Sirah
Kesaksian Snouck Hurgronje akan Ramainya Maulid di Nusantara
Ketika maulid semua warga terutama di Tasikmalaya memperingatinya di rumah-rumah di masjid, di gedung desa
Oleh ANDRIAN SAPUTRA
Rabiul Awal menjadi bulan yang istimewa mengingat pada bulan ini Rasulullah SAW dilahirkan. Memasuki bulan Rabiul Awal, umat Islam di Indonesia dan di berbagai belahan dunia menyambutnya penuh sukacita untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Seremoni ini juga disebut dengan maulid, maulud, maulidan, melvunt, dan lainnya yang berbeda-beda pengucapannya di beberapa negara. Karena itulah Rabiul Awal pun kerap disebut bulan maulid.
Umat Islam di Indonesia menyambut bulan maulid dengan beragam cara dan tradisi. Pesantren-pesantren memperingati maulid nabi Muhammad SAW dengan membaca berbagai kitab maulid, seperti Al Barzanji, Simthud Durar, Diba, Burdah, adh-Dhiya`ul Lami'. Melantunkan berbagai jenis shalawat nabi. Hal yang sama juga banyak digelar di desa dan kota.
Snouck Hurgronje yang diungkapkan ulang oleh Pijper menuliskan suasana ketika umat Islam di Indonesia, terutama di Priangan selama periode 1889-1906 ketika memperingati maulid nabi Muhammad. Ia memaparkan ketika maulid semua warga terutama di Tasikmalaya memperingatinya di rumah-rumah di masjid, di gedung desa. Baik pria maupun wanita datang ke masjid dan membaca maulid.
Gedung itu dipenuh sesaki oleh kaum wanita, semuanya memakai kerudung atau mahramah, terutama bagi orang-orang Islam yang sudah naik hajiSNOUCK HURGRONJE
"Di sebuah desa di sebelah selatan Tasikmalaya, masjid diurus oleh kiai desa tersebut. Pada suatu pagi diadakan peringatan maulid nabi, yang pertama khusus untuk para wanita, kemudian dilanjutkan oleh kaum pria. Gedung itu dipenuh sesaki oleh kaum wanita, semuanya memakai kerudung atau mahramah, terutama bagi orang-orang Islam yang sudah naik haji. Di serambi depan dan serambi kiri-kanan, kaum pria duduk sambil mendengarkan. Di tempat itu, sepuluh anak perempuan duduk sambil mengelilinginya dan bersama membaca Al Barzanji. Kaum pria kadang ikut membaca sholawat kepada nabi. Selanjutnya Raden Ayu istri Bupati menyampaikan nasihat untuk para wanita. Para wanita kemudian meninggalkan masjid dan kemudian beratus-ratus pria masuk sebab akan dimulai peringatan maulid untuk mereka," (Lihat Sejarah Pesantren: Jejak, Penyebarannya dan Jaringannya di wilayah Priangan 1800-1945, penerbit Humaniora, halaman 51).
Umat Muslim di Indonesia menyambut maulid dengan ragam kegiatan. Misalnya saja di Cirebon, Jawa Barat, tanda tradisi panjang jimat yang menjadi agenda rutin yang dilaksanakan oleh Keraton Kanoman, Keraton Kasepuhan, dan Keraton Kacirebonan pada bulan maulid. Puncaknya pada 12 Rabiul Awal, warga Cirebon mengikuti arak-arakan barang-barang pusaka peninggalan sejarah. Mereka lalu berkumpul di masjid dan mendengarkan pembacaan kitab maulid dan doa. Setelah selesai, setiap makanan yang dibawa oleh abdi dalem keraton dibagikan kepada warga untuk disantap bersama.
"Selama prosesi ini berlangsung semua orang membaca puji-pujian selawat kepada baginda nabi Muhammad SAW. Syarat khusus bagi wanita yang menjadi anggota rombongan yang mengikuti prosesi ini adalah tidak sedang datang bulan atau menstruasi," (Suprapto dalam buku Dialektika Islam dan Budaya Nusantara, penerbit Prenada Media, halaman 201).
Acara-acara serupa untuk menyambut dan memeriahkan bulan maulid juga berlangsung di berbagai daerah lainnya. Di Situbondo, Jawa Timur, misalnya ada tradisi Ancak Agung untuk menyambut Maulid Nabi Muhammad SAW. Warga Situbondo mengikuti arak-arakan membawa berbagai hasil bumi hingga alun-alun kota. Mereka pun berdoa bersama dan membagikan hasil bumi yang dibawa kepada warga lainnya. Di Solo dan Yogya juga ada Grebeg Maulid. Warga mengikuti arak arakan abdi dalem dan prajurit keraton yang membawa gunungan makanan.
