X-Kisah
Gelombang PHK Hantui Maskapai
Maskapai penerbangan di seluruh dunia mengumpulkan pinjaman lebih dari 17 miliar dolar AS.
Pandemi virus korona baru atau Covid-19 telah memukul bisnis industri penerbangan karena menurunnya jumlah penumpang yang signifikan. Sejumlah opsi pun mulai dilakukan maskapai seperti merumahkan pilot dan pramugari.
Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra mengakui semenjak virus korona mewabah sangat berdampak kepada penurunan jumlah penumpang. Irfan menuturkan, akibatnya maskapai sudah mengurangi sekitar 50 persen frekuensi penerbangan.
Meski begitu, Irfan menegaskan, saat ini maskapai pelat merah belum berencana merumahkan pilot dan pramugarinya. "Belum ada (rencana) merumahkan pilot dan pramugari," kata Irfan kepada Republika, Senin (30/3).
Di tengah wabah Covid-19, Garuda Indonesia melaporkan kinerja keuangan positifnya pada 2019. Emiten berkode saham GIAA tersebut mencatatkan laba bersih senilai 6,98 juta dolar AS atau setara Rp 113 miliar (kurs Rp 16.300 per dolar AS).
Perolehan tersebut meningkat dibandingkan periode sebelumnya. Pada 2018, Garuda masih membukukan kerugian sebesar 231 juta dolar AS atau setara Rp3,76 triliun.
Sementara itu, pendapatan usaha perseroan juga mengalami peningkatan sebesar 5,59 persen dari 4,33 miliar dolar AS pada 2018 menjadi 4,57 miliar dolar AS pada 2019. Peningkatan ini ditopang oleh kenaikan pendapatan penerbangan terjadwal dari 3,5 miliar dolar AS menjadi 3,7 miliar dolar AS.
Garuda juga mengalami perbaikan karena terjadi penurunan pada beban usahanya. Pada 2018, beban usaha perseroan tercatat sebesar 4,59 miliar dolar AS dan turun menjadi 4,40 miliar dolar AS pada 2019.
Selain itu, penurunan juga terjadi pada beban operasional penerbangan. Pada 2019, beban operasional penerbangan tercatat turun 6,87 persen menjadi 2,5 miliar dolar AS dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 27 miliar dolar AS. Di sisi lain, aset perseroan mengalami kenaikan sebesar 7,22 persen dari 4,16 miliar dolar AS per 31 Desember 2018 menjadi 4,45 miliar dolar AS per 31 Desember 2019.
Ketua Umum Indonesia National Air Carriers Association (INACA) Denon Prawiratmadja menuturkan, upaya maskapai untuk mengurangi beban operasional saat ini terbilang berat. Sebab, menurut Denon, penurunan aktivitas penerbangan rata-rata telah mencapai 50 persen.
Denon menilai hal tersebut semakin berat dengan kondisi situasi ekonomi global. "Kenaikan nilai tukar mata uang dolar AS sampai tembus Rp 16 ribu per dolar AS. Hal yang bisa maskapai lakukan adalah mengurangi semua biaya operasional termasuk beberapa opsi terhadap karyawan," ujar Denon.
Untuk itu, Denon meminta pemerintah segera memberikan insentif untuk maskapai. Khususnya untuk menghadapi kerugian selama pandemi Covid-19 melanda.
Menurut Denon, insentif diperlukan untuk menyelamatkan industri penerbangan agar tetap eksis, baik saat ini maupun setelah pandemi selesai. “Yang kami harapkan adalah penundaan pembayaran PPh (pajak penghasilan),” tutur Denon.
Denon menjelaskan, keringanan penangguhan bea masuk impor suku cadang, penangguhan biaya bandara dan navigasi yang dikelola BUMN, serta pemberlakuan diskon biaya bandara yang dikelola Kementerian Perhubungan juga diperlukan. Denon mengakui wabah Covid-19 melumpuhkan hampir semua aktivitas perekonomian. Namun, dia menekankan, industri penerbangan nasional saat ini sudah sangat terpuruk.
“Jika tidak ada respons positif dari pemerintah maka dipastikan akan terjadi tindakan perumahan maupun PHK karyawan sebagai upaya penyelamatan,” ungkap Denon.
Keadaan di dunia
Maskapai penerbangan di seluruh dunia mengumpulkan pinjaman lebih dari 17 miliar dolar AS untuk menopang keuangan perusahaan masing-masing pada Maret 2020. Hal ini dilakukan di tengah penyebaran virus corona di seluruh dunia.
Seperti dilansir dari laman Bloomberg, Senin (30/3) maskapai penerbangan asal AS paling aktif meminjam sebesar 12,5 miliar dolar AS, disusul Delta Air Lines Inc sebesar 5,6 miliar dolar AS, diikuti Singapore Airlines sebesar empat miliar dolar Singapura dan United Airlines Holdings Inc sebesar 2,5 miliar dolar AS.
Maskapai penerbangan tersebut telah meminjam pinjaman baru atau menggunakan jalur kredit yang sudah ada yang biasanya tidak mereka gunakan sebelum krisis kesehatan. Perusahaan industri penerbangan secara global telah mengumpulkan pinjaman lebih dari 230 miliar dolar AS dari bank komersial sejak awal Maret sebagai tanggapan terhadap virus corona.
Sebelas maskapai lain termasuk British Airways Plc dan Etihad Airways PJSC, memiliki sekitar delapan miliar dolar AS dalam fasilitas revolving gabungan. Industri penerbangan meminta masing-masing pemerintah untuk bantuan negara termasuk maskapai penerbangan yang berbasis di Jerman, Thailand dan Amerika Serikat.
Maskapai penerbangan bertarif rendah asal Inggris, Easyjet juga telah menghentikan penerbangan sementara (grounded) 344 pesawatnya sampai batas waktu yang belum ditentukan. Kebijakan ini merupakan dampak dari perlambatan aktivitas penerbangan di tengah upaya global menekan penyebaran virus corona (Covid-19).
Seperti dilansir di Reuters, Senin (30/3), Easyjet juga berencana memberhentikan 4 ribu awak kabinnya yang berbasis di Inggris selama dua pekan per 1 April. Tapi, mereka tetap akan mendapatkan 80 persen dari upah rata-rata mereka.
Pandemi Covid-19 diketahui telah membuat perjalanan udara di kawasan Eropa terhenti. Dampaknya, maskapai harus kekurangan pendapatan dan berjuang untuk tetap bisa bertahan hidup. Berbagai upaya dilakukan termasuk mencari dukungan pemerintah seperti yang dilakukan maskapai penerbangan kecil, Loganair.
Pada hari yang sama dengan kebijakan grounded, saham Easyjet hilang 10 persen. Pada bulan lalu, separuh nilai saham maskapai sudah turun terlebih dahulu. Kini, Easyjet memiliki kapitalisasi pasar sekitar 2,3 miliar pound (2,9 miliar dolar AS).
Analis dari Hargreaves Landsdown, William Ryder, menyebutkan, Easyjet masih memiliki likuiditas yang cukup untuk bertahan hidup dengan melakukan grounded. "Tapi, jika gangguan ini berkepanjangan atau pemulihannya lamban, Easyjet bisa dalam masalah nyata," katanya.
Easyjet mendapat tekanan tambahan dari pemegang saham terbesarnya, Stelios Haji-Ioannou. Ia bersama keluarganya tercatat memiliki sepertiga saham di Easyjet.
Dalam sebuah surat yang diterima pimpinan Easyjet pada Ahad (29/3), Haji-Ioannou mengatakan, mereka akan membatalkan atau menegosiasikan kembali pesanan 107 pesawat Airbus senilai 4,5 miliar pound. Pesanan tersebut dinilai hanya akan menghancurkan nilai pemegang saham.
Sementara itu, Easyjet mengatakan akan fokus pada likuiditas jangka pendek. Termasuk menghilangkan beberapa komponen ongkos produksi dan mengurangi pembayaran kepada pemasok apabila memungkinkan.
Easyjet menyebutkan, kebijakan grounded akan menghilangkan ongkos perusahaan secara signifikan. Perusahaan kini juga dalam tahap pembicaraan dengan asosiasi pilot Inggris, BALPA, mengenai kesepakatna yang menguntungkan kedua belah pihak.
"Kami bekerja tanpa lelah, memastikan Easyjet terus diposisikan dengan baik untuk mengatasi tantangan virus corona," ujar CEO Easyjet Johan Lundgren dalam sebuah pernyataan.
Easyjet juga akan fokus memanfaatkan kebijakan pemerintah Inggris yang berkomitmen membantu keuangan perusahaan selama krisis Covid-19.
Beberapa maskapai penerbangan Inggris berharap adanya paket stimulus yang lebih rinci untuk industri. Tapi, pada pekan lalu, pemerintah hanya akan mempertimbangkan kebijakan baru jika industri sudah kehabisan semua opsi, seperti meningkatkan modal dari investor yang ada. n
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.