
X-Kisah
Adu Cepat AS-Cina Temukan Vaksin Korona
Para peneliti di berbagai perusahaan dan lembaga riset farmasi berkejaran dengan waktu mencoba menemukan vaksin untuk Covid-19. Sejumlah uji coba terkait vaksin potensial mulai dilakukan kemarin. Namun, diperkirakan vaksin yang benar-benar siap baru akan tersedia di rumah sakit 18 bulan lagi.
Di Seattle, Washington, Amerika Serikat (AS), ilmuwan di Kaiser Permanente Washington Research Institute di Seattle memulai penelitian tahap pertama tentang potensi vaksin Covid-19. Para peneliti melakukan uji coba pertama kali untuk vaksin virus korona pada Senin (16/3).
Suntikan vaksin pertama ini dilakukan pada empat sukarelawan yang sehat. "Kami tim virus korona sekarang. Semua orang ingin melakukan apa yang mereka bisa dalam keadaan darurat ini," kata pemimpin studi Kaiser Permanente, Dr Lisa Jackson, pada malam sebelum eksperimen.
Eksperimen di Seattle berlangsung beberapa hari setelah Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan wabah virus baru sebagai pandemi karena penyebaran globalnya yang cepat. Beberapa sukarelawan sehat yang dipilih dengan hati-hati dalam penelitian ini berusia 18 hingga 55 tahun.
Mereka mendapatkan dosis yang lebih tinggi daripada yang lain untuk menguji seberapa kuat inokulasi yang seharusnya. Pelibatan orang sehat dalam percobaan ini untuk melihat efek samping yang dapat diberikan.
Peneliti ingin melihat efek dari vaksin bekerja dengan baik dan aman. Jika terbukti manjur, maka vaksin bisa digunakan secara global pada 12 hingga 18 bulan kedepan. Para ilmuwan akan memeriksa efek samping dan mengambil sampel darah untuk diuji apakah vaksin tersebut meningkatkan sistem kekebalan tubuh.
"Kami tidak tahu apakah vaksin ini akan memicu respons kekebalan atau apakah itu aman. Itu sebabnya kami melakukan percobaan. Itu tidak pada tahap di mana akan mungkin atau bijaksana untuk memberikannya kepada populasi umum," ujar Jackson menjelaskan.
Laporan AP menyatakan, sukarelawan pertama yang menerima vaksin ini merupakan seorang manajer operasi di sebuah perusahaan teknologi kecil. "Kita semua merasa sangat tidak berdaya. Ini adalah kesempatan luar biasa bagi saya untuk melakukan sesuatu," kata Jennifer Haller dari Seattle sebelum mendapatkan vaksinasi.
Dalam foto yang beredar terlihat wajah Jennifer yang agak tegang. Ia duduk di sebuah dipan di dalam ruangan. Setelah injeksi, perempuan berusia 43 tahun ini meninggalkan ruang ujian dengan senyum lebar "Saya merasa senang". Dia pun mengaku anak-anaknya merasa bangga dan melihatnya sebagai sosok yang keren karena mau menjadi sukarelawan. Sedangkan tiga orang lainnya mengikuti tes dan jejak mereka akan dilanjutkan pada 45 sukarelawan dengan dua dosis suntikan pada bulan lainnya.
Upaya ini bukan satu-satunya vaksin potensial karena pada saat bersamaan lusinan kelompok riset di seluruh dunia berlomba untuk membuat vaksin melawan Covid-19. Kandidat lain seperti vaksin yang dibuat oleh Inovio Pharmaceuticals, diperkirakan akan memulai studi keselamatannya sendiri bulan depan di AS, Cina, dan Korea Selatan.
Sedangkan di Cina, sejumlah ilmuwan menginfeksi kera dengan virus korona yang menyebabkan Covid-19 beberapa waktu lalu. Hasilnya, kera yang pulih dari virus terdeteksi mengembangkan kekebalan efektif dari penyakit ini.
Hasil baru itu merupakan penemuan penting yang berpotensi dapat mengembangkan vaksin Covid-19 di belahan timur dunia. Namun, para peneliti juga menemukan bahwa hewan dapat terinfeksi melalui mata mereka. Hal ini menandakan, memakai masker kemungkinan tidak cukup untuk melindungi orang dari penyakit.

Detail dari percobaan oleh tim dirilis pada Sabtu pekan lalu di bioRxiv, situs web studi tersebut. Profesor Qin Chuan menuliskan bahwa tim penelitiannya menginfeksi empat kera rhesus dengan jenis Covid-19. Hewan-hewan itu mulai menujukkan tanda-tanda penyakit tiga hari kemudian.
Autopsi dilakukan pada dua monyet ini sekitar dua pekan kemudian dan para peneliti tidak dapat menemukan jejak virus di tubuh mereka. Sementara itu, tingkat antibodi yang sangat tinggi terdeteksi setelah pekan kedua. Hal itu menunjukkan bahwa sistem kekebalan siap untuk melawan penyakit. Qin mengatakan, hasilnya akan memiliki implikasi penting dalam mengevaluasi pengembangan vaksin.
Upaya monopoli
Sementara itu, Pemerintah Jerman berusaha menghentikan upaya Pemerintah AS memindahkan pusat penelitian sebuah perusahaan Jerman ke Washington, AS. Diketahui, perusahaan tersebut kini sedang mencari formula vaksin virus korona. Politisi Jerman bersikeras, tidak ada negara yang seharusnya memonopoli vaksin nantinya.
Seorang sumber pemerintahan Jerman mengatakan kepada Reuters, Ahad (15/3), Pemerintah AS sedang mencari cara untuk mendapatkan akses ke vaksin potensial yang sedang dikembangkan perusahaan CureVec.
Sebelumnya, surat kabar Welt am Sonntag Jerman juga sempat melaporkan, Presiden AS Donald Trump telah menawarkan sejumlah dana untuk membujuk CureVac memindahkan laboratoriumnya ke AS. Di sisi lain, Pemerintah Jerman juga membuat langkah balasan agar mereka tetap tinggal.
Duta Besar AS untuk Jerman Richard Grenell menampik isu tersebut. "Pemberitaan Welt salah," tulisnya dalam akun Twitter yang dilansir Reuters, Ahad. Seorang pejabat AS mengatakan, terlalu banyak unsur yang dipermainkan dalam pemberitaan tersebut. Pihaknya akan terus berbicara dengan perusahaan manapun yang mengklaim dapat membantu. Jika sudah menemukan solusi, pemerintah AS berkomitmen membagikannya kepada dunia.
Sedangkan, juru bicara Kementerian Kesehatan Jerman membenarkan kutipan di surat kabar. Pemerintah Jerman sangat tertarik untuk memastikan bahwa vaksin itu dapat digunakan untuk mencegah penyebaran virus korona lebih lanjut. "Dalam hal ini, pemerintah melakukan pertukaran insentif dengan perusahaan CureVac," ujarnya.
Welt am Sonntag menuliskan, seorang narasumber pemerintah Jerman yang tidak disebutkan namanya mengatakan, Trump mencoba mengamankan karya para ilmuwan itu secara eksklusif. Trump juga akan melakukan apa saja untuk mendapatkan vaksin tersebut untuk AS. ?Tapi, hanya untuk AS,? katanya.
Menteri Dalam Negeri Jerman Horst Seehofer mengatakan, pada konferensi pers, komite krisis virus korona pemerintah akan membahas kasus CureVac pada Senin (16/3). Sementara itu, CureVac masih enggan memberikan tanggapan terhadap rumor akuisisi itu.
Investor utama CureVac, Dietmar Hopp, mengatakan, dia tidak berencana menjual perusahaan. Ia juga ingin CureVac mengembangkan vaksin virus korona untuk masyarakat dunia, tidak terbatas pada satu negara atau kawasan regional saja.
Seorang juru bicara Kementerian Ekonomi Jerman mengatakan, Berlin memiliki minat besar dalam memproduksi vaksin di Jerman dan Eropa. Ia mengutip undang-undang perdagangan luar negeri Jerman. Berlin dapat memeriksa tawaran pengambilalihan sebuah perusahaan dari negara non-Uni Eropa apabila kepentingan keamanan nasional atau Eropa dipertaruhkan.
CureVac kini tengah mengembangkan vaksin virus korona. Chief Production Officer dan Co-founder CureVac Florian von der Muelbe mengatakan kepada Reuters, pekan lalu, perusahana telah memulai dengan banyak kandidat vaksin. Kini, perusahaan sedang memilih dua pilihan terbaik untuk uji klinis.
Perusahaan swasta yang berbasis di Tuebingen, Jerman, tersebut berharap dapat menyiapkan vaksin eksperimental pada Juni atau Juli. Mereka segera mencari perizinan dari regulator untuk melakukan pengujian pada manusia.
Dalam situs resminya, CureVac mengatakan, CEO Daniel Menichella sempat bertemu dengan Trump pada awal Maret. Trump didampingi Wakil Presiden Mike Pence dan anggota Gugus Tugas Virus Korona Gedung Putih bersama perwakilan senior perusahaan farmasi dan bioteknologi untuk membahas vaksin.
Pada 2015 dan 2018, CureVac mendapatkan dukungan finansial untuk proyek-proyek pembangunan dari investornya, Bill & Melinda Gates Foundation. Khususnya untuk membuat suntikan pencegah malaria dan influenza. n
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.