Presiden Joko Widodo menyampaikan pidato saat membuka KTT World Water Forum ke-10 di Bali, Senin (20/5/2024). | Tangkapan layar youtube Sekretariat Presiden

Ekonomi

Jokowi Ajak Dunia Berkolaborasi Atasi Permasalahan Air

Kelangkaan air bisa memicu perang serta menjadi sumber bencana.

BALI - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan kolaborasi menjadi kata kunci bagi keberhasilan dunia dalam mengatasi tantangan global terkait air. Pernyataan itu disampaikan Presiden dalam pidatonya saat membuka Konferensi Tingkat Tinggi World Water Forum (WWF) Ke-10 di Bali Internasional Convention Center (BICC), Bali, Senin (20/5/2024).

"Dengan berkumpulnya kita di Bali hari ini, tentu Indonesia berharap dunia dapat saling bergandengan tangan secara berkesinambungan untuk dapat memperkuat komitmen kolaborasi dalam mengatasi tantangan global terkait air," katanya.

Ia mengatakan, ketersediaan air bersih yang semakin menipis adalah tantangan global saat ini. Dari 72 persen permukaan bumi yang tertutup air, hanya 1 persen yang bisa diakses dan digunakan sebagai air minum dan keperluan sanitasi.

photo
Warga mengecek kondisi air dalam sumur di Pedukuhan Klegung, Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta, Selasa (3/10/2023).  - (Republika/Wihdan Hidayat)

Bahkan, pada tahun 2050, kata Jokowi, 500 juta petani kecil sebagai penyumbang 80 persen pangan dunia diprediksi paling rentan mengalami kekeringan.

"No water, no life, no growth. Oleh sebab itu, air harus dikelola dengan baik, karena setiap tetesnya sangat berharga," katanya.

Di Indonesia, kata Jokowi, kolaborasi telah menjadi kunci keberhasilan dalam merestorasi Sungai Citarum serta pengembangan energi hijau, solar panel terapung di Waduk Cirata, dan menjadi yang terbesar di Asia Tenggara dan ketiga di dunia.

Jokowi dalam kesempatan itu mengingatkan bahwa peran air sangat sentral bagi kehidupan umat manusia. Menurut dia, kelangkaan air bisa memicu perang serta menjadi sumber bencana. Selain itu, kekurangan air juga diperkirakan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi sampai 6 persen hingga tahun 2050.

“Kelangkaan air dapat memicu perang serta bisa menjadi sumber bencana. Too much water maupun too little water, keduanya dapat menjadi masalah bagi dunia,” kata Jokowi saat membuka sesi pertemuan Tingkat Tinggi World Water Forum ke-10 di Bali International Convention Center (BICC) Nusa Dua Bali, Senin (20/5/2024).

Jokowi mengungkapkan bahwa dalam 10 tahun terakhir, Indonesia telah memperkuat infrastruktur airnya dengan membangun 42 bendungan; 1,18 juta hektare jaringan irigasi; 2.156 kilometer pengendali banjir dan pengamanan pantai; serta merehabilitasi 4,3 juta hektare jaringan irigasi.

“Air juga kami manfaatkan untuk membangun PLTS Terapung di waduk Cirata sebagai PLTS terapung terbesar di Asia Tenggara,” tambah dia.

Dalam forum air sedunia ini, kata Jokowi, terdapat tiga hal akan diperjuangkan oleh Indonesia selaku tuan rumah. Pertama, meningkatkan prinsip solidaritas dan inklusivitas untuk mencapai solusi bersama, terutama bagi negara-negara pulau kecil dan yang mengalami kelangkaan air.

Kedua, memberdayakan diplomasi air untuk kerja sama konkret dan inovatif, menjauhi persaingan dalam pengelolaan sumber daya air lintas batas. Ketiga, memperkuat political leadership sebagai kunci sukses berbagai kerja sama menuju ketahanan air berkelanjutan.

Melalui forum ini, Indonesia juga akan mengangkat empat inisiatif baru, yaitu penetapan World Lake Day, pendirian Center of Excellence di Asia Pasifik, Tata kelola air berkelanjutan di negara pulau kecil, dan Penggalangan proyek-proyek air.

“Air bukan sekedar produk alam, tapi merupakan produk kolaborasi yang mempersatukan kita sehingga butuh upaya bersama untuk menjaganya,” kata Jokowi.

photo
Seorang warga memeriksa kondisi tambak ikan di Tanjung Kait, Mauk, Kabupaten Tangerang, Banten, Selasa (17/10/2023). - (ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin)

Deputi Bidang Ekonomi, Kementerian PPN/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti pada Ahad (19/5/2024) mengatakan, gelaran World Water Forum 2024 di Bali dapat menjadi ajang kolaborasi antarnegara untuk mulai menerapkan ekonomi biru atau blue economy.

Stakeholders, mitra pembangunan, dan negara-negara lain bekerja sama dengan Indonesia dalam mewujudkan tindakan konkrit untuk (penerapan) blue economy yang dapat memberikan kesejahteraan kepada rakyat, serta menjadi mesin pertumbuhan perekonomian Indonesia,” kata Amalia dalam acara Paralel Event World Water Forum 2024 di Tanjung Benoa Nusa Dua, Bali, Ahad.

Berdasarkan Peta Jalan Ekonomi Biru Indonesia atau Indonesia Blue Economy Roadmap 2023-2045, pemerintah memproyeksikan ekonomi biru dapat menciptakan 12 juta lapangan kerja baru pada 2030 serta penyediaan 40 kali besar energi baru terbarukan (EBT) pada 2050. Amalia mengatakan, ekonomi biru didesain untuk mendukung agenda transformasi ekonomi guna mengantarkan Indonesia keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah.

"Karena Indonesia harus keluar dari middle-income trap, tanpa sumber pertumbuhan ekonomi baru maka tingkat pertumbuhan yang minimal 6 persen dalam 20 tahun ke depan tidak akan tercapai. Jadi Indonesia benar-benar harus aktif mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru," ujarnya.
Oleh karena itu, ekonomi biru dinilai mampu menjadi salah satu mesin penggerak pertumbuhan ekonomi yang baru.

Pada kesempatan yang sama, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas Vivi Yulaswati berharap bahwa isu kelangkaan air dan sistem pengairan di pulau-pulau kecil turut menjadi pembahasan serius dalam ajang World Water Forum ke-10. Ia juga menilai bahwa kolaborasi antar pihak dapat menjadi salah satu solusi dari permasalahan air yang disebabkan perubahan iklim.

“Misalnya ketersediaan infrastruktur irigasi yang mampu mendukung budidaya perikanan akan sangat penting juga bagi kita di masa depan, tidak terbatas hanya pada pengairan rutin bagi para petani,” tutupnya.

World Water Forum Ke-10 diselenggarakan bersama Pemerintah Indonesia dan Dewan Air Dunia (World Water Council (WWC). Mengusung tema “Air untuk Kesejahteraan Bersama” atau “Water for Shared Prosperity”. Forum tersebut diharapkan memberikan solusi dalam menyediakan air untuk seluruh kehidupan.

Para pemimpin, kepala negara, dan delegasi global akan bertukar gagasan dan pemikiran dalam mencari solusi masalah air dunia dalam forum yang digelar pada 18-25 Mei di Bali, Indonesia. Lebih dari 200 sesi diskusi akan fokus memperkuat kemampuan dalam mengatasi berbagai tantangan dalam menyediakan air bersih dan adil bagi semua.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat