Nusantara
Daerah Waspada Kekeringan
Ribuan warga Bogor terdampak kekeringan.
YOGYAKARTA -- Sejumlah wilayah di Indoensia diperkirakan akan mengalami kemarau akibat fenomena El Nino tahun ini. Di Yogyakarta, sebagian kecamatan sudah mulai menerapkan status waspada kekeringan.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi DIY menyebut saat ini beberapa wilayah di DIY berada dalam status waspada kekeringan meteorologis. Setidaknya, ada sembilan kecamatan di empat kabupaten di DIY yang berstatus waspada.
"Peringatan dini kekeringan meteorologis adalah berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya, dalam jangka waktu yang panjang dengan kurun waktu bulanan, dua bulanan dan seterusnya," kata Kepala Stasiun Klimatologi DIY, Reni Kraningtyas, Sabtu (10/6/2023).
Reni menyebut, berdasarkan hasil pemantauan curah hujan hingga 10 Juni 2023 kemarin, telah terjadi potensi kekeringan meteorologis dengan status waspada di Kabupaten Sleman yakni di Kecamatan Prambanan. Sedangkan, di Kabupaten Kulon Progo yakni di Kecamatan Sentolo.
Di Kabupaten Bantul, daerah dengan status waspada kekeringan meteorologis yakni di Kecamatan Sedayu, Pandak, dan Imogiri. Sedangkan, di Kabupaten Gunungkidul yakni di Kecamatan Patuk, Playen, Wonosari, dan Nglipar.
"(Di daerah tersebut) Telah terjadi potensi kekeringan meteorologis dengan status waspada, yakni telah mengalami HTH (hari tanpa hujan) lebih dari 21 hari, dan prakiraan curah hujan rendah yakni lebih kecil dari 20 milimeter per dasarian dengan peluang terjadi diatas 70 persen," ujar Reni.
Untuk itu, Reni meminta agar masyarakat maupun pemerintah agar mengantisipasi dampak kekeringan meteorologis ini. Salah satunya di sektor pertanian dengan sistem tadah hujan.
Selain itu, masyarakat dan pemerintah juga diminta untuk mengantisipasi kelangkaan air bersih. Terutama di wilayah-wilayah yang masuk dalam status waspada kekeringan meteorologis. "Juga perlu mengantisipasi peningkatan potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan," jelasnya.
Sementara, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bogor mencatat ada 5.263 warga Kabupaten Bogor bagian barat mengalami krisis air bersih akibat wilayahnya dilanda kekeringan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor pun telah mendistribusikan 65.000 liter air bersih bagi warga di tiga desa terdampak, selama empat hari mulai 3 hingga 6 Juni 2023.
Pelaksana Tugas (Plt) Kasie Logistik BPBD Kabupaten Bogor, Cecep Dais, menyebutkan 65.000 liter air tersebut didistribusikan ke Desa Curug dan Desa Neglasari, Kecamatan Jasinga, serta Desa Kalong Liud, Kecamatan Nanggung.
“Pendistribusian air menggunakan dua metode. Pertama dibagikan langsung ke warga, kedua kami tampung ke toren-toren air yang sudah disediakan sebagai upaya mitigasi bencana kekeringan di Kabupaten Bogor,” kata Cecep dalam keterangannya, Sabtu (10/6/2023).
Cecep mengatakan, BPBD Kabupaten Bogor hingga saat ini selalu siaga dan siap menerima serta memenuhi laporan permintaan air bersih dari masyarakat. Bencana kekeringan sendiri dilaporkan mulai terjadi sejak 2 Juni 2023. “Untuk laporan alhamdulilah berkurang dari sebelumnya, karena mungkin kemarin Kabupaten Bogor telah diguyur hujan,” jelasnya.
Lebih lanjut, Cecep mengatakan, BPBD Kabupaten Bogor telah memasang toren penampungan air bersih di 24 titik. Yakni 11 titik tersebar di wilayah Kecamatan Jonggol dan 13 titik tersebar di wilayah Kecamatan Nanggung, sebagai upaya mitigasi dan antisipasi terjadinya bencana kekeringan.
“Bantuan distribusi air bersih ini akan terus kami berikan selama laporan permintaan air bersih itu dibutuhkan masyarakat. Pada prinsipnya kami siap membantu dan senantiasa gerak cepat jika ada bencana dan masyarakat yang membutuhkan,” ucapnya.
Ia pun mengimbau kepada seluruh masyarakat Kabupaten Bogor untuk bijak menggunakan air bersih dan selalu menyediakan penampungan air untuk antisipasi terjadinya kekeringan. Mengingat saat ini akan memasuki masa peralihan dari musim hujan ke musim kemarau.
Meski kejadian bencana kekeringan ini terjadi di wilayah barat Kabupaten Bogor, Cecep mengaku BPBD Kabupaten Bogor akan terus memantau dan memonitor keseluruh wilayah Kabupaten Bogor sebagai upaya mitigasi bencana.
“Setiap rumah harus menyiapkan toren penyimpanan air, ini juga salah satu antisipasi kelangkaan air bersih,” kata Cecep.
Karhutla
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto sebelumnya mengatakan, hingga 1 Juni 2023 sudah ada 112 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Tanah Air. Menanggapi itu, dia menyebut ada tujuh wilayah yang akan mendapatkan perhatian khusus dari BNPB.
“Meliputi Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Nusa Tenggara Timur. Hingga saat ini, status siaga darurat bencana karhutla dan kekeringan telah ditetapkan di seluruh provinsi tersebut per 29 Mei 2023,” kata Suharyanto dalam keterangannya di Jakarta, dikutip Rabu (7/6/2023).
Dia menilai, ketujuh provinsi prioritas itu memang menjadi langganan bencana karhutla setiap tahunnya. Sebab itu, Suharyanto berjanji akan turun langsung ke lapangan untuk memastikan penanganan karhutla berjalan dengan baik sehingga dampak terburuk dapat diminimalisir.
“BNPB akan fokus ke kebakaran hutan dan lahan. Karena prediksi BMKG di tahun 2023 ini kemaraunya lebih kering. Diprediksi potensi kejadian karhutlanya lebih besar dari tiga tahun terakhir,” jelas dia.
Terpisah, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita mengatakan, berdasarkan pemantauan hingga akhir Mei lalu, intensitas El Nino semakin menguat. Di waktu yang sama, pihaknya juga mendeteksi adanya Indian Ocean Dipole (IOD) indeks yang terus menguat ke arah positif.
“Artinya ini seperti fenomena di 2019, di mana mengakibatkan kondisi lebih kering di wilayah Indonesia,” kata Dwikorita dalam konferensi pers daring di Jakarta, Selasa (6/6).
Dia menegaskan, kondisi penguatan El Nino dan IOD Positif terjadi secara bersamaan. Menurut Dwikorita, El Nino yang terjadi dikontrol oleh suhu muka air laut di Samudra Pasifik.
“Sedangkan IOD positif dikontrol oleh suhu muka air laut di wilayah Samudra Hindia. Keduanya saling menguatkan kondisi tersebut (keringnya wilayah Indonesia). Dan inilah yang perlu disampaikan perkembangannya,” jelas dia.
Dia memerinci, berdasarkan data pengamatan suhu muka air laut di Samudra Pasifik, La Nina memang telah berakhir pada Februari 2023 lalu. Lebih lanjut, pada Maret-April 2023, indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) berada pada fase netral. “Ini mengindikasikan tidak adanya gangguan iklim dari Samudra Pasifik pada periode Maret-April,” ucapnya.
Namun demikian, saat memasuki Mei hingga awal Juni ini, disebutnya ada fenomena terkait suhu muka air laut di Samudra Pasifik yang berubah dan mengarah ke El Nino di Juni 2023. Menurut dia, semakin menghangat kondisi Samudra Pasifik, anomali temperatur di Pasifik pun kian meningkat.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.