Presiden Donald Trump saat berada di Pangkalan Udara Andrews, Selasa (18/2). | Alex Brandon/AP

Internasional

Intelijen AS: Rusia Bantu Trump Terpilih Lagi

WASHINGTON -- Pejabat intelijen Amerika Serikat (AS) memberitahu anggota House of Representative tentang bantuan Rusia agar Presiden Donald Trump terpilih lagi dalam pemilihan presiden (pilpres) 2020. Hal ini diungkap tiga sumber dalam pertemuan tertutup dengan Komisi Intelijen House pada 13 Februari dan dimuat pertama kali oleh the New York Times dan Washington Post.

Surat kabar the New York Times melaporkan satu hari setelah rapat tersebut dilakukan. Trump kemudian menegur pelaksana tugas Direktur Intelijen Nasional atau Director of National Intelligence (DNI) Joseph Maguire karena mengizinkan stafnya untuk tampil di hadapan komisi intelijen House. Trump mengeluh karena khawatir masukan dari intelijen itu akan digunakan Partai Demokrat untuk menyerangnya.

The Times mengutip lima orang yang mengetahui peristiwa itu. Sehari setelah briefing di House, Trump kemudian mengganti Maguire sebagai pelaksana tugas DNI dengan Richard Grenell pada 14 Februari. The Times juga mengutip dua sumber yang mengatakan penunjukan pejabat baru DNI yang dilakukan setelah briefing di House terlalu kebetulan.

Grenell dikenal sebagai seorang loyalis Trump yang menjabat sebagai duta besar AS untuk Jerman sejak 2018. Latar belakang Grenell terutama di bidang politik dan urusan terkait media. Ia dinilai tidak memiliki keahlian di bidang keamanan nasional dan pengalaman militer seperti Maguire atau orang-orang lain yang pernah memimpin DNI. DNI memimpin lembaga yang memayungi 17 badan intelijen AS.

The Times melaporkan, saat menegur Maguire, Trump menyinggung tentang kehadiran ketua komite intelijen House Adam Schiff dalam rapat tersebut. Schiff memimpin penyelidikan pemakzulan terhadap Trump atas dakwaan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalang-halangi penyelidikan Kongres. Bulan lalu, Senat yang dikuasai Partai Republik membebaskan Trump dari dakwaan. Gedung Putih belum menanggapi permintaan komentar.

Menjagokan Trump

Salah satu sumber yang mengetahui pertemuan itu mengatakan, intervensi dilakukan untuk meningkatkan ketidakpercayaan pada suara yang masuk dan mendorong Trump terpilih kembali. Sumber yang tidak menyebutkan namanya mengatakan dalam rapat House of Representative tersebut sekutu Trump dari Partai Republik mempertanyakan penilaian yang dilakukan pejabat dari Kantor Intelijen Nasional tersebut. Ia mengatakan, hal itu sudah diduga sebelumnya.

"Respons orang-orang Partai Republik seperti yang Anda duga, mereka menjadi gila, mereka meragukan intelijen," kata sumber tersebut, Kamis (20/2).

Sumber mengatakan, dalam pertemuan tertutup tersebut, pejabat intelijen memperingatkan Rusia berusaha untuk menurunkan kepercayaan terhadap integritas jumlah suara dalam pemungutan suara dalam pilpres 3 November mendatang. Di saat yang sama, Rusia mendorong Trump terpilih kembali untuk periode kedua.

"Saat mereka melakukannya, mereka (Rusia) menjagokan salah satu kandidat," kata salah sumber tersebut.

Ia menambahkan, pejabat intelijen yang tampil dihadapan komite House mengatakan, kandidat itu adalah Trump. Namun, sumber ini menolak menjelaskannya lebih lanjut. Komite Partai Republik belum memberikan tanggapan permintaan komentar.

Peringatan dari petinggi intelijen ini tentu memunculkan aneka spekulasi terkait integritas kampanye pilpres. Hal lainnya, sejauh mana pemerintahan AS saat ini melakukan langkah yang seharusnya untuk menangkis dugaan intervensi seperti yang terjadi pada pilpres 2016.

Sepanjang pemerintahannya, Trump selalu menampik penilaian yang dilakukan lembaga intelijen AS yang menyebut ada campur tangan Rusia dalam pilpres 2016. Trump menilai, penilaian itu adalah konspirasi untuk merusak kemenangannya. Trump menuding lembaga intelijen sebagai bagian dari deep state, istilah yang mengacu pada kekuatan yang amat berkuasa di dalam negara.

Lembaga-lembaga intelijen AS menyebutkan, Rusia mencampuri pilpres 2016 melalui kampanye media sosial dan mencuri serta menyebarkan e-mail dari akun politisi Demokrat. Penyelidik khusus Robert Mueller bahkan menyimpulkan bahwa campur tangan Rusia "menyeluruh dan sistematis". Namun, ia tidak menyatakan hal tersebut sebagai hal pidana.

Sementara itu, dalam sidang dengar di komisi kehakiman House, Direktur Biro Investigasi Federal (FBI) Christopher Wray mengatakan, Rusia memang terlibat dalam "perang informasi" menjelang pilpres November. Namun, FBI menyatakan, tidak melihat ada upaya untuk membidik infrastruktur AS. Menurut Wray, Rusia mengandalkan usahanya pada kampanye media sosial tersembunyi untuk memecah belah publik Amerika. reuters/ap

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat