
Nusantara
Yogyakarta tak Lagi Nyaman?
Kejahatan jalanan yang kembali terjadi di Yogyakarta memprihatinkan.
OLEH SILVY DIAN SETIAWAN, FEBRIANTO ADI NUGROHO
Kota berhati nyaman. Slogan Yogyakarta yang ternama itu mendapatkan tantangan belakangan. Di titik nol kota pelajar tersebut, kekerasan dilakukan terang-terangan.
Dalam rekaman video yang diviralkan akun Twitter @RezkyRamadhanz, Selasa (7/2) malam, tampak dua pengendara sepeda motor tiba-tiba berhenti di kawasan Titik Nol Kilometer dan mengayunkan celuritnya ke pengendara lain. Terlihat celurit diayunkan sebanyak dua kali ke pengendara motor lain tersebut.
"Iki Jogja, Kolombia po Guatemala?" tulis akun tersebut mengaitkan dengan video kekerasan serupa yang lebih kerap dikaitkan aksi-aksi kartel narkoba di Amerika Tengah dan Amerika Selatan. "100 meter dari rumah gubernur, 10 meter dari Istana Presiden, 500 meter dari polresta, CCTV di mana-mana, kalau sampai nggak ketangkep juga, mending ganti semua anggota Polresta Yogyakarta deh...," tulis netizen lainnya menanggapi video tersebut.
Kejadian itu diiyakan pihak Polresta Yogyakarta. Kabid Humas Polresta Yogyakarta AKP Timbul Sasana Raharja mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan terhadap kasus kejahatan jalanan itu.

Saat ini pun belum dipastikan korban maupun pelaku kejahatan jalanan tersebut. "Masih lidik (penyelidikan, Red)," kata Timbul saat dikonfirmasi Republika, Rabu (8/2).
Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Yuliyanto menegaskan, kepolisian akan menangani aksi kekerasan tersebut. "Polda DIY dan Polresta Yogyakarta serius menangani peristiwa ini meskipun sampai tadi pagi belum ada laporan resmi dari korban," kata Yulianto kepada Republika, Rabu (8/2).
Yuliyanto mengatakan, berdasarkan penelusuran CCTV publik yang ada di titik nol kilometer, kemungkinan peristiwa tersebut terjadi pada 7 Februari 2023 sekitar pukul 04.00 pagi. Namun, sampai pagi ini belum ada laporan resmi dari korban.
"Kami mohon bantuan dari korban untuk bisa memberikan informasi lebih lengkap terkait peristiwa ini ataupun dari masyarakat yang berada di sekitar lokasi," ujarnya.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY Kadarmanta Baskara Aji mengaku prihatin dengan kejahatan jalanan yang kembali terjadi di DIY. Keprihatinan itu disampaikan Aji karena sudah banyak upaya yang dilakukan untuk mencegah kejahatan jalanan tersebut. Bahkan, tidak sedikit kasus kejahatan jalanan yang terjadi di DIY melibatkan pelajar.

Aji menyebutkan, pihaknya sudah mengupayakan berbagai cara untuk mencegah kejahatan jalanan, termasuk melakukan sosialisasi di sekolah-sekolah dengan menyasar pelajar. Patroli pun terus dilakukan untuk mencegah dan menjaring kemungkinan-kemungkinan terjadinya kejahatan jalanan.
"Kita juga sudah minta bantuan kepada para lurah yang ada di kelurahan-kelurahan untuk selalu sosialisasi tentang itu dan melaporkan kalau ada kemungkinan terjadi kekerasan anak di kalangan remaja, apalagi kalau yang terjadi di jalan. Namun, ternyata masih ada yang lolos, jadi kita turut prihatin," kata Aji di Komplek Kepatihan, Yogyakarta, Rabu (8/2).
Aji menuturkan, berbagai organisasi perangkat daerah (OPD) di lingkungan Pemda DIY juga dilibatkan dalam berbagai upaya untuk mencegah kejahatan jalanan ini. Di dalamnya termasuk OPD yang ada di pemerintah kabupaten/kota se-DIY yang juga turut melakukan pencegahan.
Meski kejahatan jalanan masih tetap terjadi, upaya-upaya yang sudah dilakukan itu akan terus dilakukan dan ditingkatkan. Hal ini mengingat kejahatan jalanan masih menjadi salah satu pekerjaan rumah (PR) yang harus ditangani di DIY.

"Tentu upaya-upaya yang sudah kita lakukan tetap kita teruskan, dan kita akan selalu mencoba mencari cara yang paling jitu dalam rangka menghilangkan kasus kekerasan yang terjadi di kalangan remaja, apalagi di jalanan," ujar Aji.
Aji menuturkan, kejahatan jalanan di DIY harus menjadi perhatian seluruh pihak. Terkait kejadian di kawasan Titik Nol Kilometer, terduga pelaku dinilai nekat mengingat aksi tersebut dilakukan di kawasan yang tidak sepi.
Hal ini juga membuat Aji mengaku lebih prihatin. "Kejadiannya sebetulnya di jalan yang ramai, ini saya kira juga nekat karena di daerah itu tidak pernah sepi, cukup banyak orang yang ada di situ. Ini membuat kita lebih prihatin lagi karena kenekatan dia melakukan di tengah banyak orang, itu harus jadi perhatian kita," ujarnya.
Kejahatan jalanan alias klitih memang jadi isu yang meresahkan beberapa tahun belakangan di Kota Pelajar tersebut. Tahun lalu, mengemuka sejumlah kasus penganiayaan, bahkan pembunuhan, terhadap warga sehubungan kejahatan itu.
Kejadiannya sebetulnya di jalan yang ramai, ini saya kira juga nekat karena di daerah itu tidak pernah sepi.
Meninggalnya Daffa Adzin Albasith, seorang warga Yogya dalam aksi klitih di Jalan Gedongkuning pada April 2022, sempat jadi tanda bahaya. Banyak pihak menyampaikan tekad menyudahi aksi klitih di Yogyakarta. Faktanya, kekerasan belum berhenti.
Pada Mei 2022 di Jalan Tentara Pelajar, korban berinisial ZWP, seorang pelajar berumur 15 tahun, juga meninggal dunia akibat aksi kekerasan jalanan. Pada bulan yang sama, sejumlah remaja ditangkap karena terlibat kekerasan di Jalan Parangtritis.
Dua korban, yakni EGS dan OJP, mengalami luka-luka. Pada Juni 2022, Polresta Sleman menangkap 10 orang pelaku kekerasan jalanan yang terjadi di Jalan Dukuh Pisangan. Pelaku membacok empat korban dengan celurit sampai luka-luka.
Pada Agustus 2022, Polresta Yogyakarta menangkap tiga pemuda karena terlibat kekerasan jalanan di Jalan Sultan Agung, Jalan Kenari, dan Jalan Rejowinangun. Motif pelaku melakukan penganiayaan karena hal sepele, yakni bertatapan di jalan.

Pada September 2022, dua anak di bawah umur diamankan Polsek Ngaglik karena diduga hendak melakukan kekerasan jalanan. Mereka lalu dikembalikan ke orang tuanya. Masih September, ada kasus di Jatisari dan korban mengalami sabetan senjata tajam.
Pada Oktober 2022 dini hari, pengendara sepeda motor dibacok oleh orang tidak dikenal saat berkendara di flyover Lempuyangan. Pada November 2022, pelajar di Yogyakarta saling serang menggunakan senjata tajam karena dendam.
Kabid Humas Jogja Police Watch Baharuddin Kamba berpendapat, usaha Pemda DIY maupun Polda DIY mengubah istilah klitih jadi kejahatan atau kekerasan jalanan belum terlihat berbuah hasil. Hal itu tidak mengubah Yogyakarta menjadi baik-baik saja.
"Terbukti, pascameninggalnya Daffa, aksi-aksi kekerasan atau kejahatan jalanan tetap ada dan seakan tidak ada matinya," kata Baharuddin kepada Republika, beberapa waktu lalu.
Pemanfaatan Gas Bumi Digencarkan
Total sambungan jargas telah mencapai 982 ribu rumah tangga.
SELENGKAPNYAPuskes Haji: Jamaah Lansia Ditempatkan di Lantai Bawah
Calon jamaah haji usia senior disebut memiliki banyak kekurangan fisik sehingga memerlukan banyak perhatian khusus dan serius.
SELENGKAPNYADitjen HAM Telusuri Pelarangan Jilbab Pramugari
Ditjen HAM baru akan mengeluarkan rekomendasi setelah tuntasnya klarifikasi larangan jilbab pramugari
SELENGKAPNYA