Geni
Swafoto, Alat Komunikasi yang Kerap Terlupakan
Foto diri sudah menjadi bagian dari sejarah seni selama ratusan tahun.
Sudah berabad-abad lamanya foto diri digunakan sebagai media untuk menyampaikan informasi mengenai diri sendiri kepada orang lain. Kehadiran kamera digital saat ini pun semakin mempermudah orang-orang untuk berbagi foto diri kepada orang lain.
Ketua tim peneliti dari University of Bamberg, Jerman, Tobias Schneider, mengungkapkan, foto diri sudah menjadi bagian dari sejarah seni selama ratusan tahun. Foto diri dalam bentuk lukisan sudah ada sejak lebih dari 500 tahun lalu, sedangkan foto diri dalam bentuk fotografi sudah ada hampir selama 200 tahun.
Tak hanya itu, istilah selfie atau swafoto juga sudah lama lahir di tengah masyarakat modern saat ini. Menurut Schneider, istilah swafoto setidaknya sudah digunakan selama 21 tahun. "Terlepas dari itu semua, kita tidak memiliki klasifikasi yang jelas mengenai beragam jenis-jenis swafoto," kata Schneider, seperti dilansir Phys pada Selasa (31/10/2023).
Bila mengacu pada beberapa studi terdahulu, tim peneliti menemukan, orang-orang biasanya memiliki tiga tujuan utama ketika melakukan swafoto. Ketiga tujuan utama tersebut adalah ekspresi diri, dokumentasi, dan pertunjukan.
Dalam studi terbaru, Schneider dan timnya ingin memahami lebih jauh mengenai makna tersirat yang biasanya dikomunikasikan oleh seseorang melalui swafoto. Untuk melakukan hal ini, Schneider dan tim menggunakan sebuah basis data berisikan swafoto yang disebut dengan Selfiecity.
Studi ini menggunakan 1.001 swafoto yang hanya menampilkan foto diri seseorang tanpa ada teks yang menyertai di dalam foto. Foto-foto yang digunakan dalam studi ini diambil sendiri oleh masing-masing individu melalui kamera ponsel.
Tim peneliti lalu merekrut 132 partisipan secara daring. Tiap-tiap partisipan diberikan 15 swafoto berbeda secara acak.
Tim peneliti lalu meminta para partisipan untuk menulis reaksi spontan mereka terhadap swafoto yang mereka lihat. Tim kemudian mengelompokkan beragam reaksi spontan yang diberikan oleh para partisipan ke dalam 26 kategori.
Tim peneliti lalu menemukan bahwa hal yang paling sering ditunjukkan melalui swafoto adalah estetika. Swafoto estetika biasanya menonjolkan gaya atau pengalaman estetik dari individu yang melakukan swafoto.
Jenis swafoto lain yang juga tak kalah populer adalah swafoto imajinasi. Swafoto imajinasi merupakan jenis swafoto yang dapat membuat orang lain tergelitik untuk menerka-nerka mengenai di mana swafoto tersebut diambil atau apa yang dilakukan oleh individu dalam foto ketika swafoto tersebut diambil.
Jenis swafoto yang juga cukup banyak ditemukan adalah swafoto yang berkaitan dengan sifat. Swafoto seperti ini biasanya menonjolkan hal-hal yang berkaitan dengan kepribadian individu yang melakukan swafoto.
Ada pula jenis swafoto yang kurang begitu populer, tetapi masih cukup substansial. Jenis swafoto ini dikenal sebagai swafoto state. Swafoto jenis yang satu ini biasanya menonjolkan suasana hati atau suatu atmosfer tertentu di dalam foto, yang membuat orang lain terdorong untuk berasumsi mengenai motif atau identitas individu dalam foto.
Dari temuan ini, tim peneliti mengungkapkan, swafoto telah menjadi salah satu cara untuk mengomunikasikan beragam aspek diri kepada orang lain dengan cara yang berbeda. Di sisi lain, orang-orang yang melihat swafoto tampak memiliki kemampuan untuk memahami bahasa visual yang ditampilkan dalam swafoto. Hal ini pun disebut Schneider. Sebagai bukti yang menunjukkan seberapa efektif swafoto bisa diandalkan dalam hal berkomunikasi.
Tiga tujuan utama tersebut adalah ekspresi diri, dokumentasi, dan pertunjukan.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.