![](https://static.republika.co.id/uploads/images/xlarge/006139800-1738918869-1280-856.jpg)
Internasional
Bukti IDF Terapkan Protokol Hannibal Menguat
Mantan menhan Israel akui penggunaan Protokol Hannibal.
TEL AVIV – Pernyataan dan bukti-bukti bahwa tentara penjajahan Israel (IDF) membunuhi warga mereka sendiri makin kuat. Yang terkini, mantan menteri keamanan Israel Yoav Gallant mengakui bahwa pasukan pendudukan Israel diperintahkan untuk menerapkan Protokol Hannibal saat menghadapi serangan pejuang Palestina pada 7 Oktober 2023 lalu.
“Kami memerintahkan tentara untuk menggunakan Protokol Hannibal, yang berarti membunuh tawanan beserta penculiknya,” ujar Gallant dalam wawancara perdana dengan media Israel dilansir Palestine Chronicle, Jumat.
Gallant juga mengkritik mantan menteri keamanan dalam negeri Itamar Ben-Gvir atas penyerangan provokatifnya terhadap Masjid al-Aqsa, dengan menyatakan bahwa hal itu "memicu situasi."
Militer Israel telah menghadapi gelombang pengunduran diri menyusul kegagalannya pada tanggal 7 Oktober. Saluran 13 Israel menggambarkan situasi ini sebagai "gelombang kejutan di dalam angkatan bersenjata."
![photo](https://static.republika.co.id/uploads/images/headline_slide/021210700-1738918889-1280-856.jpg)
Panglima militer "Israel", Letnan Jenderal Herzi Halevi, mengumumkan pengunduran dirinya pada 21 Januari, dengan alasan pertanggungjawaban atas "kegagalan" militer selama operasi Perlawanan Palestina pada 7 Oktober 2023.
Dalam surat pengunduran diri yang dipublikasikan oleh tentara, Halevi menyatakan bahwa dia mengundurkan diri "karena pengakuan saya atas tanggung jawab atas kegagalan [militer] pada tanggal 7 Oktober."
Sejak Januari 2024, bukti-bukti bahwa tentara IDF menjalankan Protokol Hannibal saat pejuang-pejuang Palestina menyerang wilayah Israel pada 7 Oktober 2023 telah menumpuk. Investigasi mengungkap bahwa perintah itu datang dari pimpinan puncak dan menyebabkan banyak kematian warga Israel.
Protokol Hannibal adalah perintah khusus dalam militer Israel untuk mencegah pejuang Palestina membawa sandera. Pencegahan itu harus dilakukan dengan cara apapun, meski harus mengorbankan nyawa sandera warga atau tentara Israel sekalipun.
Investigasi yang dilakukan surat kabar Yedioth Ahronoth menunjukkan bahwa pada tengah hari tanggal 7 Oktober, komando militer tertinggi Israel memerintahkan semua unit untuk mencegah penangkapan warga Israel “dengan cara apapun” – bahkan dengan menembaki mereka.
Militer “menginstruksikan semua unit tempurnya untuk melaksanakan Petunjuk Hannibal dalam praktiknya, meskipun mereka melakukannya tanpa menyebutkan nama tersebut secara eksplisit,” ungkap jurnalis Israel akhir pekan lalu.
Menurut Electronic Intifada, pengungkapan ini muncul dalam artikel investigasi baru yang ditulis oleh Ronen Bergman dan Yoav Zitun, dua jurnalis yang memiliki sumber luas di kalangan militer dan intelijen Israel.
Mereka juga mengungkapkan bahwa “sekitar 70 kendaraan” yang dikendarai oleh pejuang Palestina yang kembali ke Gaza diledakkan oleh helikopter tempur, drone, atau tank Israel. Banyak dari kendaraan ini berisi tawanan Israel.
![photo](https://static.republika.co.id/uploads/images/headline_slide/099381000-1738919040-1280-856.jpg)
Para jurnalis menulis bahwa, “pada saat ini masih belum jelas berapa banyak tawanan yang terbunuh akibat operasi perintah ini” untuk mencegah mereka dibawa ke Gaza dengan cara apapun. “Setidaknya dalam beberapa kasus, semua orang di dalam kendaraan tewas,” tulis laporan Yedioth Ahronoth.
Doktrin rahasia “Hannibal” diambil dari nama seorang jenderal Kartago kuno yang meracuni dirinya sendiri ketimbang ditangkap hidup-hidup oleh Kekaisaran Romawi. Perintah tersebut bertujuan untuk mencegah warga Israel ditawan oleh pejuang perlawanan yang nantinya dapat menggunakan mereka sebagai daya tawar dalam kesepakatan pertukaran tahanan.
Pengungkapan terbaru ini mengkonfirmasi laporan Electronic Intifada sejak 7 Oktober bahwa banyak – jika bukan sebagian besar – warga sipil Israel yang terbunuh pada hari itu dibunuh oleh Israel sendiri, bukan oleh pejuang Palestina.
Klaim awal menyatakan bahwa 1.400 warga Israel dibunuh oleh Hamas dalam serangan Palestina yang dimulai pada 7 Oktober. Namun Israel telah berulang kali merevisi angka ini menjadi lebih kecil, sehingga kini jumlahnya mencapai “lebih dari 1.000”. Ratusan yang tewas juga sebenarnya adalah tentara Israel.
