Pekerja menurunkan sembako dari atas Kapal Perintis Sabuk Nusantara 48 di Pelabuhan Selat Lampa, Natuna, Kepri, Kamis (10/6/2021). | ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Ekonomi

Menjaga Ketahanan Pangan di Perbatasan Natuna

Pemkab Natuna juga berupaya memenuhi produksi padi secara mandiri

NATUNA — Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, merupakan wilayah terluar Indonesia dan berada jauh dari ibu kota provinsi. Untuk menuju ke kabupaten itu membutuhkan waktu dua hari dua malam jika menggunakan transportasi laut dan membutuhkan 2-3 jam jika menggunakan transportasi udara.

Pendudukan di pulau didominasi oleh nelayan dan sebagian sebagai pegawai pemerintah, sedangkan petani di bawah angka 10 persen dari jumlah penduduk yang hanya sekitar 80 ribu jiwa. Kebutuhan bahan pokok di Natuna, seperti beras, gula, minyak goreng, telur ayam, jagung, minyak tanah, garam, dan bahan-bahan lainnya, disuplai dari Pulau Jawa dan daerah-daerah penyuplai bahan pokok di Indonesia.

Dengan demikian, Natuna bisa dibilang belum bisa swasembada pangan dan masih bergantung dengan daerah lain. Apabila di Natuna mengalami cuaca ekstrem, seperti gelombang tinggi dan hujan lebat yang disertai petir, maka transportasi di Natuna, seperti kapal, tidak akan beroperasi.

Begitu juga dengan transportasi udara. Jika hanya terjadi gelombang tinggi, transportasi udara masih bisa mengangkut bahan pangan, namun harga jual akan naik akibat biaya yang dikeluarkan oleh pedagang semakin besar dan bahan pangan yang dibawa juga terbatas.

Untuk mengatasi hal tersebut Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepulauan Riau mengalokasikan anggaran Rp 2,8 miliar untuk bantuan pertanian. Bantuan yang diberikan meliputi pupuk, bibit cabai, bibit padi, dan peralatan perkebunan. Bantuan-bantuan tersebut telah diberikan pada tahun 2022, 2023, dan berlanjut 2024. Tujuannya agar petani bisa membantu mencukupi kebutuhan pangan di Natuna.

photo
Pedagang beraktivitas di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur, Sabtu (16/12/2023). - (Republika/Thoudy Badai)

Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian dan Kesehatan Hewan (DKP2KH) Provinsi Kepulauan Riau terus melanjutkan program bantuan bibit cabai dan padi, termasuk pupuk. Meskipun belum sepenuhnya memenuhi kebutuhan secara total, namun bantuan tersebut terus diupayakan secara bertahap.

Selain mengalokasikan dana, Pemprov Kepri juga gencar memantau ketersediaan bahan pangan di pasar, gudang Bulog, dan toko-toko, melalui aplikasi yang sudah diciptakan. Aplikasi tersebut sangat membantu karena bisa memonitor berapa kebutuhan dan ketersediaan bahan pokok di setiap daerah di Kepri.

Upaya pemkab

Selain Pemprov Kepri, Pemkab Natuna juga berupaya memenuhi produksi padi secara mandiri, salah satunya di Desa Payak, Kecamatan Serasan Timur. Masyarakat di desa itu menanam padi di lahan 22 hektare yang hasilnya telah dipanen pada Februari 2024.

Pemkab Natuna juga rutin melakukan pemantauan stok bahan pangan di pasar, toko dan gudang Bulog, melalui dinas-dinas pengampu. Para pegawai dinas pengampu diperintahkan turun langsung untuk mendata, yang selanjutnya diserahkan kepada pimpinan mereka. Jika stok bahan pangan kurang, maka Pemkab Natuna melakukan koordinasi dengan para pedagang untuk mencukupinya agar tidak terjadi kelangkaan yang mengakibatkan harga menjadi tinggi.

Bagi Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha Mikro (Disperindagkop-UM) Natuna, kalau harga-harga itu sekitar Rp2.000 atau Rp3.000 masih dinilai wajar, karena Natuna memang berbeda dengan daerah lain.

Selain pegawai Pemkab Natuna, pemantauan juga dilakukan oleh para pemangku kepentingan yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Pangan.

Pemantauan dilakukan jika memasuki hari besar, seperti menjelang Ramadhan, Idul Fitri, Idul Adha, pergantian tahun, Imlek, Natal, dan hari-hari besar lainnya.

Dalam proses pemantauan bahan pokok, para pedagang juga kerap diimbau agar tidak menimbun barang.

Selain pemantauan, Pemkab Natuna juga menggelar bazar pangan murah dan mengimbau masyarakat untuk tidak boros dalam berbelanja. Pimpinan para pemangku kepentingan di kabupaten itu juga gencar mengimbau masyarakat dan para bawahan untuk menanam cabai dan sayur-sayur di pekarangan rumah.

photo
Pekerja menata sayuran ke atas bak kendaraan di terminal agribisnis Sewukan, Dukun, Magelang, Jawa Tengah, Jumat (17/6/2022). - (ANTARA FOTO/Anis Efizudin/foc.)

Keterlibatan TNI

Guna mendukung program ketahanan pangan, prajurit TNI di Kabupaten Natuna juga terlibat, antara lain dengan menanam bahan pangan, seperti padi, jagung, hingga sayuran dan buah-buahan. TNI AU, misalnya, mereka memanfaatkan lahan tidur seluas 1,5 hektare untuk menanam berbagai jenis sayuran, hingga buah-buahan.

Program menanam tersebut digagas sejak 2022 untuk membantu mencukupi kebutuhan pangan rumah tangga para prajurit dan masyarakat sekitar.

Hasil dari program itu, Komandan Pangkalan TNI AU Raden Sadjad (Lanud RSA) Natuna Kolonel Pnb Dedy Iskandar menjelaskan bahwa pihaknya telah memanen timun suri, blewah, terong biru, ubi ungu, cabe rawit.

Sementara, prajurit TNI AL memanfaatkan lahan tidur seluas 3,2 hektare untuk menanam padi gogo dan jagung yang berjalan sejak awal tahun. Tidak hanya itu, sebelumnya TNI AL juga telah menanam sayuran dengan metode hidroponik dan sudah berjalan sejak 2020.

Komandan Pangkalan TNI Angkatan Laut (Danlanal) Ranai Kolonel Laut (P) Maman Nurachman memandang bahwa pangan merupakan komoditas penting dan strategis mengingat pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Untuk itulah pihaknya bersama prajurit ikut berpartisipasi guna memenuhi kebutuhan dasar tersebut, bukan sebatas sebagai konsumen.

Untuk TNI AD, mereka memanfaatkan sembilan hektare lahan tidur untuk menanam jagung dan singkong di daerah itu, sejak tahun 2022. Tidak hanya jagung dan singkong, TNI AD juga menanam cabai dan sayur.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat