Opini
Mewaspadai Si “Kutu” Ikan Air Tawar Argulus Japonicus yang Dipandang Sebelah Mata
Telur Argulus japonicus mampu bertahan pada lingkungan yang buruk.
Oleh PROF KISMIYATI, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga
Untuk mengurangi stres, ada banyak hobi yang efektif dikerjakan yang salah satunya adalah memelihara ikan hias. Mengamati miniatur ekosistem di akuarium, dapat menimbulkan rasa damai sehingga beban pikiran bisa berkurang. Hal ini disebabkan warna dan corak ikan atau tanaman hias bisa memberikan sensasi menyenangkan.
Bahkan, mengamati tingkah laku ikan dapat membantu meningkatkan mood dan merasa lebih bahagia. Bagi pemula, kesalahan yang sering terjadi adalah over feeding (pemberian pakan berlebih) yang menyebabkan banyak bahan organik dalam air dari sisa pakan (kualitas air menjadi buruk) dan over crowding (kepadatan ikan yang tinggi).
Memelihara ikan tidak terlepas dari kendala dan risiko yang salah satunya adalah terkait dengan penyakit atau kesehatan ikan. Timbulnya penyakit pada ikan sering terjadi akibat kondisi lingkungan yang kurang baik sehingga patogen (penyebab sakit) akan berkembang dengan baik. Patogen terdiri dari bakteri, jamur, virus, dan parasit.
Berbicara tentang parasit, tidak lepas dari istilah atau sebutan “kutu”. Semua organisme yang menempel pada organisme lain disebut kutu, begitu istilah awamnya.
Yang disebut kutu pada ikan air tawar, sebenarnya adalah termasuk dalam kelompok udang renik (mikro crustacea) dengan nama ilmiah Argulus atau lebih spesifik lagi adalah Argulus japonicus yang sangat sering ditemukan menempel pada permukaan tubuh ikan-ikan air tawar terutama pada sirip.
Parasit tersebut tidak terlalu dianggap sebagai kendala, bahkan keberadaannya sering dipandang dengan sebelah mata saja karena memang tidak mematikan ikan secara langsung. Namun, melalui berbagai pengamatan di lapang dan penelitian di laboratorium, keberadaan parasit tersebut pada tubuh ikan akan memudahkan masuknya infeksi sekunder dari jenis bakteri, jamur dan virus. Infeksi sekunder inilah yang menyebabkan kematian.
Bagaimana caranya mencegah terjadinya infeksi sekunder yang mematikan ini? Pastinya, harus mencegah menempelnya parasit pada ikan. Untuk itu, sangat perlu kita mengenali keberadaan parasit ini sejak dini dan mewaspadainya.
Argulus japonicus yang menyerang ikan akan menimbulkan luka atau kerusakan yang kalau tidak segera diobati dampaknya akan lebih besar yaitu kematian. Selain luka aktivitas pernapasan menjadi berlebihan, dampak lain yang juga terjadi antara lain gelisah, menggosokkan tubuh pada benda keras, melompat ke permukaan air, dan berlebihnya produksi lendir di permukaan tubuh.
Penyebaran Argulus japonicus ini terjadi secara horizontal, dari satu ikan ke ikan yang lain dan akan menyebar ke seluruh kolam dalam waktu yang relatif singkat. Di sisi lain telur Argulus japonicus sangat kuat terhadap perubahan kondisi lingkungan dan telur-telur ini dalam keadaan kering (tidak dalam air) mampu bertahan hidup sampai 12 bulan kemudian akan menetas bila bertemu dengan air.
Telur Argulus japonicus juga mampu bertahan pada lingkungan yang buruk, misalnya direndam dengan larutan deterjen, disinfektan, maupun pada air dengan kadar garam tinggi. Hal inilah sebagai penyebab, kasus ikan air tawar yang terinfestasi selalu ada, meskipun dengan tingkat prevalensi yang berbeda.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk memutus rantai daur hidup Argulus japonicus di antaranya dengan melakukan karantina terhadap ikan yang terserang, dalam wadah yang terpisah dari ikan yang sehat, penggunaan saringan atau filtrasi air sebelum masuk ke wadah pemeliharaan, serta pengapuran pada dinding wadah pemeliharaan setelah pergantian air dan sebelum dilakukan pengisian air.
Sebelum tebar atau masuk wadah pemeliharaan terlebih dahulu dilakukan screening pada ikan kemudian mencabut secara manual dengan pinset bila ada Argulus japonicus yang menempel. Selanjutnya, ikan dapat direndam pada larutan antiseptik selama beberapa waktu agar pemulihan jaringan tubuhnya terjadi lebih cepat dan lebih tahan terhadap mauknya infeksi sekuder dari bakteri, jamur atau virus.
Pengendalian Argulus japonicus dapat dilakukan menggunakan bahan kimia seperti NaCl, NH4Cl, dan Neguvon dengan dosis 1 gr/L selama 30 menit. Luka dan kerusakan jaringan yang timbul dapat diobati dengan obat-obat kimia atau dari bahan alami sehingga dapar dicegah sari kematian akibat infeksi sekunder yang memang dampak buruknya lebih besar dari infestasi parasit Argulus japonicus.
Sebagai informasi tambahan, parasit Argulus japonicus ini setelah menetas dari telur panjang tubuhnya kurang dari 1 milimeter tidak berwarna atau transparan sehingga terlihat seperti mucus atau lendir ikan di permukaan tubuhnya. Hal inilah yang menyebabkan kita kurang waspada dengan keberadaan parasit tersebut.
Setelah tumbuh dewasa dengan panjang tubuh kurang lebih 1 sentimeter, biasanya kita baru tersadar bahwa parasit tersebut sudah menempel pada permukaan tubuh ikan dan sudah merusak jaringan. Jadi, waspadai keberadaan parasit Argulus japonicus sejak dini, supaya ikan tetap sehat dan terhindar dari infeksi sekunder oleh virus, jamur dan bakteri. Selamat menikmati keindahan ikan-ikan hias air tawar sebagai salah satu penyejuk hati.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.