Opini
Budaya Gotong Royong Dalam Perspektif Ekonomi dan Ketahanan Islami
Gotong royong mencerminkan semangat solidaritas.
Oleh: Imam Rosyadi*)
Gotong royong telah menjadi identitas bangsa Indonesia. Ini bukan hanya sekadar tradisi, melainkan juga sebuah nilai yang berpotensi besar dalam membangun ketahanan ekonomi, politik, budaya, dan sosial masyarakat yang selaras dengan ajaran Islam.
Budaya gotong royong menciptakan ikatan sosial yang kuat dalam masyarakat. Dalam aspek ekonomi, ini terlihat melalui berbagai bentuk kerja sama, seperti koperasi, kelompok usaha, dan bazar komunitas.
Dengan bersatu, individu dapat saling mendukung dalam hal modal, pengetahuan, dan sumber daya. Gotong royong mencerminkan semangat solidaritas yang menjadi salah satu inti ajaran Islam.
Dalam ekonomi Islam, prinsip bantu-membantu sangat ditekankan, baik melalui zakat, sedekah, maupun kerjasama dalam berusaha. Budaya gotong royong dapat mendukung prinsip keadilan dalam distribusi sumber daya.
Dalam konteks ini, bagi hasil dari usaha bersama sejalan dengan prinsip syariat yang menekankan keadilan dan menghindari eksploitasi. Dengan mengutamakan kolaborasi dalam pengelolaan sumber daya, gotong royong dapat mendorong praktik ekonomi yang berkelanjutan.
Masyarakat yang bekerja sama dalam mengelola sumber daya lokal, seperti pertanian atau perikanan, dapat menjaga kelestarian lingkungan sembarui memenuhi kebutuhan ekonomi mereka. Dalam menghadapi krisis atau tantangan ekonomi, gotong royong menjadi fondasi ketahanan yang kuat.
Komunitas yang saling mendukung dapat menghadapi kesulitan sehingga lebih cepat pulih. Muhammad Baqir al-Sadr (1973) menjelaskan bahwa ekonomi Islam mencakup aspek solidaritas sosial dan pentingnya kerja sama dalam mewujudkan kesejahteraan.
Meskipun tidak secara langsung menyebut gotong royong, prinsip-prinsipnya sejalan dengan nilai tersebut. Menurut Abdul Rahman bin Khaldun atau Ibnu Khaldun, konsep asabiyyah atau solidaritas sosial menjadi dasar kekuatan masyarakat. Ini relevan dalam konteks gotong royong sebagai penggerak ekonomi dan kesejahteraan.
Ketahanan sosial dalam Islam
Ketahanan sosial menurut ajaran Islam sangat ditekankan melalui nilai-nilai kepedulian dan solidaritas. Alquran mengajarkan pentingnya tolong-menolong dalam kebaikan dan ketakwaan (QS al-Maidah: 2). Konsep ini sejalan dengan budaya gotong royong, yang di dalamnya masyarakat saling membantu dalam menghadapi berbagai tantangan, baik ekonomi maupun sosial.
Gotong royong adalah nilai yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat, dan konsep ini sejalan dengan ajaran Alquran dan Sunnah Nabi Muhammad SAW. Dalam konteks ini, kita bisa melihat bagaimana nilai-nilai kerja sama dan saling tolong-menolong ditekankan dalam Islam.
Dalam Alquran, Allah SWT menyerukan umat manusia untuk saling membantu dan bekerja sama dalam kebaikan. "Dan tolong-menolonglah kamu dalam (kebajikan dan takwa), dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya" (QS al-Maidah: 2).
Ayat ini menegaskan, kerja sama dalam kebaikan dan ketakwaan adalah nilai yang dianjurkan. Adapun kolaborasi dalam dosa dan pelanggaran adalah hal yang harus dihindari.
Berbagai hadis menyinggung perihal gotong royong. Rasulullah SAW bersabda, "Seseorang yang membantu saudaranya dalam kesulitan, Allah akan membantu dia dalam kesulitan" (HR Muslim).
Hadis ini menunjukkan, setiap usaha untuk membantu orang lain, terutama dalam masa sulit, akan mendapatkan balasan dari Allah. Ini menegaskan betapa pentingnya semangat saling membantu dalam membangun masyarakat yang solid.
Betapa pentingnya semangat saling membantu dalam membangun masyarakat yang solid.
