Umat Islam melaksanakan rangkaian ibadah Haji di Makkah pada musim haji 2024. | EPA

Opini

Ibadah Haji dan Kesalehan Sosial

Ibadah haji mengajarkan prinsip kesetaraan dan persaudaraan.

Oleh ARIEF ROSYID HASAN, Ketum PB HMI 2013-2015, LPBI PB NU

Ibadah haji adalah salah satu rukun Islam yang wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim yang mampu baik secara fisik dan finansial, setidaknya sekali seumur hidup. Setiap tahun, jutaan manusia dari berbagai belahan dunia datang ke Mekah untuk melaksanakan serangkaian ritual. Menjalankan kewajiban pada tahun ini membawa saya pada sebuah perjalanan spiritual yang cukup besar dampaknya. Ritual-ritual ini tidak hanya memiliki dimensi spiritual tetapi juga membawa pesan sosial yang mendalam. Dalam konteks ini, salah satu aspek penting yang bisa saya gali adalah bagaimana melihat ibadah haji mampu mendorong kesalehan sosial dalam kehidupan umat Muslim.

Kesalehan sosial adalah perilaku yang mencerminkan kepedulian dan tanggung jawab terhadap sesama manusia serta lingkungan sekitar. Kesalehan sosial merujuk pada sikap dan perilaku yang mencerminkan komitmen terhadap nilai-nilai moral dan etika yang diajarkan dalam agama, serta kepedulian terhadap kesejahteraan sesama manusia. 

Ibadah haji, dengan segala prosesi dan ritualnya, mengajarkan banyak hal yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari untuk membangun kesalehan sosial. Dalam pelaksanaan ibadah haji, prinsip-prinsip kesalehan sosial ini tercermin melalui berbagai aspek.

Ibadah haji mengajarkan prinsip kesetaraan dan persaudaraan. Di hadapan Allah, semua manusia sama, tanpa melihat ragam latar belakang baik sosial, ekonomi, atau etnis. Ini tercermin dalam pakaian ihram yang dikenakan oleh setiap jemaah haji, yang terdiri dari dua helai kain putih sederhana tanpa jahitan bagi laki-laki, dan pakaian yang menutup aurat dengan warna yang tidak mencolok bagi perempuan. Pakaian ini menghapuskan segala bentuk perbedaan duniawi, menciptakan kesetaraan di hadapan Tuhan. Prinsip ini mendorong sikap saling menghargai dan memperlakukan semua orang dengan seadil-adilnya tanpa diskriminasi dalam kehidupan sehari-hari.

 
Ibadah haji mengajarkan prinsip kesetaraan dan persaudaraan.
 

Selain itu, ibadah haji juga merupakan manifestasi solidaritas global umat Islam. Ketika jutaan orang berkumpul di satu tempat dengan tujuan yang sama, kita melihat sebuah contoh nyata dari persatuan dan kebersamaan. Umat Muslim dari berbagai penjuru dunia berkumpul, berbagi ruang dan waktu, serta saling mendukung dalam menjalankan rangkaian ibadah. Momen ini mengajarkan pentingnya bekerja sama dan saling mendukung, tidak hanya dalam konteks ibadah tetapi juga dalam kehidupan sosial.

Solidaritas ini seharusnya diwujudkan dalam bentuk saling membantu dan berbagi, terutama dengan mereka yang kurang beruntung, serta berpartisipasi dalam kegiatan sosial yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Contoh paling konkret saat ini adalah bagaimana prinsip solidaritas ini terejawantahkan melalui sikap-sikap yang kita ambil terhadap korban kejahatan kemanusiaan yang ada di Palestina. Menurut saya, setiap muslim perlu untuk menyuarakan dukungannya untuk segera mengakhiri ketidakadilan yang terjadi di tanah Palestina.

Poin selanjutnya dari kesalehan sosial yang dapat dibangun melalui ibadah haji adalah pentingnya kesabaran dan toleransi. Dalam menjalankan ritual haji, jemaah sering menghadapi berbagai tantangan fisik dan emosional, seperti berdesakan di tempat-tempat suci, antrian panjang, dan kondisi cuaca yang ekstrem. Situasi ini bukan hanya menguji kemampuan fisik tetapi juga emosi dan mental setiap individu. Kondisi tersebut menuntut jemaah untuk terus bersabar dan tetap fokus pada tujuan spiritual mereka, mengajarkan bahwa kesabaran adalah kunci untuk mengatasi berbagai rintangan.

Melalui pengalaman ini, umat Muslim diajarkan untuk bersikap sabar dalam menghadapi cobaan serta bersikap toleran terhadap perbedaan yang ada di sekitar mereka. Sikap ini tidak hanya penting dalam konteks ritual ibadah, tetapi juga dalam interaksi sosial sehari-hari. Kesadaran bahwa setiap individu memiliki latar belakang, budaya, dan kebiasaan yang berbeda memperkuat nilai-nilai kemanusiaan yang saling menghormati dan menghargai perbedaan.

Dalam konteks Indonesia yang dikenal dengan kebhinnekaannya, nilai-nilai kesabaran dan toleransi yang diperoleh dari pengalaman haji sangat relevan. Negara dari beragam suku, agama, ras, dan golongan, yang semuanya hidup berdampingan. Kesadaran akan pentingnya menghormati perbedaan dan bersikap toleran sangat penting untuk menjaga kerukunan dan keharmonisan sosial di negeri ini. Kesabaran dalam memahami dan menerima keragaman budaya serta toleransi terhadap perbedaan keyakinan adalah landasan penting untuk membangun masyarakat yang inklusif dan damai. Dengan menerapkan pelajaran kesabaran dan toleransi dari ibadah haji, umat Muslim di Indonesia dapat berkontribusi dalam memperkuat semangat persatuan dan kebersamaan di tengah kemajemukan bangsa.

 
Nilai berikutnya adalah, ibadah haji mengajarkan kita tentang pentingnya pengorbanan.
 

Nilai berikutnya adalah, ibadah haji mengajarkan kita tentang pentingnya pengorbanan. Setiap jemaah meninggalkan kenyamanan rumah, mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, dan menjalani berbagai kesulitan demi menunaikan ibadah ini. Pengorbanan ini mengajarkan kita untuk lebih peka terhadap kebutuhan orang lain dan siap berkorban demi kebaikan bersama. Semangat pengorbanan ini dapat diterjemahkan dalam bentuk tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari, seperti berpartisipasi dalam kegiatan sosial, membantu mereka yang membutuhkan, dan menjaga lingkungan. Pengorbanan dalam haji mengingatkan kita bahwa kesejahteraan bersama lebih penting daripada kepentingan pribadi.

Ibadah haji juga mengajarkan pentingnya introspeksi dan perbaikan diri. Setelah melaksanakan ibadah haji, setiap Muslim diharapkan kembali dengan hati yang bersih dan tekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Mengutip Mukti Ali Qusayri dalam opininya pada 11 Juni 2024 lalu, bahwa siapa saja yang berhaji agar jangan hanya mabur (terbang naik pesawat) tetapi juga harus mabrur. Menurutnya, seseorang yang berhasil meraih haji mabrur ialah seperti manusia yang baru dilahirkan kembali di muka bumi ini, lantaran telah terjadi transformasi dan perubahan yang mendasar di dalam dirinya menuju kepribadian, karakter, dan kehidupan yang lebih baik.

Ibadah haji adalah momen untuk merenung dan mengevaluasi diri, serta bertekad untuk memperbaiki perilaku dan hubungan dengan sesama. Kesalehan sosial tidak hanya berhenti pada diri sendiri tetapi juga harus tercermin dalam kontribusi kita terhadap masyarakat. Dengan memperbaiki diri, kita dapat memberikan dampak positif yang lebih besar bagi lingkungan sekitar kita.

Secara keseluruhan, ibadah haji bukan hanya perjalanan spiritual tetapi juga sebuah pelajaran berharga tentang kesalehan sosial. Dengan memahami dan mengamalkan nilai-nilai yang diajarkan selama ibadah haji, kita dapat menjadi individu yang lebih peka, peduli, dan bertanggung jawab terhadap sesama. Nilai-nilai kesetaraan, solidaritas, kesabaran, pengorbanan, introspeksi, dan tanggung jawab lingkungan yang diinternalisasi selama haji harus tercermin dalam tindakan nyata di kehidupan sehari-hari. Inilah esensi dari kesalehan sosial yang sebenarnya, sebuah kesalehan yang membawa kebaikan tidak hanya bagi diri sendiri tetapi juga bagi seluruh umat manusia. Ibadah haji, dengan segala hikmahnya, mendorong kita untuk membangun masyarakat yang lebih adil, harmonis, dan berkelanjutan. Semoga dengan kesalehan sosial yang terbangun selama ibadah haji menjadikan kita menjadi haji yang mabrur, bukan sekadar mabur.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Idul Adha dan Penguatan Tanggung Jawab Kemanusiaan

Idul Adha mendorong rasa tanggung jawab kemanusiaan untuk berbagi.

SELENGKAPNYA

Memetik Ibrah dari Kisah Nabi Ibrahim

Nabi Ibrahim AS merupakan teladan dalam hal ketaatan kepada Allah.

SELENGKAPNYA

Mengenang Momen Terakhir Bersama Rasulullah

Khutbah Rasulullah SAW dalam al-Hajjatu al-Wadaa ditutup dengan penengasan, sempurnanya Islam.

SELENGKAPNYA