Medika
Ancaman Baby Blues itu Nyata, Jangan Sepelekan
Empat dari lima orang tua baru atau sekitar 80 persen, mengalami baby blues.
Viral di media sosial mengenai seorang ibu yang berniat mengajak bayinya bunuh diri di Stasiun Kereta Api Pasar Minggu, Jakarta. Sang ibu diketahui hendak melemparkan bayinya dan ikut bunuh diri.
Rencana tersebut untungnya berhasil digagalkan petugas keamanan yang ada di stasiun. Apakah ibu yang berencana bunuh diri tersebut terkena sindrom baby blues?
Psikolog anak, remaja, dan keluarga, Sani Budiantini Hermawan, mengatakan, apa yang dilakukan ibu tersebut merupakan ciri terkena baby blues. Baby blues syndrome kerap dikaitkan dengan kondisi ibu yang kerap mengalami perasaan sedih terutama pada masa awal-awal setelah melahirkan.
View this post on Instagram
“Baby blues biasanya terjadi ketika ibu setelah melahirkan ada hormon yang tidak seimbang dan membuat seorang ibu mengalami reaksi berat,” kata Sani yang juga direktur Lembaga Psikologi Daya Insani, kepada Republika, Selasa (5/9/2023).
Setelah melahirkan, jumlah hormon estrogen dan progesteron tiba-tiba menurun sehingga menyebabkan perubahan suasana hati. Bagi sebagian orang, hormon yang dibuat oleh kelenjar tiroid bisa turun tajam sehingga membuat mereka merasa lelah dan depresi. Kurang tidur dan tidak makan dengan baik dapat menambah perasaan tersebut.
Ciri dan faktor baby blues?
Reaksi baby blues bisa dalam bentuk berbagai macam seperti kecemasan tinggi, ketakutan, depresi berat hingga ingin mengakhiri hidup, dan sebagainya. Sani menjelaskan, hal yang memengaruhi baby blues bisa karena riwayat depresi seseorang, faktor keturunan, dan kurangnya peran support system ibu di sekitarnya. “Biasanya semakin support system-nya baik, atau tidak ada riwayat genetik, riwayat depresi, maka baby blues bisa dihindari,” ujar Sani.
Akan tetapi, jika tidak bisa dihindari, sebenarnya perlu cara-cara yang lebih bersifat antisipatif. Jadi, bukan terjadi baby blues dulu dulu baru ditanggulangi, melainkan menyiapkan langkah pencegahannya.
Misalnya, melalui pembekalan kesehatan mental oleh psikolog. Ibu setelah melahirkan mendapatkan pendampingan ketika mengalami depresi dan lainnya.
Sementara itu, dikutip dari laman March of Dimes, baby blues adalah perasaan sedih yang mungkin dialami pada beberapa hari pertama setelah melahirkan. Hingga empat dari lima orang tua baru atau sekitar 80 persen, mengalami baby blues.
Hal ini dapat memengaruhi orang tua baru dari segala ras, usia, pendapatan, budaya, atau tingkat pendidikan. Mengalami baby blues bukan berarti Anda melakukan kesalahan.
Merasakan naik turunnya emosi selama masa setelah melahirkan adalah hal yang wajar. Baby blues biasanya hilang dengan sendirinya dalam waktu satu atau dua pekan setelah melahirkan. Umumnya tidak juga perlu perawatan medis untuk baby blues.
Baby blues berbeda dengan depresi pascamelahirkan, yang lebih parah dan berlangsung lebih lama. Jika perasaan sedih berlangsung lebih dari dua pekan, sebaiknya segera menemui layanan kesehatan.
Masalah emosional adalah kemungkinan penyebab baby blues lainnya. Anda mungkin merasa gugup saat merawat bayi Anda yang baru lahir atau khawatir tentang perubahan hidup Anda sejak bayi tersebut lahir. Pikiran-pikiran ini bisa membuat Anda merasa sedih atau tertekan.
Hingga 10 persen pasangan bisa merasakan perasaan sedih atau depresi setelah kelahiran bayi. Hal ini paling sering terjadi pada tiga hingga enam bulan pertama setelah bayi lahir, tapi dapat berkembang hingga satu tahun setelahnya.
Ciri-ciri Baby Blues:
- Menarik diri dan menyendiri.
- Merasa marah, murung, rewel, atau cemas.
- Kehilangan minat pada pekerjaan atau hobi favorit, atau memilih untuk lebih banyak bekerja.
- Menjadi frustrasi atau sedih.
- Merasa putus asa atau kewalahan.
- Sulit tidur atau mengambil keputusan.
- Kurang tidur, masalah hubungan atau stres juga bisa menyebabkan baby blues. Pasangan pria juga mungkin mengalami baby blues karena perubahan hormon selama dan setelah bayi lahir. Kadar testosteron mungkin turun dan kadar estrogen mungkin meningkat pada ayah baru. Hormon lain, seperti kortisol, vasopresin, dan prolaktin, mungkin meningkat. Semua perubahan hormon ini dapat menyebabkan depresi.
Mengatasi Baby Blues
Kondisi baby blues umumnya wajar dialami banyak ibu setelah melahirkan. Kondisi ini juga diduga dialami seorang ibu yang hendak mengajak bunuh diri anaknya di Stasiun Pasar Minggu, Jakarta.
Psikolog anak,remaja dan keluarga, Sani Budiantini Hermawan, mengatakan, apa yang dilakukan ibu tersebut merupakan termasuk ciri-ciri dari sindrom baby blues. Sani mengatakan, dukungan dari orang terdekat bisa membantu ibu pascamelahirkan agar terhindar dari baby blues.
“Support system bisa membantu ibu keluar dari baby blues-nya. Salah satu hal yang dilakukan itu ingin mengakhiri hidup dengan membawa bayinya, misalnya atau apa pun kadang-kadang ingin membunuh bayi, ingin bunuh diri dan sebagainya. Itu bagian dari baby blues,” kata Sani, Selasa (5/9/2023).
Sani mengatakan, oleh karena itu harus ada langkah antisipasi baby blues karena kerap terjadi pada rentang dari setelah melahirkan sampai tiga bulan ke depan. Inilah waktu-waktu yang rentan dan perlu diperhatikan.
“Seseorang perlu diberikan hal-hal apa yang membuat dia senang, hobi apa, dan didekati orang-orang yang dia sayang, itu bisa membuat orang jauh lebih sehat secara mental,” kata Sani.
Dikutip dari laman March of Dimes, ada cara-cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi baby blues. Baby blues biasanya hilang dengan sendirinya tanpa pengobatan. Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan untuk merasa lebih baik:
- Tidurlah cukup dan sebanyak yang Anda bisa.
- Mintalah bantuan dari pasangan, keluarga, dan teman Anda. Beri tahu mereka apa yang bisa mereka lakukan untuk Anda, seperti berbelanja makanan atau menjaga bayi saat Anda mandi atau tidur.
- Luangkan waktu untuk diri sendiri. Mintalah seseorang yang Anda percayai untuk menjaga bayi Anda agar Anda bisa keluar rumah. Mendapatkan sinar matahari juga bisa membantu.
- Cobalah untuk terhubung dengan orang tua baru lainnya. Kelompok pendukung dapat membantu. Ini adalah sekelompok orang yang memiliki keprihatinan yang sama. Mereka bertemu untuk mencoba membantu satu sama lain.
- Jangan minum alkohol, menggunakan narkoba, atau menyalahgunakan obat resep. Semua ini dapat memengaruhi suasana hati Anda dan membuat Anda merasa lebih buruk. Dan mereka dapat mempersulit Anda dalam merawat bayi Anda.
- Makan makanan sehat dan berolahraga jika bisa. Olahraga dapat membantu mengurangi stres.
Kapan harus menghubungi penyedia layanan kesehatan?
Hubungi penyedia layanan kesehatan Anda jika Anda memiliki salah satu gejala baby blues atau depresi pascapersalinan. Terutama jika gejalanya meliputi perasaan ingin menyakiti diri sendiri atau bayi.
Kemudian jika tidak merasa lebih baik setelah dua pekan atau dalam arti justru memburuk. Selanjutnua ketika Anda kesulitan dalam merawat bayi dan sulit untuk melakukan pekerjaan sehari-hari.
Semakin support system-nya baik, atau tidak ada riwayat genetik, riwayat depresi, maka baby blues bisa dihindari.SANI BUDIANTINI HERMAWAN, Psikolog anak,remaja, dan keluarga.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Terapi Seni Penawar Kesehatan Mental Bagi Perempuan Afghanistan
Organisasi kesehatan memperkirakan setengah dari 40 juta orang Afghanistan menderita tekanan psikologis.
SELENGKAPNYAOrang Tua Khawatir Kampanye di Sekolah Picu Tawuran
Kampanye di sekolah perlu regulasi pengawasan yang ketat.
SELENGKAPNYAPrediksi Mengerikan untuk Kesehatan Mental Setengah Populasi Dunia
Gangguan suasana hati seperti depresi dan kecemasan adalah kondisi kesehatan mental yang paling umum.
SELENGKAPNYASimalakama Fitur Pengawasan Orang Tua di Media Sosial
Banyak anak yang lebih muda mengakses Instagram, TikTok, dan aplikasi lain karena memalsukan usia mereka.
SELENGKAPNYA