Lalu bagaimana di negara lain? Mengambil contoh dari salah satu kota kecil di Kenya, yakni Kota Lamu. Sejak dulu, warga kota ini selalu menyambut meriah datangnya bulan maulid.
Setiap datang bulan maulid, orang-orang di Kota Lamu, Kenya, akan menyambutnya dengan menggelar acara maulid yang sangat meriah. Pada masa lalu, sekitar 1300-an Hijriyah, ada seorang dzurriyah Nabi Muhammad SAW bernama Habib Saleh bin Alwi Jamalullail atau dikenal dengan sebutan Habib Swalleh Jamal Lely yang begitu masyhur di Afrika, khususnya Afrika Timur. Habib Saleh menyebarkan Islam di Kenya, terutama di Kota Lamu dan mengajak umat Muslim di sana untuk mencintai Rasulullah SAW dengan memperingati maulid.
Di Kota Lamu terdapat sebuah masjid bernama Masjid Riyadh. Saban datang bulan maulid, masjid itu penuh didatangi banyak orang dari berbagai wilayah. Di masjid itulah, Habib Saleh mengajak umat membaca maulid khususnya kitab Maulid Simtud Durar yang disusun oleh Habib Ali Al Habsyi. Rangkaian acara peringatan maulid di Kota Lamu berlangsung cukup panjang bahkan hingga seminggu. Dan peringatan maulid di Lamu itu menjadi yang paling banyak dikunjungi orang-orang dibandingkan kota lainnya.
Dikutip dalam Biografi Habib Ali Al Habsyi Muallif Simtud Durar yang disusun oleh Habib Husein Anis Al Habsyi yang diterbitkan Pustaka Zawiyah, menjelang peringatan maulid di Lamu pada bulan Rabiul Awwal, orang-orang mulai berdatangan dari Malawi, Afrika Selatan, Mozambique, Pulau Komoro, Uganda, Somalia, Tanzania, dan lainnya. Kunjungan ribuan orang itu meningkatkan pendapatan pemerintah daerah dan membuat ekonomi di Lamu mengalami perkembangan.
Masjid Riyadh menjadi penuh dengan cahaya pelita. Dalam masjid itu digantungkan seribu pelita dan dihadiri banyak orang. Selama berlangsung peringatan maulid, di halaman masjid Riyadh diadakan berbagai kegiatan dan hiburan, seperti lagu dan tarian. Selain itu, dalam rangkaian peringatan maulid orang-orang juga menyelenggarakan berbagai perlombaan, seperti berenang, balap perahu, lomba memakai inai, tarik tambang, balap keledai, dan lainnya yang menunjukkan peringatan ini bersifat spiritual dan kultural.
Seorang peneliti dari Fakultas Antropologi Universitas Florida, Profesor Rebecca Gearthart menulis tentang pengalamannya menyaksikan kemeriahan peringatan maulid nabi di Lamu. Dalam artikel yang ditulisnya berjudul 'Empat Hari di Lamu: Menghadiri Peringatan Maulid', Prof Rebecca menulis bahwa masyarakat yang tinggal di Pulau Lamu, Kenya, telah menunggu-nunggu sepanjang tahun akan datangnya maulid, yaitu peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW. Ribuan orang dari Afrika Timur dan mancanegara membanjiri kota kecil Lamu untuk menghadiri peringatan maulid selama empat hari pada bulan Rabiul Awwal.
Selama peringatan maulid di Lamu, halaman Masjid Riyadh menjadi arena untuk memainkan musik dan tarian tradisional setiap sore dan malam. Yang pokok adalah Tarian Uta, yang dilakukan oleh keturunan dari murid pertama Habib Saleh di depan rumah beliau. Menyaksikan para wagema-- sebutan bagi orang-orang yang bekerja diperkebunan kelapa-membawakan tarian Uta merupakan kegemaran Habib Saleh.
Masing-masing masjid di Kota Lamu menerapkan satu hari di bulan Rabiul Awwal untuk memperingati maulid. Ada beberapa kitab maulid yang dibaca pada bulan itu, tetapi kitab maulid yang ditulis oleh Habib Ali Al Habsyi, yakni Maulid Simtud Durar menjadi yang paling disukai di Lamu.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Mutiara Ramadhan
Sesungguhnya di dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar-Rayyan, yang pada Hari Kiamat orang-orang yang berpuasa masuk ke surga melalui pintu tersebut... HR ALBUKHARI No.1896
HIKMAH RAMADHAN
Memahami Makna Ramadhan
Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.
Ramadhan hadir untuk membakar dosa-dosa para hamba Allah.