi mereka saling membenci, dan semua orang ingin mendapatkan haknya kembali, itulah mengapa mereka berperang," jelas Nezamul. 

Mengenai umat Buddha yang di dunia terkenal dengan ajaran cinta kasihnya terhadap makhluk hidup, Nezamul mengatakan, bahwa di Myanmar mereka lebih fokus pada hak-hak politiknya daripada agama, dalam kasus ini.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat