Paus Fransiskus melintas di depan instalasi Bintang Betlehem di Aula Paulus VI Vatikan, 7 Desember 2024. Instalasi ini dirancang oleh seniman Palestina Johny Andonia dan Faten Nastas Mitwasi yang berasal dari Bethlehem, Palestina. | REUTERS/Remo Casilli

Internasional

Terus Dikritik Paus, Israel Panggil Dubes Vatikan

Paus kembali menyinggung penembakan anak-anak tak bersalah di Gaza.

TEL AVIV – Pernyataan pimpinan umat Katolik Paus Fransiskus kembali membuat berang pemerintah Israel. Media Israel melaporkan bahwa Kementerian Luar Negeri Israel memanggil duta besar Vatikan atas komentar Paus yang mengkritik pembunuhan Israel di Gaza sebagai “kekejaman”.

Direktur jenderal kementerian, Eyal Bar-Tal, bertemu dengan Uskup Agung Adolfo Tito Yllana pada Selasa dan menyatakan “sangat tidak senang dengan komentar Paus”, lapor media Israel. Namun pertemuan itu “tidak tergolong teguran”.

Menjelang Natal, Paus Fransiskus berulang kali mengkritik Israel atas pembunuhan anak-anak Palestina. “Dan dengan rasa sakit, saya memikirkan Gaza, tentang kekejaman yang begitu besar, tentang anak-anak yang ditembak dengan senapan mesin, tentang pemboman terhadap sekolah dan rumah sakit. Sungguh kejam,” katanya pada Sabtu.

Paus sebelumnya telah bertemu dengan keluarga mereka yang ditawan di Gaza dan menyerukan pembebasan mereka.

Paus Fransiskus dilaporkan juga mengadakan panggilan telepon setiap malam dengan umat Kristen di Gaza ketika mereka mencoba untuk bertahan hidup dari agresi militer Israel yang sedang berlangsung selama Natal. Paus melakukan kontak rutin dengan warga Palestina di wilayah tersebut ketika pemimpin dari 1,4 miliar umat Katolik di dunia itu menjadi lebih terbuka dalam kritiknya terhadap Israel.

Awal tahun ini, dia juga mengatakan kepada jaringan televisi Amerika CBS tentang hal itu. “Saya berbicara setiap malam pada pukul tujuh di paroki Gaza… Mereka menceritakan kepada saya tentang apa yang terjadi di sana. Ini sangat sulit, sangat sulit… Terkadang, mereka kelaparan, dan mereka menceritakan banyak hal kepada saya. Ada banyak penderitaan.”

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (republikaonline)

Paus Fransiskus mengecam situasi kemanusiaan yang “sangat buruk” di Gaza sambil menyerukan pembebasan para tawanan dan gencatan senjata di wilayah pesisir yang dilanda perang tersebut. Dalam pidato Natal “Urbi et Orbi” (kepada kota dan dunia) pada hari Rabu di Vatikan, Paus Fransiskus juga menyerukan perdamaian di Ukraina dan Sudan.

“Saya memikirkan komunitas Kristen di Israel dan Palestina, khususnya di Gaza, dimana situasi kemanusiaannya sangat buruk. Semoga ada gencatan senjata, semoga para sandera dibebaskan dan bantuan diberikan kepada orang-orang yang kelelahan karena kelaparan dan perang,” katanya.

Israel telah membunuh sedikitnya 45.361 warga Palestina dalam perangnya di Gaza dan melukai 107.803 orang sejak 7 Oktober 2023, hari ketika operasi pimpinan Hamas diluncurkan ke Israel yang menewaskan 1.139 orang dan sekitar 200 orang ditawan.

“Pembalasan” yang dilakukan Israel telah membuat hampir seluruh penduduk Gaza mengungsi dan menyebabkan sebagian besar daerah kantong itu hancur.

photo
Instalasi Bintang Betlehem yang menampilkan patung bayi Yesus mengenakan keffiyeh Palestina di Aula Paulus VI Vatikan, Sabtu (7/12/2024). Instalasi ini dirancang oleh seniman Palestina Johny Andonia dan Faten Nastas Mitwasi yang berasal dari Bethlehem, Palestina. Keffiyeh Palestina dipandang sebagai simbol nasional dan merupakan simbol perjuangan melawan pendudukan Israel. - (REUTERS/Remo Casilli )

Doctors Without Borders mengatakan risiko kelaparan dan kematian mengancam semua orang di Negara Bagian Darfur Selatan, Sudan barat daya, akibat penyakit malnutrisi.

Organisasi tersebut menyatakan dalam pernyataannya hari ini, Rabu, melalui platform X, bahwa anak-anak, wanita hamil, dan wanita menyusui adalah kelompok yang paling rentan terhadap malnutrisi, dan menambahkan, “Hanya sejumlah kecil orang yang selamat dari risiko kelaparan dan kematian akibat malnutrisi di Darfur Selatan.” ​

Artinya, pihaknya memberikan pasokan makanan selama dua bulan kepada 6.000 pasien gizi buruk dan keluarganya, atau sekitar 30.000 orang.

Laporan tersebut melanjutkan, “Kurangnya tanggapan yang memadai dari organisasi-organisasi internasional, termasuk badan-badan PBB, telah menyebabkan masyarakat tidak memiliki makanan yang cukup, atau layanan medis yang memadai untuk mencegah kematian yang dapat dihindari, seiring dengan berlanjutnya dampak mengerikan dari perang.”

photo
Perempuan dan anak perempuan Palestina berjuang untuk mendapatkan makanan di pusat distribusi di Khan Younis, Jalur Gaza, Jumat, 20 Desember 2024. - (AP Photo/Abdel Kareem Hana)

Organisasi tersebut menyatakan dalam pernyataannya bahwa pada Oktober lalu, 23% anak di bawah usia lima tahun yang diperiksa di fasilitas yang didukung oleh Doctors Without Borders, di kota Nyala, ibu kota negara bagian, menderita gizi buruk yang parah.

Fokusnya adalah menyediakan makanan bagi orang-orang yang paling berisiko mengalami malnutrisi, yang terdaftar dalam program malnutrisi, atau yang menderita kondisi kesehatan lainnya.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Pemerintah AS Sensor Laporan Kelaparan di Gaza

Lembaga pemantau AS menyimpulkan akan terjadi kelaparan parah di Gaza.

SELENGKAPNYA

‘Dunia Lupakan Anak-Anak Gaza’

Anak Gaza syahid sejam sekali akibat serangan Israel.

SELENGKAPNYA

RS Indonesia tak Lagi Dapat Beroperasi di Utara Gaza

Utara Gaza tak memiliki satupun fasilitas medis yang layak beroperasi.

SELENGKAPNYA

Kami Harus Bertahan: Cara Menjaga Bayi Tetap Hidup di Gaza

Seperti kebanyakan warga Gaza, mimpi sering hancur karena beratnya kenyataan.

SELENGKAPNYA