Prof Dr Tatik Hernawati MSi | dokpri

Opini

Inseminasi Buatan untuk Tingkatkan Produksi Susu Sapi, Langkah Wujudkan Kemandirian Pangan Nasional

Kebutuhan konsumsi susu nasional diprediksi akan terus meningkat

Oleh PROF TATIK HERNAWATI, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

 

Perkembangan populasi sapi perah di Indonesia diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan pertumbuhan kebutuhan konsumsi susu nasional yang semakin tinggi. Dalam 10 tahun ke depan, upaya untuk meningkatkan produksi susu dalam negeri menjadi krusial untuk memenuhi permintaan yang terus bertambah.

Kenaikan jumlah populasi sapi perah diharapkan dapat berkontribusi signifikan terhadap pemenuhan kebutuhan susu nasional yang saat ini masih bergantung pada pasokan luar negeri.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian tahun 2022, populasi sapi perah di Indonesia pada periode 2013 hingga 2022 mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0,27 persen per tahun, dengan total jumlah mencapai 542.969 ekor. Sebagian besar populasi sapi perah terkonsentrasi di Pulau Jawa, khususnya di Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, serta di Provinsi Sumatra Utara. Dalam lima tahun terakhir (2018-2022), Provinsi Jawa Timur menjadi kontributor terbesar, menyumbang 51,79 persen dari total populasi atau sekitar 299.331 ekor.

Kebutuhan konsumsi susu nasional diprediksi akan terus meningkat dengan target untuk mencapai kemandirian dalam produksi susu segar. Pada tahun 2022, defisit ketersediaan susu sapi mencapai 62,81 ribu ton, dan meskipun sempat sedikit menurun menjadi 61,79 ribu ton pada tahun 2023, kondisi ini tidak bertahan lama. Defisit melonjak tajam pada tahun 2024 hingga mencapai 98,64 ribu ton dan terus meningkat pada tahun 2025 menjadi 136,09 ribu ton.

Walaupun diprediksi terjadi penurunan menjadi 123,72 ribu ton pada tahun 2026, angka ini tetap menunjukkan ketimpangan serius antara meningkatnya permintaan dan keterbatasan kapasitas produksi nasional dalam menyediakan susu sapi berkualitas. Jika tidak segera diatasi dengan langkah strategis dan berkelanjutan, ketergantungan pada impor akan semakin membebani perekonomian dan menghambat terwujudnya kemandirian pangan nasional.

Untuk mencapai target tersebut, diperlukan strategi yang meliputi peningkatan kualitas pakan, pemeliharaan yang lebih baik, serta program pembiakan yang efektif untuk menghasilkan sapi perah yang lebih produktif.

Inseminasi Buatan dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan

Peningkatan efisiensi reproduksi melalui inseminasi buatan (IB) selaras dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) pemerintah, khususnya dalam bidang ketahanan pangan nasional 2025. Program ini berfokus pada peningkatan produksi pangan yang berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, termasuk susu sebagai sumber protein hewani.

Optimalisasi teknologi IB diharapkan dapat mendukung pencapaian target SDGs, terutama pada poin Zero Hunger (Tanpa Kelaparan) dan Good Health and Well-being (Kehidupan Sehat dan Sejahtera) dengan memastikan ketersediaan susu yang berkualitas dan berkelanjutan. Selain itu, penguatan sektor peternakan melalui IB juga berkontribusi pada pencapaian target ekonomi inklusif dan berkelanjutan (SDG 8), dengan meningkatkan kesejahteraan peternak lokal melalui peningkatan produktivitas dan daya saing industri peternakan nasional.

Salah satu manfaat utama inseminasi buatan adalah peningkatan kualitas genetik sapi perah. Melalui IB, peternak dapat mengakses semen dari sapi perah unggul yang memiliki rekam jejak produksi susu tinggi. Dengan penerapan yang luas, IB memungkinkan percepatan perbaikan genetik dalam populasi sapi perah, menghasilkan keturunan yang lebih produktif dan tahan terhadap penyakit, sehingga mendukung ketahanan produksi susu nasional.

Selain peningkatan kualitas genetik, IB juga berperan dalam pengelolaan sumber daya yang lebih efisien. Peternak tidak perlu memelihara banyak sapi jantan yang membutuhkan biaya dan sumber daya tambahan. Pengurangan jumlah sapi jantan di peternakan juga dapat menekan risiko penyebaran penyakit akibat kontak langsung, sehingga sumber daya yang tersedia dapat dialokasikan untuk peningkatan kualitas pakan dan perawatan sapi perah yang lebih optimal.

Kualitas semen beku merupakan faktor kunci dalam keberhasilan inseminasi buatan dan produktivitas sapi perah. Semen beku yang berkualitas tinggi harus memenuhi standar tertentu, seperti konsentrasi spermatozoa yang optimal, motilitas yang baik, serta daya tahan terhadap proses pembekuan pasca thawing. Penggunaan semen beku berkualitas tinggi akan meningkatkan tingkat keberhasilan kebuntingan, memperbaiki performa reproduksi, dan mendukung peningkatan produksi susu secara berkelanjutan.

Faktor Pendukung Inseminasi Buatan

Untuk memaksimalkan potensi IB, diperlukan pendidikan dan pelatihan bagi peternak. Program pelatihan yang komprehensif mengenai teknik IB yang benar, pemilihan semen unggul, serta manajemen reproduksi yang efektif sangat penting untuk meningkatkan pemahaman peternak tentang pentingnya aspek genetik dan efisiensi reproduksi. Dengan pengetahuan yang memadai, peternak dapat mengoptimalkan penerapan IB di lapangan.

Dukungan kebijakan dan infrastruktur dari pemerintah juga menjadi faktor krusial dalam keberhasilan program inseminasi buatan. Pemerintah perlu memastikan ketersediaan akses yang lebih baik terhadap semen unggul serta membangun infrastruktur pendukung seperti pusat pelatihan dan layanan kesehatan hewan.

Kebijakan yang mendukung pengembangan industri susu nasional akan sangat berperan dalam mewujudkan kemandirian produksi susu sapi di Indonesia.

Dengan mengimplementasikan strategi-strategi ini diharapkan mampu mengatasi defisit ketersediaan susu sapi dan meningkatkan kemandirian dalam produksi susu segar di Indonesia. Peningkatan efisiensi reproduksi melalui inseminasi buatan bukan hanya solusi jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan susu nasional, tetapi juga merupakan investasi jangka panjang bagi masa depan industri peternakan sapi perah yang berkelanjutan.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat