Ekonomi
Jokowi Restui Perpanjangan Kontrak Freeport
Pemerintah akan terus memantau progres pembangunan smelter Freeport.
JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan akan memperpanjang izin ekspor konsentrat tembaga PT Freeport Indonesia (PTFI). Izin ekspor konsentrat tembaga PT Freeport diketahui akan berakhir pada Mei 2024.
"Ya terus dong, ya diperpanjang. Hanya kita ini masih berhitung mengenai dikenakan berapa," kata Jokowi di Pasar Baru Karawang, Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Rabu (8/5/2024).
Meski demikian, Jokowi tak menyampaikan berapa lama perpanjangan izin diberikan. Namun menurutnya, pemberian relaksasi ekspor konsentrat tembaga untuk menghargai pembangunan smelter oleh PT Freeport dan Amman Mineral.
Nantinya, smelter Freeport di Gresik mampu memurnikan konsentrat tembaga dengan kapasitas produksi 1,7 juta ton dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton per tahun. Ia pun memastikan bahwa pemerintah terus memonitor proses pembangunan smelter yang hampir rampung.
Jokowi mengatakan, pembangunan smelter oleh Freeport dan Amman Mineral menunjukan keinginan untuk melakukan hilirisasi di dalam negeri. Upaya kedua perusahaan tambang itu pun dinilainya harus dihargai.
"Tapi saya kira dengan selesainya smelter itu menunjukkan keinginan kuat mereka untuk hilirisasi, untuk downstreaming di dalam negeri. Saya kira itu bagus sekali dan itu harus dihargai," kata Jokowi.
Sebelumnya, Direktur Utama PT Freeport Indonesia (PTFI) Tony Wenas mengatakan saat ini progres pembangunan smelter Gresik mencapai 94 persen. Pada Mei ini, ditargetkan akan selesai pembangunannya.
"Nanti mulai beroperasi pada Juni. Namun, baru bisa memproduksi katoda tembaganya pada Agustus," kata Tony pada April lalu.
Namun, Tony memastikan pada 2024 secara bertahap pabrik pemurnian tembaga tersebut sudah bisa beroperasi 100 persen. Tahap awal di Agustus baru bisa dimulai dengan kapasitas 850 ribu ton atau sekitar 50 persen dari kapasitas produksi.
Smelter tembaga ini akan menjadi smelter single line terbesar di dunia dengan kemampuan memurnikan konsentrat tembaga berkapasitas produksi 1,7 juta ton dan menghasilkan katoda tembaga hingga 600.000 ton per tahun.
Produksi emas di smelter PTFI Gresik ini mencapai 50 ton per tahun dan 150-200 ton perak per tahun. Produk sampingan dari lumpur anoda dalam proses peleburan menghasilkan emas dan perak murni mencapai 6 ribu ton per tahun.
Produk sampingan lainnya, yakni asam sulfat sebanyak 1,5 juta ton per tahun, terak tembaga 1,3 juta ton per tahun, dan gipsum 150 ribu ton per tahun.
Menteri Investasi atau Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyampaikan, pemerintah terus menyiapkan penambahan kepemilikan saham pada PT Freeport Indonesia (PTFI). Hal ini dilakukan sekaligus memperpanjang kontrak Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) Freeport hingga 2061.
Bahlil mengatakan, pembelian saham pemerintah pada PTFI sejalan dengan kebijakan pemerintah guna membangun hilirisasi di Indonesia, khususnya pada ekosistem kendaraan listrik. Melalui kepemilikan saham yang lebih besar, pemerintah tidak hanya diuntungkan dengan besaran dividen, tapi juga dapat mendukung kebijakan pemerintah dalam melakukan hilirisasi.
"Sekarang Freeport sudah menjadi perusahaan milik Pemerintah Indonesia, karena kita sudah mayoritas. Kita beli kurang lebih sekitar hampir 4 miliar dolar AS, dan dari pendapatan itu, sekarang dividen 2024 itu sudah hampir lunas dengan pendapatan itu," kata Bahlil, belum lama ini.
Bahlil juga menyebutkan, lewat kepemilikan saham mayoritas di PTFI, pemerintah juga dapat dengan lebih mudah menjalankan kebijakan hilirisasi, khususnya pada komoditas tembaga. Ia bercerita tentang bagaimana pembangunan smelter PTFI di Gresik yang akhirnya berjalan karena adanya dorongan kuat dari pemerintah.
"3 miliar dolar AS (untuk) bangun smelter di Gresik. Sekarang sudah jadi, bulan Mei (beroperasi) dan di situ kita sudah bisa produksi katoda tembaga. Dari 3 juta konsentrat yang dibawa dari Timika ke Gresik, itu menghasilkan 400 ribu ton katoda tembaga, 60 ton emas," tutur dia.
Dalam kesempatan tersebut, Bahlil juga mengatakan, perpanjangan kontrak PTFI tidak terlepas dari rencana perusahaan untuk memproduksi kawat tembaga. Kawat tembaga merupakan produk turunan tembaga yang bisa menghasilkan nilai 24 kali lipat.
Bahlil menyebut, dengan memproduksi kawat tembaga, Indonesia akan semakin dekat dalam mewujudkan ekosistem industri kendaraan listrik dari hulu ke hilir di dalam negeri. "Nah kalau tembaganya ada, itu kita bangun pabrik mobil. Copper wire (kawat tembaga) itu bungkus untuk baterai, jadi kita bangun ekosistemnya semua di Indonesia. Supaya kita jadi negara produsen yang disegani dunia," tutur dia.
Selain bercerita tentang PTFI, Bahlil kembali menegaskan tentang arah kebijakan pemerintah terkait dengan hilirisasi. Menurutnya, negara harus mempunyai arah kebijakan yang jelas. "Tujuan kita berbangsa dan bernegara ini apa? Menciptakan kesejahteraan. Itu salah satu tujuan kita. Lewat apa? Mengelola sumber daya alam. Pasal 33 UUD 45," jelasnya.
Bahlil pun mengingatkan agar Indonesia tidak mengulangi kesalahan yang sama dengan hanya mengeksploitasi komoditas mentah. Ia menyebutkan, Indonesia pernah mempunyai kekayaan minyak.
"Kita pernah masuk dalam OPEC (Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak Bumi). Sekarang kita tidak termasuk lagi ke dalam OPEC, kenapa? Karena konsumsi minyak kita per hari satu juta 500 barel per hari. Produksi kita hanya 625 ribu barel per hari. Impor kita 870 ribu barel per hari. Kita sekarang impor minyak," tutur dia.
Menurutnya hal ini terjadi karena salah kebijakan. Itulah kenapa pemerintah perlu mengubah arah kebijakan dengan membangun hilirisasi. Tujuannya untuk percepatan pertumbuhan ekonomi nasional dan menciptakan lapangan pekerjaan yang berkualitas menuju Indonesia setara dan sejahtera.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.