
Kabar Utama
Adit MKM dan Surah Al-Kafirun
Prof Dadang Kahmad meminta siapapun tidak mempermainkan simbol agama.
Oleh ZAHROTUL OKTAVIANI, UMAR MUKHTAR
Komika alias stand-up comedian Adit MKM membuat heboh jagat dunia maya belakangan ini. Adit mengunggah foto dengan tulisan 'Bagiku Agamaku, Bagimu Agamaku Salah' yang diduga memelesetkan surah al-Kafirun ayat 6. Ayat yang berbunyi lakum diinukum waliyadin ini sebenarnya berarti 'Bagimu agamamu dan bagiku agamaku'.
Di tulisan itu pun Adit menampilkan pakaian serupa pendeta lengkap dengan kalung salibnya. Adit pun menulis caption tambahan, "Kami boleh nulis agama kami di KTP, tapi bikin gereja ditolak mulu. Kami boleh pake salib ke mana-mana, tapi setiap nongkrong disuruh login. Bahkan, banyak orang gak bisa bedain Kristen Protestan sama Katolik. Buat mereka pokoknya kami kafir, salah, penyembah berhala, neraka!" tulis dia dalam caption-nya.
Tidak lama setelah cicitan itu ramai, Adit menghapus unggahannya dan mengunci akun pribadinya, @AditMKM, tersebut.
Ketua PP Muhammadiyah Prof Dadang Kahmad meminta siapa pun agar tidak mempermainkan simbol agama. "Sebaiknya semua publik figur atau siapa saja, agar menahan diri untuk tidak mempermainkan simbol agama apa pun karena perkara yang dianggap suci oleh agama tersebut," kata dia lewat pesan tertulis yang diterima Republika, Senin (8/5/2023).
Ia menyebut, biasanya ada tiga alasan mengapa seseorang memelesetkan simbol agama. Antara lain karena alasan benci, politis, serta terakhir karena alasan supaya viral. Untuk itu, ia meminta agar siapa pun ke depan dapat menahan diri dari mempermainkan simbol-simbol agama. Terlebih, karena perkara tersebut dianggap suci oleh agama tersebut dan umat-Nya.
Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat, KH Cholil Nafis, menegaskan arti dari surah al-Kafirun ayat 6. Ayat ini disebut sebagai ayat toleransi dan sebaiknya tidak dipelesetkan. "Ayat 'Bagimu agamamu dan bagiku agamaku' adalah ayat toleransi, jangan dipelesetkan," ujar dia dalam pesan teks yang diterima Republika, Senin (8/5/2023).
Ayat 'Bagimu agamamu dan bagiku agamaku' adalah ayat toleransi, jangan dipelesetkan.KH CHOLIL NAFIS Ketua Bidang Dakwah dan Ukhuwah MUI Pusat
Kiai Cholil juga menyebut ayat tersebut tidak untuk menyalahkan, apalagi merendahkan agama lain. Ayat tersebut malah disebut mengajarkan toleransi yang sebenarnya.
"Saling menghargai dengan agama orang lain dan teguh dengan keyakinan sendiri. Jangan offside ya," ujar Kiai Cholil.
View this post on Instagram
Mengingat profesi Adit MKM sebagai seorang komika, Kiai Cholil mengingatkan jika agama bukan untuk dikomedikan. Agama hadir dan diajarkan sebagai tuntunan hidup. Dibanding memilih tema agama yang akan berujung kepada penistaan, dia mengimbau agar komika memilih tema lain seperti kritik sosial. Tidak hanya itu, ia juga mengingatkan kepada siapa pun yang bukan ahli agama agar tidak membawa masalah agama dalam komedi. Dia khawatir orang tersebut jadi terperosok dan menyinggung perasaan orang lain.
"Terkadang agama itu tidak bisa diukur dengan logic semata, karena ada keyakinan beragama itu," kata Kiai Cholil Nafis.
Surah al-Kafirun ayat 6 mengulas tentang ketauhidan. Hal ini dijelaskan oleh ulama tafsir Siddiq Hasan Khan Al Qonuji dalam kitab tafsirnya, Fathul Bayan fii Maqasid Al Qur'an. "Untukmu agamamu dan untukkulah agamaku" (QS Al Kafirun ayat 6).
Dalam penjelasan Siddiq Hasan Khan Al Qonuji, lafadz 'lakum diinukum' yang memiliki arti 'untukmu agamamu', melanjutkan penegasan atas ayat sebelumnya, yakni ayat 2 dan ayat 4 surah al-Kafirun. "Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah" (QS al-Kafirun ayat 2). "Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah" (QS al-Kafirun ayat 4).
Sementara, lafadz 'waliyadiin' yang memiliki arti 'untukkulah agamaku' adalah penegasan dari ayat sebelumnya, yaitu ayat 5 surah al-Kafirun: "Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah."
Siddiq Hasan melanjutkan penjelasan terhadap ayat 6 al-Kafirun bahwa jika seseorang secara sukarela menerima agama yang dianutnya dan kemusyrikannya, Muslim pun demikian, yakni secara sukarela menerima agama Islam dan keesaan Allah. Hal itu sebagaimana firman Allah SWT, "...bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amal kamu..." (QS al-Qasas ayat 55).
Maksudnya, demikian pemaparan Siddiq Hasan, agama orang musyrik hanyalah untuk mereka dan tidak meliputi umat Muslim sebagaimana yang diharapkan orang-orang musyrik.
Begitu pun Islam, yang mengandung tauhid, hanyalah untuk umat Islam dan tidak meliputi orang-orang musyrik. Siddiq menafsirkan 'lakum' dengan 'al jazaa' yang berarti ganjaran atau balasan. Untuk itu, ada ganjaran bagi orang-orang musyrik dan bagi umat Islam.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.