Nusantara
Seru-seruan di Pulau ‘Enthoven’
Panas terik matahari pun diabaikan demi spot unik swafoto.
Pasir putih, mercusuar, dan bebatuan granit. Sepintas keberadaan mereka tidak saling terkait. Tapi, ketiganya berpadu apik di Pulau Lengkuas, salah satu pulau terbesar di Kepulauan Bangka Belitung. Air laut yang jernih menampakkan warna-warni bawah laut yang berpadu serasi dengan pasir putih.
Pulau Lengkuas memberikan panorama keindahan alam yang sama sekali berbeda. Bahkan sejak titik awal perjalanan menuju pulau tersebut, mata tak henti-hentinya disajikan pemandangan unik. Hanya beberapa menit dari pusat Kota Belitung, jajaran kapal-kapal kecil di Pantai Tanjung Kelayang, Kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung, siap membawa siapa pun menuju arah utara, menuju Pulau Leng kuas.
Kapal beragam warna dan corak berpadu serasi dengan pasir putih menggoda siapa pun untuk menyusuri kejernihan air laut menuju Pulau Lengkuas. Dan sejak awal berada di dalam perahu, sejak itu pula mata tak henti disajikan pemandangan memukau.
Pemandangan kumpulan bebatuan granit menyembul di permukaan laut menjadikan sekitar 30 menit perjalanan menuju Pulau Lengkuas terasa begitu singkat. Apalagi, dari dalam perahu pula bisa terlihat bayang-bayang Pulau Pasir di bawah permukaan air laut. Pulau ini memang hanya muncul ke permukaan ketika air laut surut.
Tapi, ketika air laut pasang pun bayang-bayangnya masih samar terlihat. Setelah beberapa menit melewati bayang-bayang Pulau Pasir, di kejauhan tampak sebuah bangunan putih menjulang tinggi: Mercusuar Pulau Lengkuas. Inilah magnet utama Pulau Leng kuas, selain bebatuan granit.
Semakin dekat, bangunan mercusuar semakin terlihat kokoh, seperti menembus birunya awan. Dan saat menjejakkan kaki di pasir putih Pantai Lengkuas, banyak pengunjung berlomba menemukan titik asyik buat swafoto yang kebanyakan mejadikan mercusuar sebagai latar belakang.
Ya, mercusuar itu memang melatarbelakangi kehadiran Pulau Lengkuas. Catatan sejarah menyebutkan, pulau ini pertama kali dibuka Belanda memang hanya untuk membangun mercusuar. Mercusuar pun didirikan pada 1882 dengan konstruksi baja dan batu bata.
Bangunan mercusuar dan rumah petugas di dalamnya konon masih asli peninggalan Belanda. Perusahaan yang mendirikan adalah LI Enthoven Co yang berbasis di Belanda. Hinggi kini, mercusuar ini masih berfungsi.
Dulu, bahkan pengunjung dibolehkan naik ke mercusuar 18 lantai ini untuk sekadar swafoto atau mengabadikan panorama Pulau Lengkuas dari ke tinggian. Tapi, dengan alasan keamanan, sejak 2017, pengunjung tak bisa lagi masuk dan naik ke atas mercusuar.
Pembangunan mercusuar bermula dari penyerahan Pulau Belitung dari Inggris ke Belanda pada 1817. Pulau Belitung awalnya memang di bawah kekuasaan Inggris. Sejak dulu, pulau penghasil sahang (lada putih) ini menjadi jalur perdagangan penting, sehingga lalu lintas perdagangan di Belitung sangat padat.
Setelah menguasai Belitung, pemerintah kolonial Belanda membangun mercusuar. Tujuannya, mengawasi kapal yang lalu lalang di perairan Belitung. Di depan mercusuar tertulis `Vervaardigd Door LI Enthoven & Co Fabrikanten Te Gravenhage' yang menunjukkan pembangunan mercusuar dilakukan LI Enthoven.
Lantaran mercusuar dibangun LI Enthoven, pulau ini pun diberi nama Pulau Enthoven. Cuma, masyarakat setempat saat itu kesulitan menyebut `Enthoven', sehingga sebutannya diganti dengan bahasa Inggris menjadi Pulau Lighthouse.
Ternyata, masyarakat lokal masih kesulitan menyebutnya, sampai muncul kata lengkuas. Nama inilah yang akhirnya dipakai sampai sekarang.
Tapi, catatan lain menyebutkan, `Lengkuas' berasal dari bangunan panjang di sekitar mercusuar yang mungkin pernah jadi tempat tinggal penjaga mercusuar. Bangunan panjang itu dulu dikenal sebagai `Longhouse'. Nah, dari kata inilah konon muncul nama `Lengkuas'.
Apa pun asal muasal nama `Lengkuas' yang jelas tidak ada kaitannya dengan lengkuas yang biasa dijadikan bahan baku bumbuk masak. Dan pasti nya, bukan hanya mercusuar zaman Belanda yang diserbu jadi ajang swafoto.
Kumpulan batu granit yang besarnya berkali lipat dari tubuh manusia pun menambah eksotisme pulau ini dan jadi rebutan swafoto, di atas maupun di sela bebatuan. Bagi penggemar keindahan bawah lalu, Pulau Lengkuas juga menyediakan beberapa titik snorkeling.
Sekadar berenang pun bukan soal. Kalau beruntung, kabarnya, bisa berenang bersama biota laut yang sewaktu-waktu muncul. Bagi yang lebih suka duduk santai menikmati pemandangan pasir putih, desir angin, dan kejernihan air laut, deretan warung kecil menjajakan kelapa muda siap menemani.
Pasir putih, mercusuar, dan kumpulan batuan granit raksasa di Pulau Lengkuas bukan hanya menghadirkan panorama keunikan alam, melainkan juga spot menantang buat swafoto.
Barangkali, siapa pun yang mengin jakkan kaki di Pulau Lengkuas bakal mengabaikan panas dan teriknya matahari demi menemukan spotunik dan asyik berswafoto atau sekadar seru-seruan bareng di pasir putih pantai Pulau `Enthoven'.
(Disadur dari Harian Republika edisi 8 Desember 2019)
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.