Tantangan Perguruan Tinggi Indonesia | Daan Yahya/Republika

Opini

Optimalisasi Peran Perguruan Tinggi Merebut Teknologi Digital: Perspektif Keadilan Sosial

Mahasiswa keluarga kurang mampu sering kali tidak memiliki akses ke perangkat teknologi yang memadai.

Oleh PROF dr BASUKI SUPARTONO SpOT; Ketua Senat Akademik UPN Veteran Jakarta

REPUBLIKA.ID, Transformasi digital memberikan peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui inovasi, efisiensi, dan akses yang lebih luas ke layanan dasar.

Namun, manfaat transformasi digital hanya akan dirasakan secara optimal jika didasarkan pada prinsip keadilan sosial, yang memastikan bahwa seluruh elemen masyarakat, tanpa memandang latar belakang geografis, sosial, atau ekonomi, dapat mengakses dan memanfaatkan teknologi secara setara. Perguruan tinggi, sebagai pusat pendidikan dan inovasi, memiliki peran penting dalam menjembatani kesenjangan ini dan mendorong transformasi digital yang inklusif.

Tantangan keadilan sosial dalam transformasi digital diantaranya adalah ketimpangan infrastruktur digital. Tidak meratanya akses internet dan perangkat teknologi menciptakan ketimpangan yang signifikan, terutama di daerah terpencil.

 
50% perguruan tinggi di luar Pulau Jawa masih menghadapi keterbatasan akses infrastruktur digital.
BASUKI SUPARTONO
 

Data menunjukkan bahwa 50% perguruan tinggi di luar Pulau Jawa masih menghadapi keterbatasan akses infrastruktur digital. Hal ini tidak hanya menghambat pengembangan SDM lokal, tetapi juga memperburuk kesenjangan pendidikan. Tantangan lainya adalah keterbatasan akses pada kelompok rentan.

Mahasiswa keluarga kurang mampu sering kali tidak memiliki akses ke perangkat teknologi yang memadai atau pelatihan keterampilan digital. Menurut BPS (2023), sekitar 15% mahasiswa di perguruan tinggi negeri tidak memiliki akses perangkat teknologi untuk pembelajaran daring, sebuah angka yang mencerminkan tantangan keadilan sosial dalam pendidikan tinggi.

Kurangnya relevansi lokal dalam pengembangan teknologi; sebagian besar inovasi teknologi yang dihasilkan perguruan tinggi belum sepenuhnya menjawab kebutuhan masyarakat marginal, seperti petani kecil, nelayan tradisional, atau pelaku UMKM. Teknologi cenderung berfokus pada pasar komersial, meninggalkan kebutuhan komunitas lokal yang rentan. Tantangan lainnya yaitu kesenjangan kompetensi digital. Mahasiswa wilayah perkotaan cenderung memiliki literasi digital lebih baik dibandingkan mahasiswa dari pedesaan. Hal ini menciptakan kesenjangan dalam akses kerja, inovasi, dan daya saing.

Opini--Mencegah Agresi Teknologi Digital - (Daan Yahya/Republika)

  ​

Mengintegrasikan keadilan sosial dalam transformasi digital

Beberapa langkah dapat diambil. Untuk memastikan transformasi digital yang adil, perguruan tinggi harus memainkan peran strategis dalam mengintegrasikan keadilan sosial ke dalam kebijakan, program, dan inovasi digital. 

Perguruan tinggi harus mendorong kolaborasi antara pemerintah dan kalangan dunia usaha untuk mempercepat pembangunan infrastruktur digital di daerah terpencil. Langkah ini dapat mengurangi kesenjangan teknologi antarwilayah dan memberikan kesempatan yang lebih setara bagi mahasiswa di daerah terpencil. Mahasiswa dari kelompok ekonomi rendah harus mendapatkan subsidi perangkat teknologi.

Selain itu, perguruan tinggi dapat menyediakan fasilitas laboratorium digital gratis untuk mendukung pembelajaran mahasiswa kurang mampu. Perguruan tinggi harus mendorong riset dan inovasi yang berorientasi pada kebutuhan masyarakat kurang mampu dan kelompok rentan. Dengan memprioritaskan kelompok mereka, perguruan tinggi dapat mempersempit kesenjangan sosial melalui inovasi digital. 

Pengabdian masyarakat harus lebih diarahkan pada pelatihan teknologi digital untuk komunitas lokal. Mahasiswa dan dosen agar lebih banyak mendampingi UMKM, pelaku usaha mikro, dan masyarakat lokal untuk memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan pendapatan mereka. Program ini tidak hanya memberdayakan masyarakat, tetapi juga memberikan pengalaman langsung bagi mahasiswa untuk memahami tantangan keadilan sosial. 

Perguruan tinggi perlu mengintegrasikan teknologi digital ke dalam sistem pembelajaran dengan memastikan inklusivitas. Penggunaan platform e-learning harus dilengkapi dengan kebijakan yang memungkinkan mahasiswa dari latar belakang kurang mampu tetap mendapatkan akses penuh. Reformasi kurikulum harus mencakup mata kuliah atau modul yang membahas pentingnya teknologi untuk keberlanjutan dan keadilan sosial. Mahasiswa perlu dilatih untuk menciptakan inovasi yang tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi masyarakat luas. 

Beberapa langkah implementasi yaitu peningkatan pendanaan pemerintah untuk perguruan tinggi di daerah terpencil, inovasi digital untuk memberdayakan masyarakat miskin. Memprioritaskan mahasiswa dari latar belakang ekonomi rendah untuk program pelatihan dan sertifikasi teknologi, sehingga mereka dapat bersaing di pasar kerja berbasis digital.

Dengan langkah-langkah ini, perguruan tinggi dapat menjadi penggerak utama transformasi digital yang tidak hanya berorientasi pada inovasi, tetapi juga memperkuat keadilan sosial di Indonesia. Transformasi digital berbasis keadilan sosial akan memastikan bahwa teknologi menjadi alat pemberdayaan, bukan sumber baru kesenjangan. Melalui pendekatan ini, Indonesia dapat memanfaatkan potensinya secara maksimal menjadi negara berkesejahteraan sosial dalam menciptakan masyarakat yang inklusif, sejahtera, dan berdaya saing.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Etika di Balik Program CSR: Keberlanjutan atau Sekadar Gimmick?

Greenwashing ini dilakukan semata-mata untuk menarik konsumen yang peduli lingkungan.

SELENGKAPNYA

Pembantaian Oleh Israel Meluas di Jalur Gaza

Seluruh wilayah Gaza tak aman dari bombardir Israel.

SELENGKAPNYA

Tenda-Tenda tak Mampu Tahan Musim Dingin di Gaza

Penderitaan pengungsi di Gaza diperparah musim dingin.

SELENGKAPNYA