Peristiwa
Waspada Lahar Merapi Saat Hujan
Sejumlah wilayah di Kabupaten Semarang terdampak hujan abu vulkanis.
SLEMAN – Rentetan awan panas guguran yang dikeluarkan Gunung Merapi sudah terjadi sejak Sabtu (11/3) hingga hari ini. Masyarakat pun diminta tetap mewaspadai bahaya lahar, terutama saat terjadi hujan di puncak Merapi.
“Seiring dengan musim hujan yang masih terjadi di DIY dan Jateng (Jawa Tengah), BPPTKG mengimbau masyarakat untuk mewaspadai bahaya lahar,” kata Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) Agus Budi Santoso, Senin (13/3).
Setidaknya, BPPTKG sudah mencatat puluhan kejadian awan panas guguran Merapi dalam tiga hari terakhir hingga Senin pukul 09.26 WIB. Sementara awan panas guguran yang tercatat pada 13 Maret ini baru terjadi satu kali, yakni pukul 05.23 WIB dengan jarak luncur 1,2 kilometer (km) ke arah barat daya atau ke Kali Bebeng.
BPPTKG juga sudah mencatat bahwa pada 11 Maret terjadi sebanyak 40 kali guguran awan panas. Sedangkan, pada 12 Maret terjadi sebanyak 19 kali awan panas guguran.
Agus menuturkan, pada 11-12 Maret 2023, Gunung Merapi meluncurkan awan panas ke arah Kali Bebeng berdasarkan hasil survei yang dilakukan menggunakan drone. Hingga Senin (13/3), kata dia, tercatat 60 kejadian awan panas guguran di Gunung Merapi.
“Ujung luncuran awan panas guguran teramati di sisi barat daya di alur Kali Bebeng. Berdasarkan pantauan foto udara menggunakan drone, jarak luncur awan panas guguran kali ini mencapai 3,7 km dari puncak Gunung Merapi,” ujar dia.
Pascarentetan awan panas guguran ini, status Gunung Merapi masih di tingkat siaga atau berada di level 3. Selain potensi aliran lahar saat hujan, potensi bahaya Merapi saat ini juga berupa guguran lava dan awan panas.
Potensi bahaya guguran lava dan awan panas tersebut dapat meliputi Sungai Woro sejauh tiga km, Sungai Gendol sejauh lima km, Sungai Boyong sejauh lima km, dan Sungai Bedog, Krasak, Bebeng sejauh tujuh km dari puncak Merapi. “Sedangkan, lontaran material vulkanik jika terjadi erupsi eksplosif dapat menjangkau radius tiga kilometer dari puncak Merapi,” kata Agus.
Untuk itu, masyarakat pun diminta agar tidak melakukan kegiatan atau beraktivitas apapun di daerah potensi bahaya. Masyarakat juga diminta agar mengantisipasi gangguan akibat abu vulkanik dari erupsi Gunung Merapi serta mewaspadai bahaya lahar terutama saat terjadi hujan di seputar Gunung Merapi.
“Jika terjadi perubahan aktivitas yang signifikan, status aktivitas Gunung Merapi akan segera ditinjau kembali,” kata Agus.
Sebaran abu vulkanis akibat meningkatnya aktivitas Gunung Merapi meluas ke arah utara. Akibatnya, sejumlah wilayah di Kabupaten Semarang juga terdampak hujan abu vulkanis. Ditengarai, material abu vulkanis dampak erupsi Merapi yang terjadi Ahad (12/3) pukul 16.18 WIB tertiup angin ke arah utara hingga persebarannya sampai wilayah Kabupaten Semarang.
Ranin Agung (38), warga lingkungan Setenan, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, mengaku hujan abu vulkanis tipis terpantau di Ungaran pada Ahad (12/3) malam sekitar pukul 20.00 WIB. “Relatif tipis, tetapi lama-kelamaan abu yang jatuh lama-kelamaan kian terlihat jelas, terutama pada bodi mobil yang berwarna gelap,” ujar dia, Senin (13/3).
Sementara, dampak hujan abu vulkanis Gunung Merapi pada Ahad malam juga masih bisa dilihat di halaman gedung Sekretariat Daerah (Setda) Kabupaten Semarang, di Ungaran, pada Senin siang. Sisa abu vulkanis masih terlihat menempel pada sejumlah kendaraan dinas milik Pemkab Semarang yang terparkir di halaman kantor bupati Semarang ini.
Ihwal persebaran abu vulkansi erupsi Merapi hingga Kabupaten Semarang ini diamini oleh Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Semarang, Juwair Suntara. Menurut dia, paparan abu vulkanis memang terpantau di sejumlah kecamatan, seperti Kecamatan Getasan, Banyubiru, Ambarawa, Jambu, Pringapus, serta Ungaran Barat.
“Semalam, memang banyak masyarakat maupun para relawan yang telah melaporkan, jika paparan abu vulkanis yang dimungkinkan berasal dari erupsi Gunung Merapi terpantau di lingkungan mereka,” ujar Juwair.
Untuk itu, BPBD Kabupaten Semarang mengimbau kepada masyarakat agar mewaspadai dan melindungi diri agar abu vulkanis tersebut tidak terhirup dan mengakibatkan dampak pada kesehatan, khususnya saluran pernapasan dan mata. “Bila bepergian keluar dari rumah diharapkan selalu mengenakan masker dan pelindung mata,” katanya.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.