Hamas menyatakan bahwa mereka menargetkan pangkalan-pangkalan dan pos-pos militer, dan bahwa tujuan mereka adalah untuk menangkap, bukan membunuh warga sipil Israel, dan untuk membunuh atau menangkap tentara Israel.
Pada November 2023, Electronic Intifada melaporkan rekaman angkatan udara Israel, serta wawancara dalam artikel Israel dengan pilot helikopter serang, yang menunjukkan bahwa mereka telah diperintahkan untuk “menembak segala sesuatu” yang bergerak antara pemukiman perbatasan Israel dan Gaza.
Artikel Israel tersebut menyatakan bahwa “dalam empat jam pertama … helikopter dan pesawat tempur menyerang sekitar 300 sasaran, sebagian besar berada di wilayah Israel.”
Artikel Bergman dan Zitun mengatakan bahwa pada ujung hari 7 Oktober itu, skuadron drone 161 saja (yang menerbangkan drone Hermes 450 milik Elbit) “melakukan tidak kurang dari 110 serangan terhadap sekitar 1.000 sasaran, yang sebagian besar berada di wilayah Israel.”
Media berita Israel saat itu menunjukkan rekaman operator tank menembaki rumah-rumah Israel di dalam kibbutz selama pertempuran dengan perlawanan Palestina pada 7 Oktober. Pada Desember 2023, militer Israel mengakui bahwa insiden tembakan terhadap rekan sendiri dalam jumlah besar dan kompleks terjadi pada tanggal 7 Oktober. Terdapat indikasi sebelum artikel baru ini bahwa Israel secara diam-diam telah mengaktifkan kembali Petunjuk Hannibal.
![photo](https://static.republika.co.id/uploads/images/headline_slide/_231012061931-533.png)
Bahkan sebelum tengah hari, di pagi hari ketika Israel bereaksi brutal dan tanpa pandang bulu terhadap serangan militer Palestina, para pejabat setempat mengambil tindakan sendiri dan memutuskan untuk mengaktifkan kembali Protokol Hannibal.
Sekitar pukul 08.00 pagi, skuadron drone 161 memutuskan “bahwa tidak ada gunanya menunggu perintah dari Komando Angkatan Udara atau dari Divisi Gaza.” Markas divisi di pemukiman Re’im pada saat itu sedang diserang dengan sengit oleh para pejuang Palestina.
Meskipun demikian, skuadron berhasil menghubungi mereka dan meminta “agar semua prosedur, perintah, dan peraturan diabaikan,” Bergman dan Zitun menceritakan. Jawabannya datang dari komando divisi: “Anda mempunyai wewenang untuk menembak sesuka hati.”
Pada Juli 2024, surat kabar Israel Haaretz melaporkan bahwa selama Operasi Topan al-Aqsa tentara IDF secara rutin menggunakan perintah yang mengizinkan untuk membunuh tentara mereka sendiri.
Angkatan Udara Israel menargetkan setidaknya tiga fasilitas dan pos militer selama operasi tersebut dan IDF melepaskan tembakan ke tembok pemisah yang memisahkan Gaza dan "Israel", ketika orang Israel ditawan.
Menurut sebuah sumber di Komando Selatan Israel, wilayah tersebut dirancang untuk menjadi "zona pembunuhan", sementara sumber lain memerintahkan agar "tidak ada satu kendaraan pun yang dapat kembali ke Gaza."
Instruksi ini dikenal sebagai “Petunjuk Hannibal,” yang mengharuskan IOF mengambil semua tindakan untuk menghindari penangkapan tentara Israel, termasuk membunuh mereka.
Investigasi Haaretz didasarkan pada catatan dan kesaksian dari tentara, komandan tingkat menengah, dan senior angkatan darat. Data menunjukkan bahwa banyak orang yang ditawan menjadi sasaran tembakan Israel dan "dalam bahaya."
Menurut Haaretz, para komandan Israel mengambil keputusan pada awal tanggal 7 Oktober berdasarkan informasi intelijen yang belum terverifikasi. Salah satu sumber mengutip "histeria gila", dan menambahkan bahwa "Tidak ada seorangpun yang tahu tentang jumlah orang yang diculik atau di mana pasukan militer berada."
Sebuah sumber Israel mengatakan kepada Haaretz bahwa siapapun yang mengambil keputusan “mengetahui bahwa tentara kami di wilayah tersebut juga bisa terkena serangan.”
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Tentara Israel Mulai Bersiap Jalankan Rencana Trump
Rencana pengosongan Gaza oleh Donald Trump mendapat dukungan meluas di Israel.
SELENGKAPNYADitekan Trump, Iran Pamerkan Rudal yang Bisa Capai Israel
Trump terapkan sanksi ekspor minyak buat Iran.
SELENGKAPNYATawanan Israel Bahkan Bisa Mengonsumsi Menu Vegetarian dari Al-Qassam
Unit Bayangan Brigade Al-Qassam juga disebut sebagai Wihdat al-Thil.
SELENGKAPNYA