Pemilik jasa angkutan kuda menuntun kudanya yang mengangkut karung berisi gabah di area persawahan Pattallassang, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Selasa (8/11/2022). | ANTARA FOTO/Arnas Padda

Iqtishodia

Memperkuat Sistem Logistik Perdesaan

Panjangnya rantai pasok menimbulkan inefisiensi dan membuat keuntungan petani sangat kecil.

Oleh Dr Heti Mulyati (Dosen Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB University)

Wilayah perdesaan merupakan sumber pangan di Indonesia karena memproduksi berbagai macam komoditas agro dan maritim. Sebagian besar masyarakat perdesaan Indonesia memproduksi komoditas agro-maritim berupa padi dan palawija sebagai mata pencarian.

Hal ini sejalan dengan data BPS tahun 2021 yang menyatakan bahwa 86,48 persen desa di Indonesia memperoleh pendapatan dari sektor pertanian. Hingga kini dapat dikatakan sektor pertanian dan komoditasnya menjadi sumber pendapatan utama bagi masyarakat perdesaan Indonesia.

Berdasarkan karakteristik bahan, komoditas pertanian dibagi menjadi tiga, yaitu komoditas pertanian perishable, non-perishable, dan olahan. Komoditas pertanian perishable merupakan produk pertanian segar dengan masa simpan terbatas yang memiliki variabilitas pasokan dan permintaan. Contohnya seperti buah-buahan, sayuran, dan bunga.

photo
Petani merawat tanaman vanili (Vanilla planifolia) yang dibudidayakan dengan sistem rumah paranet di Desa Suak Sigadeng, Kecamatan Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Jumat (30/10/2020). - (SYIFA YULINNAS/ANTARA FOTO)

Komoditas non-perishable adalah produk pertanian yang dapat disimpan dalam waktu lama, seperti kopi, biji-bijian, dan kacang-kacangan. Sedangkan, komoditas pertanian olahan merupakan produk yang sudah diproses, baik secara fisik maupun kimia, seperti produk makanan kaleng, yoghurt, dan keripik.

 

 

Pascapanen memerlukan penyimpanan, pengangkutan, dan pengemasan yang efektif dan efisien.

 

Secara umum, komoditas pertanian di perdesaan bersifat musiman, mudah rusak, umur simpan pendek, kualitas dan volume produk bervariasi, serta memerlukan ruangan yang besar, tetapi nilainya rendah. Selain itu, setiap komoditas pertanian memiliki waktu tanam, pertumbuhan, panen, serta input produksi yang berbeda.

Oleh karena itu, pascapanen memerlukan penyimpanan, pengangkutan, dan pengemasan yang efektif dan efisien, serta arus masuk dan keluar aliran produk perlu dikelola. Di sinilah ilmu manajemen logistik dalam rantai pasok pertanian sangat penting diimplementasikan di perdesaan.

Logistik merupakan bagian dari rantai pasok yang sangat krusial dalam menjamin produk sampai ke konsumen tepat waktu. The Council of Logistics Management (1986) mendefinisikan manajemen logistik sebagai proses perencanaan, implementasi, dan pengendalian aliran dan penyimpanan barang, jasa, dan informasi dari titik asal (point-of-origin) ke titik konsumsi (point-of-consumption). Manajemen logistik bertujuan memenuhi kebutuhan konsumen.

Aliran logistik mencakup inbound dan outbound logistics. Inbound logistics merupakan aktivitas terkait aliran barang, jasa, dan informasi ke dalam berupa penerimaan, penyimpanan dan penanganan bahan baku maupun komponen. Outbond logistics adalah aktivitas distribusi dan penyediaan layanan ke pasar berupa pengemasan, distribusi, dan pergudangan. Prinsip logistik harus memenuhi 7R: right product, right quantity, right condition, right place, right time, right customer, right price.

photo
Pekerja mengangkut tebu ke dalam truk saat panen di area persawahan Desa Peganjaran, Bae, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (13/7/2022). - (ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/rwa.)

Urgensi logistik di perdesaan
Indeks kinerja logistik Indonesia tahun 2023 adalah 3.00 (World Bank, 2013). Indeks ini turun 0,15 poin dibandingkan dengan tahun 2018. Tahun ini, Indonesia menempati urutan ke-63 dunia. Di antara negara ASEAN, kinerja logistik Indonesia berada di urutan kelima di bawah Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina. Survei World Bank ini menunjukkan bahwa permasalahan logistik menjadi kendala dalam meningkatkan daya saing industri.

World bank menggunakan enam indikator untuk mengetahui indeks kinerja logistik. Enam indikator berupa efisiensi dalam hal customs and border management clearance, kualitas infrastruktur perdagangan dan transportasi, dan kemudahan pengaturan pengiriman internasional. Indikator lainnya adalah kompetensi dan kualitas jasa logistik, kemampuan dalam melakukan tracking dan tracing dan frekuensi pengiriman yang tepat waktu (timeliness). Kinerja logistik yang buruk menimbulkan biaya logistik tinggi dan berpengaruh terhadap perekonomian perkotaan dan perdesaan.

 
Saat ini masih banyak para petani yang mengalami kesulitan dalam menjual produk yang dihasilkan
 

Sejatinya, pengelolaan logistik di perdesaan berbeda dengan di wilayah perkotaan. Hal ini disebabkan karena perbedaan budaya, standar hidup, dan cara berproduksi. Umumnya, aliran logistik perdesaan terdiri atas arus masuk input pertanian, arus keluar komoditas pertanian yang bersifat musiman, serta arus keluar masuk untuk barang-barang industri ringan.

Saat ini masih banyak para petani yang mengalami kesulitan dalam menjual produk yang dihasilkan, juga masih terlihat kesenjangan sarana dan prasarana di desa serta kota. Pengadaan input pertanian hingga penanaman, pemanenan, dan transportasi produk dilakukan oleh smallholders dengan tingkat efisiensi rendah.

photo
Tukang ojek berhenti sejenak merapikan karung pupuk organik saat pengiriman ke ladang di Dieng, Banjarnegara, Jawa Tengah, Senin (31/7/2023). - (Republika/Wihdan Hidayat)

Logistik di perdesaan masih didominasi oleh pengiriman produk jadi dari kota ke desa yang dipasarkan di minimarket. Akibatnya, daya saing produk perdesaan rendah. Penguatan logistik perdesaan dibutuhkan untuk mengintegrasikan perdesaan-perkotaan, meningkatkan perekonomian desa dan mengurangi angka kemiskinan desa.

Tiga syarat
Ada tiga syarat yang dibutuhkan untuk memperkuat logistik desa. Pertama, kebijakan logistik desa yang terintegrasi. Penguatan logistik di perdesaan melibatkan berbagai pemangku kepentingan tingkat nasional, regional, maupun lokal sehingga diperlukan kebijakan dan implementasi terintegrasi. Kebijakan logistik perdesaan mencakup aktivitas transportasi, penyimpanan, pengemasan, penanganan bahan, pengiriman produk secara terintegrasi.

Untuk membuat kebijakan logistik desa yang terintegrasi, diperlukan payung hukum. Namun, hingga kini belum ada dasar hukum kebijakan logistik perdesaan. Indonesia baru memiliki Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional dan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2020 tentang Penataan Ekosistem Logistik Nasional. Ke depan, kebijakan tentang sistem logistik perdesaan harus dibuat dalam payung hukum tersendiri.

Syarat kedua adalah membangun rural logistics center (RLC). Infrastruktur prima menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam meningkatkan kinerja logistik. Pemerintah dan pihak swasta dapat berkolaborasi mengembangkan infrastruktur berupa pusat logistik perdesaan (RLC) terintegrasi di lokasi yang strategis.
BUMDes dan/atau BUMDesma dapat dimanfaatkan sebagai RLC. Begitu pula kantor pos yang dibangun di setiap desa. RLC harus menghubungkan simpul-simpul transportasi dari mulai tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten.

photo
Pekerja menampung gabah hasil panen dengan mesin di Bantul, Yogyakarta, Senin (16/1/2023). - (Republika/Wihdan Hidayat)

Transportasi merupakan penghubung dasar dan komponen utama logistik. Transportasi intermoda diperlukan jika wilayah-wilayah tersebar dan terpisah oleh lautan. Transportasi intermoda merupakan sistem pengangkutan barang yang menggabungkan beberapa pilihan jalur moda transportasi, yaitu darat, laut, dan udara.

Pascapandemi Covid-19, permintaan terhadap produk pertanian segar maupun frozen food berkembang pesat. Oleh karena itu, hal yang perlu diperhatikan dalam membangun RLC adalah logistik rantai dingin (cold chain logistics). Logistik rantai dingin merupakan elemen dari rantai pasok untuk mempertahankan temperatur tetap terjaga selama proses pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan distribusi dari hulu ke hilir.

Produk pertanian disimpan dengan kisaran temperatur serta kelembapan tertentu. Tujuannya untuk menjaga kesegaran, rasa, dan keamanan produk pertanian hingga sampai ke konsumen.

Syarat ketiga adalah penggunaan teknologi dan sistem informasi. Umumnya, rantai pasok komoditas agro dan maritim panjang sehingga kurang efisien. Anggota rantai pasok mencakup pemasok input, petani/peternak/nelayan, pengepul tingkat desa, pengepul tingkat kecamatan, pengumpul tingkat kabupaten, pengumpul tingkat provinsi, prosesor/pengolah produk, distributor, agen, dan retailer.

Panjangnya rantai pasok menimbulkan inefisiensi dan membuat keuntungan petani sangat kecil. Adanya teknologi informasi dan komunikasi dapat mengatasi hal tersebut sehingga rantai pasok lebih pendek. Dari petani langsung ke konsumen.

Untuk memperpendek rantai pasok, dibutuhkan konektivitas internet dan listrik yang stabil. Konektivitas internet memungkinkan masyarakat perdesaan mengakses informasi lebih cepat dan memasarkan produk. Internet satelit berupa jaringan internet tanpa kabel dengan satelit sebagai media transmisinya menjadi solusi bagi wilayah perdesaan terpencil (remote area). Ketersediaan listrik dan internet yang memadai untuk logistik perdesaan merupakan bagian krusial meningkatkan kesejahteraan masyarakat perdesaan.

 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat