Medika
Kembali Terapkan Prokes Zaman Covid-19 untuk Cegah Mycroplasma Pneumoniae
Pneumonia akibat Mycroplasma Pneumoniae sebenarnya sudah lama ada di Indonesia
Sepanjang pekan ini, marak pemberitaan pneumonia akibat mycroplasma pneumoniae. Penyakit yang kini tengah banyak menyerang warga di Cina ini seakan menimbulkan dejavu di awal-awal kehadiran Covid-19 pada pengujung 2019.
Namun, apakah mycroplasma pneumoniae sebuah ancaman dan bisa masuk ke Indonesia? Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI, Prof Dr dr Erlina Burhan SpP(K), MSc menjelaskan, situasi ini tentu saja membuat masyarakat Indonesia khawatir.
Apalagi kejadian di Cina bagian utara banyak sekolah yang ditutup karena terjadi peningkatan jumlah kasus. "Tentu saja pada anak-anak kemungkinan untuk terjadinya peningkatan kasus atau penularan itu sangat mungkin karena penularan penyakit ini melalui droplet," ujarnya dalam media briefing secara virtual, Kamis (30/11/2023).
Pada akhir November, kasus pneumonia akibat mycroplasma pneumoniae ini juga dilaporkan terdeteksi di Eropa, apakah mungkin tersebar sampai Indonesia? "Jawabannya mungkin," ujarnya.
Namun, menurut Erlina, penyakit pneumonia akibat mycroplasma pneumoniae sebenarnya sudah lama ada di Indonesia dan sudah pernah dilaporkan, tapi gejalanya sangat ringan dan kejadiannya jarang. "Apakah mycroplasma yang selama ini ada di kita itu adalah juga mycroplasma yang sekarang berjangkit di Cina bagian utara, nah itu kita enggak tahu. Karena Cina juga belum ada laporan strain-nya apa. Apakah yang sama atau yang sudah bermutasi. Meskipun sudah bermutasi, itu tetap adalah mycroplasma tidak akan menjadi mikroorganisme yang lain," katanya.
Terkait kemungkinan akan sampai ke Indonesia, Erlina menjelaskan, hal ini karena mobilisasi manusia saat ini sangat tinggi dan tidak bisa dikontrol. "Orang bisa datang dari mana saja, berinteraksi dan mungkin terinfeksi, tertular lalu naik pesawat atau naik kapal atau lewat darat, pergi ke mana-mana. Apalagi penularan ini lewat droplet, kemungkinan masuk ke Indonesia mycroplasma pneumoniae yang terjangkit di Cina atau di Eropa ada kemungkinan potensinya ada karena mobilisasi sangat tinggi," ujarnya.
Erlina menambahkan, kasus batuk pilek saat ini di Indonesia juga sekarang tengah naik, bisa karena musim penghujan dan polusi udara. Sayangnya, sampai saat ini belum ada pemeriksaan yang memastikan apakah di Indonesia sudah ada mycroplasma.
Menurutnya, pemeriksaan mycroplasma bukan suatu pemeriksaan yang rutin dilakukan. Jika memang ingin tahu, ia mengajak Kemenkes RI pada kondisi tertentu melakukan swab pada pasien-pasien yang batuk pilek. Apalagi jika di rumah sakit ditemukan pneumonia.
"Perlu regent khusus, jadi mungkin kita minta pemerintah menyediakannya di rumah sakit-rumah sakit tertentu supaya kita lakukan swab dan supaya kita bisa tahu ada enggak kasusnya, meningkat tidak," ujarnya.
Selama ini, tidak ada pemeriksaan di laboratorium untuk melakukan pemeriksaan ke arah mycroplasma pneumoniae. Dokter hanya minta pemeriksaan kultur terhadap kuman atau bakteri. "Nah, biasanya di laboratorium itu tidak ada regent yang khusus mycroplasma. Biasanya ada ke arah gram positif dan negatif. Makanya luput nih dari kita tentang mycroplasma," ujarnya
Gejala
Gejala infeksi mycroplasma pneumoniae ini umumnya ringan dan muncul satu sampai empat pekan, setelah terserah bakteri. Gejala pada populasi umum, gejala khas berupa batuk yang dapat memburuk, dapat bertahan hingga beberapa pekan hingga bulan. Gejala lainnya sakit tenggorokan, lemas (fatigue), demam, nyeri kepala, dan dapat ditemukan efusi pleura eksaserbasi PPOK atau gangguan kesehatan yang terjadi karena paru-paru mengalami peradangan dalam waktu lama.
Sementara, gejala pada usia dibawah lima tahun, adalah gejala bersin-bersin, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, mata berair, mengi (wheezing), dan muntah atau diare.
Terapkan Protokol Kesehatan
Mycroplasma pneumoniae saat ini sedang menjadi perbincangan hangat. Penyakit ini sedang mewabah di Cina dan dikawatirkan masuk ke Indonesia? Bagaimana cara mencegah penyakit ini agar tidak menyerang masyarakat Indonesia?
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia, Dr dr Moh Adib Khumaidi, SpOT mengatakan, saat ini yang terpenting sebagai proteksi menjaga kesehatan diri adalah memakai masker. "Memakai masker menjadi satu senjata yang jangan dilupakan," ujarnya dalam media briefing secara virtual, Kamis (30/11/2023).
Selain itu, Adib menegaskan, Anda juga harus terus menerapkan protokol kesehatan (prokes) lainnya seperti mencuci tangan. Apalagi saat ini sudah mulai musim hujan dan musim liburan.
Sehingga, potensi-potensi kondisi masyarakat ini pun juga harus semakin kita perkuat untuk tetap mengingatkan pada masyarakat untuk melakukan protokol kesehatan. "Memakai masker, mencuci tangan, menjaga kesehatan, kalau perlu minum vitamin suplemen untuk anak-anak, selalu diingatkan," ujarnya.
Adib juga mengingatkan untuk segera membawa anak atau keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan atau dokter bila ada gejala-gejala mycroplasma pneumoniae.
Anggota Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI, Prof Dr dr Erlina Burhan SpP(K), MSc juga mengatakan untuk mencegah penyakit ini, ia menyarankan agar masyarakat melakukan hal yang sama untuk pencegahan Covid-19. "Karena penularannya lewat droplet dan gejalanya mirip, maka pencegahannya mari kita belajar dari pandemi Covid-19, laksanakan protokol kesehatan," ujarnya.
Menurutnya, masyarakat Indonesia selama ini sudah terbiasa melakukan protokol kesehatan seperti mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker, dan kalau sakit jangan bekerja. Selain itu, ketika anak sakit, lebih baik tidak masuk sekolah untuk mencegah penularan.
Hal ini penting dilakukan karena jika anak sakit saluran pernafasan akut ini akan sangat mudah menularkan kepada teman-temannya. "Jadi, kita belajar dari Covid dan kita sudah terbiasa, mestinya sih kita enggak akan menjadi akan sangat panik. Cukup waspada saja, tidak perlu harus panik," ujarnya.
Saat ini yang terpenting sebagai proteksi menjaga kesehatan diri adalah memakai masker.
DR MOH ADIB KHUMAIDI SPOT, Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Tak Perlu Panik dengan Merebaknya Pneumonia di Cina
Pneumonia yang melonjak di Cina dipastikan bukan disebabkan virus atau bakteri baru seperti Covid-19.
SELENGKAPNYA