Internasional
Israel Terus Bantai Pengungsi di Sekolah-Sekolah Gaza
Sebanyak 196 jurnalis dibunuh Israel di Gaza.
GAZA – Serangan Israel ke Jalur Gaza terus menyasar sekolah-sekolah yang dijadikan tempat berlindung para pengungsi. Pada Senin, Israel menargetkan sekolah di Khan Younis yang menyebabkan syahidnya 20 orang.
Juru bicara Kantor Media Pemerintah di Gaza Ismail al-Thwabta mengatakan sedikitnya 43 orang syahid setelah pasukan Israel menyerbu Sekolah Khalil Oweida di Beit Hanoun pada Ahad pagi. Ismail al-Thwabta juga mengatakan pembunuhan Israel terhadap al-Lauh Al Jazeera telah menjadikan jumlah korban syahid di kalangan jurnalis di Gaza menjadi 196 orang.
Dia menambahkan bahwa Israel juga membunuh lima wali kota di Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir. “Kami mengutuk berbagai kejahatan kompleks yang dilakukan oleh tentara pendudukan terhadap rakyat kami. Kami menyerukan negara-negara di dunia untuk mengutuk kejahatan pendudukan,” kata al-Thwabta.
“Kami menganggap Israel dan Amerika Serikat bertanggung jawab secara hukum atas pembantaian pendudukan,” tambahnya. “Kami menuntut diakhirinya krisis yang menimpa rakyat kami secara cepat dan final sebelum terlambat.”
Sementara pada Senin, militer Israel telah menargetkan sekolah yang dikelola PBB di Khan Younis, yang terletak di sebelah Kompleks Medis Nasser. Serangan itu menewaskan sedikitnya 20 orang, menurut kantor berita WAFA. Korbannya termasuk anak-anak. Banyak orang lainnya juga terluka.
Itu adalah bangunan tiga lantai dan diserang tanpa peringatan apapun. Serangan tersebut meninggalkan tingkat kehancuran yang sangat besar dan menyebabkan kebakaran besar.
Pekerja Pertahanan Sipil telah bersatu dengan warga sipil di lokasi serangan dan mencari siapa saja yang mungkin masih hidup. Mereka yang terluka dan syahid diangkut ke Kompleks Medis Nasser. Banyak korban jiwa karena keluarga-keluarga sedang tidur ketika serangan terjadi.
Sekolah tersebut dijalankan oleh badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) dan terletak di dekat Kompleks Medis Nasser, sebelah barat Khan Younis, Hari demi hari, militer Israel fokus untuk menghancurkan tempat-tempat perlindungan yang dikelola PBB tempat warga sipil berlindung, karena kurangnya bangunan yang berdiri dan ruang yang aman.
Heartbreaking farewell to the victims of last night's Israeli massacre at Ahmad Abdel Aziz School, which housed displaced families in the Mawasi area of Khan Yunis. pic.twitter.com/YcOBTNLvtb — Quds News Network (QudsNen) December 16, 2024
Selama lebih dari 14 bulan, sekolah-sekolah di Gaza telah menjadi rumah bagi puluhan ribu pengungsi Palestina. Setiap tempat penampungan penuh sesak, makanan, air dan perbekalan sangat terbatas, bahkan dalam beberapa kasus terputus sama sekali, sehingga mengakibatkan kelaparan yang meluas.
Louise Wateridge, juru bicara UNRWA, mengajak Hani Mahmoud dari Al Jazeera berkeliling salah satu sekolah serupa di Deir el-Balah. Dia mengatakan sekitar 15.000 orang berlindung di dalam gedung, sementara lebih dari 50.000 orang berkemah di tenda darurat di luar.
“Cuaca dan suhu menjadi sangat dingin. Sekarang bulan Desember. Kita mengalami hujan, suhu sangat dingin, orang-orang tidak merasa cukup. Kami tidak memiliki cukup pasokan,” kata Waterige.
“Baru pekan ini, saya berbicara dengan seorang wanita lanjut usia berusia 85 tahun dan dia sedang tidur di kasur di sudut ruangan. Dia memiliki selimut yang sangat tipis, dan hanya itu. Dan dia telah bertahan hidup dengan roti selama 14 bulan. Tidak dapat diterima dan tidak manusiawi ketika orang dipaksa hidup dalam kondisi seperti ini.”
Pembunuhan jurnalis
Sementara, Jodie Ginsberg, kepala eksekutif Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), mengatakan pembunuhan jurnalis Palestina oleh Israel adalah bagian dari “upaya sistematis” untuk “menyensor informasi yang keluar” dari Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.
“Kami bergantung pada [jurnalis Palestina] untuk semua informasi yang kami peroleh tentang apa yang terjadi di Gaza,” kata Ginsberg, seraya mencatat bahwa Al Jazeera adalah “satu-satunya organisasi berita internasional yang stafnya masih berada di Gaza”.
Dia mengatakan CPJ, yang telah mendokumentasikan pembunuhan puluhan pekerja media di Gaza, percaya bahwa Israel sengaja menargetkan “sejumlah jurnalis” di wilayah kantong Palestina. Hal ini akan menjadikan pembunuhan tersebut sebagai “kejahatan perang”, tambahnya.
Palestinian journalists bid farewell to their colleague, Al Jazeera photojournalist Ahmed al-Louh, who was killed, along with five civil defense members, in an Israeli attack on the Nuseirat refugee camp in the central Gaza Strip last night. pic.twitter.com/hVQZdLGewN — Quds News Network (QudsNen) December 16, 2024
Komentar Ginsberg muncul ketika Aljazirah mengutuk Israel atas “pembunuhan yang ditargetkan” terhadap juru kameranya, Ahmad Baker al-Louh (39 tahun), dalam serangan terhadap kamp pengungsi Nuseirat pada Ahad.
Pasukan Israel telah membunuh sedikitnya 196 pekerja media Palestina selama perang di Gaza, menurut Kantor Media Pemerintah di daerah kantong tersebut.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Setelah Nuseirat, Israel Bombardir Sekolah di Gaza
Israel membunuh 36 orang dalam pembantaian di Nuseirat.
SELENGKAPNYAWarga Gaza Konsumsi Tepung Rusak untuk Bertahan Hidup
Bencana kelaparan buatan Israel di Gaza menimbulkan kesusahan tak teperi.
SELENGKAPNYASebanyak 4.000 Anak Gaza Kekurangan Gizi dalam Sebulan
Ratusan ribu anak-anak Palestina kelaparan dan kekurangan gizi.
SELENGKAPNYA