Nusantara
Sumur Wakaf Selamatkan Warga Bantul dari Kekeringan
Warga selama ini mengandalkan bantuan air bersih saat musim kemarau.
BANTUL — Setiap musim kemarau, sebanyak hampir 500 warga di sebuah dusun di Kabupaten Bantul, DI Yogyakarta, harus bergantung pada bantuan dropping air. Namun pada musim kemarau tahun ini, sumur bor yang berasal dari program wakaf produktif Dompet Dhuafa mampu membantu para warga dalam memenuhi kebutuhan air bersih.
Sumur bor yang berasal dari wakaf produktif tersebut terletak di Dusun Seropan 1, Desa Muntuk, Kapanewon Dlingo, Kabupaten Bantul. Di tanah wakaf dari warga, dibangun sebuah sumur bor sedalam 108 meter pada November 2021.
Perwakilan Dompet Dhuafa Yogyakarta Eko Susanto menuturkan, dusun tersebut sudah sejak lama sering mengalami kekeringan ketika musim kemarau. Warga seringkali menggali sumur secara manual untuk mencari sumber air, yang sulit dilakukan karena kontur tanah yang berbatuan.
"Warga hanya bisa mengandalkan sumber air di hutan pinus yang dialirkan oleh pipa kecil, dan itu tidak mencukup keutuhan warga. Jadi setiap musim kemarau mau tidak mau harus beli air atau mengajukan bantuan dropping air," tutur Eko saat ditemui di lokasi sumur bor wakaf produktif di Dusun Seropan 1, pertengahan pekan.
Hal itu juga diakui oleh Poiman, warga yang menyerahkan sebagian kecil tanahnya untuk diwakafkan menjadi sumur bor. Poiman yang memiliki tangki air seringkali menjadi tumpuan bagi warga lainnya yang mengalami kekeringan.
Warga di Dusun Seropan 1 memiliki mata pencaharian sebagai pengrajin bambu dan kayu, juga petani palawija. Akan tetapi, mereka bergantung pada musim penghujan atau tadah hujan karena air untuk kebutuhan sehari-hari saja sudah sangat sulit.
Bahkan Poiman mengakui kalau mereka memerlukan bantuan dropping air bisa sekitar 10-15 tangki atau setara dengan 50 ribu - 75 ribu liter. "Saya mengingat air itu kebutuhan yang pokok, untuk membantu orang-orang banyak. Kalau masalah air teratasi, masalah lainnya seperti mata pencaharian masyarakat pasti juga teratasi," tutur Poiman.
Kemudian bantuan wakaf dari British Propolis melalui Dompet Dhuafa membantu mereka untuk memiliki sumur yang dibor sangat dalam hingga mencapai sumber air. Tanah Poiman yang lokasinya paling tinggi di dusun tersebut diwakafkan sebagai lokasi sumur tersebut.
Air yang berhasil disedot dari sumur bor tersebut ditampung ke 4 tangki dengan kapasitas masing-masing 5.000 liter. Nantinya melalui tangki tersebut, air akan dialirkan menuju pipa-pipa ke rumah-rumah penduduk yang terletak di bawah.
Ketua Pengelolaan Air Bersih (PAB) Dusun Seropan 1, Sugiyanto menuturkan, setelah digali pada November 2021 silam, sumur tersebut baru bisa difungsikan setahun kemudian.
"Mulai Januari 2023 sudah mulai mengalir ke seluruh warga," kata Sugiyanto.
Warga yang membutuhkan air awalnya akan membayar sebesar Rp 600 ribu per meteran pipa dan biaya beban Rp 5.000 per bulan. Kemudian setelah itu ada pengembangan seiring dengan harga yang semakin naik, warga yang mendaftar selanjutnya akan membayar sekitar Rp 1 juta lalu Rp 1,5 juta untuk meteran pipa.
"Setelah tersambung mereka hanya perlu membayar biaya beban Rp 5.000 per bulan, dan tagihan tergantung kebutuhan air. Hitungannya Rp 3.000 per 1 kubik air, lalu kubik air selanjutnya akan bertambah menjadi Rp 4.000, dan seterusnya," jelas Sugiyanto.
Menurut Sugiyanto, biaya paling mahal yang dikeluarkan oleh warga dengan jumlah anggota keluarga banyak sekitar Rp 100 ribu per bulan, dan paling rendah hanya sekitar Rp 25 ribu per bulan. Tentunya biaya tersebut masih jauh lebih murah dibandingkan harus membeli air terus menerus selama musim kemarau, atau mengajukan bantuan dropping air.
Saat ini, air dari sumur wakaf tersebut dapat dinikmati oleh sebanyak 149 kepala keluarga (KK) dengan jumlah penduduk 451 jiwa. Dengan demikian, selama hampir setahun hingga musim kemarau yang berkepanjangan ini, warga Dusun Seropan 1 tidak lagi bergantung pada bantuan air dari berbagai instansi dan lembaga.
"Jadi alhamdulilah belum ada dropping air BPBD ataupun PMI tahun ini. Pernah mati pompa air tapi dibenerin bisa nyala lagi dan nggak perlu bantuan BPBD," kata Sugiyanto.
Sementara itu, General Manager Pengembangan Wakaf Dompet Dhuafa Ali Bastoni menyebutkan bahwa wakaf memiliki dua asas, yakni keabadian atau harus menjaga agar nilainya tidak berkurang, lalu kemaslahatan. Dalam hal ini, air merupakan salah satu kebutuhan utama yang dibutuhkan oleh masyarakat.
"Alhamdulillah Dompet Dhuafa Yogyakarta telah melakukan aktivasi program dengan kolaborasi banyak lembaga dan pihak untuk membantu dusun ini agar tidak kekurangan air," kata Ali.
Menurut Ali, pihaknya berupaya agar dampak wakaf dapat dirasakan oleh masyarakat yang membutuhkan. Dampak wakaf yaitu meningkatkan pendapatan dan menekan pengeluaran.
Pembuatan sumur bor dalam hal ini ditujukan agar menekan pengeluaran masyarakat yang membutuhkan air, sehingga nantinya bisa memberikan manfaat lainnya hingga ke peningkatan mata pencaharian. Ini merupakan salah satu program wakaf yang digencarkan oleh Dompet Dhuafa.
"Selain disini, ada sebanyak 48 titik sumur yang berasal dari wakaf yang dikelola oleh Dompet Dhuafa di seluruh Indonesia," kata Ali.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.