Sains
Mengapa Gunung Api Bisa Alami Erupsi?
Erupsi gunung api merupakan sebuah peristiwa ketika gas dan/atau lahar keluar dari gunung api.
Erupsi eksplosif terjadi di Gunung Marapi pada 3 Desember 2023 pukul 14.54 WIB. Erupsi ini memunculkan kolom abu teramati dengan ketinggian sekitar 3.000 meter di atas puncak. Apa itu erupsi?
Erupsi gunung api merupakan sebuah peristiwa ketika gas dan/atau lahar keluar dari gunung api. Terkadang, proses keluarnya gas dan/atau lahar ini bisa terjadi secara eksplosif. "Ketika gunung api erupsi, dia bisa mengeluarkan gas panas dan berbahaya, abu, lahar, hingga bebatuan yang bisa menimbulkan banyak korban jiwa dan kerusakan harta benda," ungkap Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam laman resminya, seperti dikutip Republika, pada Senin (4/12/23).
Proses erupsi pada gunung api seperti Gunung Marapi berkaitan erat dengan keberadaan magma. Magma terbentuk ketika bagian atas mantel bumi atau bagian bawah kerak bumi mencair. Batu yang mencair ini bercampur dengan gas dan kristal mineral. "Gunung api pada dasarnya merupakan sebuah bukaan atau lubang (untuk) keluarnya magma dan gas-gas terlarut di dalamnya," tulis Scientific American dalam laman resminya.
Erupsi gunung api bisa dipicu oleh beberapa faktor. Tiga faktor yang paling umum adalah daya apung magma, tekanan dari gas tereksklusi di dalam magma, dan penambahan magma baru ke dalam chamber atau ruang bawah tanah yang sudah dipenuhi dengan magma. "Meski ahli vulkanologi sangat memahami ketiga proses ini, mereka belum bisa memprediksi terjadinya erupsi gunung api," lanjut Scientific American.
Sulit Dideteksi
Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Hendra Gunawan mengatakan, sifat erupsi Gunung Marapi sangat sulit dideteksi, baik secara visual maupun kegempaan. Sebab itu, pihaknya sejak 2011 memberikan status level II di gunung aktif tersebut atau dalam kata lain berstatus waspada. “Dengan sebegitu banyak peralatan, memang sifat dari erupsi Gunung Marapi ini sangat sulit dideteksi, ya,” ucap Hendra dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (4/12/2023).
Hendra memaparkan, berdasarkan data gempa vulkanik di Gunung Marapi, bisa dikatakan gempa vulkanik di sana tergolong sangat miskin gempa. Dia juga memperlihatkan kondisi kawah Gunung Marapi sekitar satu bulan sebelum terjadinya erupsi pada Ahad (3/12/2023) lalu yang memang tampak tidak ada aktivitas.
“Sangat-sangat miskin gempa di Gunung Marapi, walaupun alat kita cukup banyak. Nah, ini kenapa alasan kita selalu pada level II, untuk antisipasi sebetulnya. Preventif agar menghindari kejadian yang tidak kita inginkan bersama,” ujar dia.
Dia menjelaskan, meski secara visual tidak menunjukkan tanda-tanda erupsi dan secara kegempaan hanya ada satu gempa per bulan, dilihat dari sejarahnya, erupsi selalu terjadi di sana. Sebab itu, pihaknya menetapkan status gunung itu berada di status II atau waspada. Dengan upaya preventif, pihaknya membuat rekomendasi pembatasan aktivitas di radius 3 kilometer.
“Karena itu kita buat rekomendasi 3 kilometer itu berdasarkan statistik (jarak aman) adanya erupsi setiap dua atau sampai empat tahun, hanya tanggal dan bulannya kita nggak pernah tahu,” ujar Hendra.
Dia juga menekankan, pihaknya hanya berwenang untuk memberikan saran dan rekomendasi untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan sebelum membuka atau menutup kawasan gunung tersebut untuk pendakian. PVMBG, kata dia, mengembalikan kebijakan itu kepada pemangku kepentingan terkait.
“Rekomendasi teknis dari PVMBG ini kan boleh mendaki, tapi jaga jarak, gitu ya. Karena kita tidak ingin ada kejadian yang tidak diinginkan untuk kasus bila ada erupsi yang mendadak, itu saja sebetulnya,” kata dia.
Menurut Hendra, karena selama dua hingga empat tahun bisa saja tidak terjadi erupsi di gunung semacam itu, maka semestinya semua pihak lebih meningkatkan kewaspadaan. Tidak adanya "aktivitas" pada gunung dengan level II seperti itu bukan berarti situasi aman terkendali.
“Tolong kita sadari semua, saat tidak terjadi bukan berarti aman. Nah, itu justru kita harus meningkatkan lebih kewaspadaan. Tidak terjadi erupsi selama dua-tiga tahun berarti sudah menyebabkan akumulasi gas dekat dasar kawah. Sebetulnya itu, tapi kapan tanggal dan bulan ini sulit,” terang dia.
Proses erupsi pada gunung api seperti Gunung Marapi berkaitan erat dengan keberadaan magma
Yang Harus Dilakukan dan Dihindari Ketika Erupsi Gunung Api
Erupsi gunung api bisa membahayakan jiwa. Belum lama ini, misalnya, erupsi Gunung Marapi telah menelan 11 korban jiwa dan menyebabkan 12 orang hilang. Tak hanya itu, WHO mengungkapkan bahwa erupsi gunung api juga dapat menyebabkan bencana sekunder. Beberapa dari bencana sekunder tersebut adalah banjir dan tanah longsor. Abu panas yang muncul saat erupsi juga dapat mengakibatkan kebakaran hutan.
Berkaitan dengan hal ini, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan bahwa ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat sebelum letusan atau erupsi terjadi. Berikut ini adalah hal-hal tersebut, seperti dikutip dari laman resmi BNPB:
1. Memperhatikan arahan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) terkait dengan perkembangan aktivitas gunung api.
2. Persiapkan masker dan kacamata pelindung untuk mengantisipasi debu vulkanik.
3. Mengetahui jalur evakuasi dan shelter yang telah disiapkan oleh pihak berwenang.
4. Mempersiapkan skenario evakuasi lain apabila dampak letusan meluas di luar prediksi ahli.
5. Persiapkan dukungan logistik, seperti makanan siap saji dan minuman, lampu senter dan baterai cadangan, uang tunai secukupnya, hingga obat-obatan khusus sesuai kebutuhan tiap individu.
Selain itu, ada pula beberapa hal yang perlu dilakukan oleh masyarakat saat erupsi gunung api terjadi. Berikut ini adalah arahan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB):
1. Pastikan Anda sudah berada di shelter atau tempat lain yang aman dari dampak letusan.
2. Gunakan masker dan kacamata pelindung.
3. Selalu memperhatikan arahan dari pihak berwenang selama berada di shelter.
Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI juga mengungkapkan ada tujuh hal yang perlu dihindari dan dilakukan ketika erupsi gunung api terjadi. Berikut ini adalah ketujuh hal yang perlu dihindari dan dilakukan tersebut, seperti dikutip dari laman resmi Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan RI:
1. Tidak berada di lokasi yang direkomendasikan untuk dikosongkan.
2. Tidak berada di lembah atau daerah aliran sungai.
3. Hindari tempat terbuka dan lindungi diri dari abu letusan gunung api.
4. Jangan lupa untuk selalu menggunakan kacamata pelindung untuk melindungi penglihatan.
5. Hindari penggunaan lensa kontak.
6. Gunakan pakaian tertutup yang dapat melindungi tubuh seperti baju lengan panjang celana panjang dan juga topi.
7. Untuk menghindari abu vulkanik yang masuk ke dalam tubuh, Jangan lupa untuk tetap menggunakan masker atau Kain basah untuk menutup mulut dan hidung.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
11 Pendaki Wafat dan Sifat Erupsi Marapi yang Misteri
Tim gabungan masih terus melakukan pencarian dan pertolongan terhadap para pendaki.
SELENGKAPNYA