Abdul Rahman Al-Oboudi dalam buku Islamic Social Welfare: A Conceptual Framework (2016) menguraikan konsep kesejahteraan sosial dalam Islam, dan bagaimana hal itu dapat diterapkan untuk membangun ketahanan sosial dalam masyarakat.
Dalam buku Social Justice in Islam (2006), Dr Abdulaziz Sachedina membahas aspek keadilan sosial dalam Islam dan pentingnya ketahanan sosial untuk membangun masyarakat yang adil dan sejahtera. Ketika masyarakat saling mendukung, mereka akan lebih efisien dan efektif dalam menghadapi bencana atau krisis ekonomi. Komunitas yang kuat secara sosial akan lebih mampu beradaptasi dan bangkit kembali ketika terjadi kesulitan, berkat dukungan satu sama lain.
Dalam situasi sulit, keberadaan dukungan dari anggota komunitas menjadi sumber kekuatan. Ketika individu merasa tidak sendirian dalam menghadapi masalah, ia lebih termotivasi untuk berjuang dan berinovasi.
Sinergi antara ekonomi dan ketahanan
Integrasi nilai gotong royong dalam pengembangan ekonomi lokal dapat menciptakan ketahanan yang berkelanjutan. Misalnya, program-program pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas yang mempromosikan pelatihan keterampilan, akses pasar, dan pembiayaan yang berbasis syariat. Itu semua dapat memperkuat posisi ekonomi masyarakat.
Gotong royong juga berperan dalam memperkuat ekonomi masyarakat. Melalui kerjasama dalam berbagai usaha, seperti kelompok tani, koperasi, dan proyek bersama, masyarakat dapat saling mendukung dalam hal sumber daya dan pengetahuan. Ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga menciptakan ketahanan ekonomi yang lebih baik.
Ketika individu merasa bahwa mereka adalah bagian dari komunitas yang saling mendukung, mereka cenderung lebih berinvestasi dalam keberhasilan bersama. Hal ini menciptakan siklus positif yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan rasa kebersamaan.
Adapun ciri-ciri sistem gotong royong dalam ekonomi Islam ialah sebagai berikut. Pertama, masyarakat bekerja sama untuk memenuhi kebutuhan komunal, baik melalui kegiatan ekonomi maupun sosial. Kedua, distribusi hasil usaha dilakukan secara adil sehingga semua anggota masyarakat mendapatkan manfaat.
Ketiga, mengedepankan solidaritas, rasa saling peduli, dan membantu antaranggota masyarakat, terutama dalam kondisi sulit. Keempat, pemberdayaan, yakni mendorong individu dan komunitas untuk saling mengembangkan potensi dan sumber daya yang dimiliki.
Terakhir, kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariat. Termasuk di dalamnya, menghindari riba dan praktik curang.
Peran negara dan lembaga
Budaya gotong royong merupakan salah satu aset berharga dalam kehidupan masyarakat, terutama di Indonesia. Nilai ini tidak hanya mengandalkan partisipasi individu, tetapi juga membutuhkan dukungan yang kuat dari negara dan lembaga.
Di antara peran-peran pemerintah ialah berikut ini: fasilitator program pemberdayaan masyarakat; penyediaan kebijakan yang mendukung; membangun kesadaran dan pendidikan; kerja sama dengan lembaga swadaya masyarakat (LSM), organisasi sosial, keagaamaan, dan politik; serta peningkatan infrastruktur dan akses sumber daya.
Dalam perspektif ekonomi dan ketahanan Islam, semangat gotong royong tidak hanya memperkuat ikatan sosial, tetapi juga menjadi landasan bagi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Saatnya kita merangkul kembali spirit gotong royong untuk masa depan bangsa dan negara Indonesia yang lebih baik.
*) Imam Rosyadi adalah Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, SDM, dan Keuangan Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan (UMPP).
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Hukuman Tuhan untuk Pengkhianatan Samiri
Tinggallah Tuhan buatan Samiri itu berupa abu. Musa kemudian melemparkan abu itu ke laut
SELENGKAPNYAMantan Pejabat Kemenkes Tersangka Korupsi APD Covid-19 Ratusan Miliar Rupiah
Audit BPKP menyatakan telah mengakibatkan kerugian keuangan negara sebesar Rp 319 miliar.
SELENGKAPNYAAturan-Aturan dalam Debat Perdana Cagub-Cawagub Jakarta
Sejumlah aturan teknis terkait pelaksanaan debat telah dibahas dan disepakati.
SELENGKAPNYA