Warga beraktivitas di aliran Sungai Citarum di Curug Jompong, Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (5/9/2023). | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Curug ini disebut-sebut sebagai cikal bakal jebolnya Situ Hiang danau purba Bandung yang menyebabkan danau surut. | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Belanda menjadikan curug ini sebagai salah satu destinasi wisata geologi karena tempat ini memilliki sejarah geologis bumi. | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Kondisi Curug Jompong kini mulai kembali ditutupi buih dan berwarna hitam akibat penurunan debit air saat musim kemarau. | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Kini warga di kawasan tersebut tetap memanfaatkan sumber daya alam aliran Sungai Citarum, | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Bangkai ikan sapu di bantaran Sungai Citarum yang mulai surut dan berbuih di Curug Jompong, Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (5/9/2023). | ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA

Peristiwa

Curug Jompong di Musim Kemarau

Di masa kolonial Belanda Curug Jompong

BANDUNG -- Warga beraktivitas di aliran Sungai Citarum di Curug Jompong, Margaasih, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Selasa (5/9/2023).

Curug ini disebut-sebut sebagai cikal bakal jebolnya Situ Hiang danau purba Bandung yang menyebabkan danau surut. Di dasar danau ini pula yang menjadi Kota Bandung hari ini.

Belanda menjadikan curug ini sebagai salah satu destinasi wisata geologi karena tempat ini memilliki sejarah geologis bumi. Berbagai bentuk batuan situs geologis yang berumur empat juta tahun yang dalam tingkatan geologi termasuk dalam usia pliosen.

Bebatuan geologi di Curug Jompong adalah bebatuan terobosan (batu intrusif) sisa-sisa rangkaian gunung berapi. Misalnya batu jenis basalt, andesit, dan dasit. Terbentuknya batuan metamorf tersebut, terjadi oleh pertemuan batuan gamping dengan batuan terobosan (instrusif).

Kini warga di kawasan tersebut tetap memanfaatkan sumber daya alam aliran Sungai Citarum, meski kondisinya yang mulai kembali ditutupi buih dan berwarna hitam akibat penurunan debit air saat musim kemarau. ';