Ustaz Dr Amir Faishol Fath | Republika

Motivasi Alquran

Angan-Angan Palsu

Di akhirat, angan-angan yang mereka inginkan malah berganti menjadi azab.

DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute

Di bagian akhir surah al-Ma'arij [70] ayat: 36-44, Allah SWT merekam perilaku orang-orang kafir Makkah yang pura-pura berkumpul di majelis Rasulullah SAW, tetapi bukan untuk mendengarkan apa yang Nabi SAW sampaikan.

Mereka berkumpul di majelis Rasulullah SAW untuk mengganggu, dengan cara membuat halaqah-halaqah lain, berkelompok-kelompok, sebagian menghadap ke kanan dan sebagian yang lain menghadap ke kiri (famaa lilladziina kafaruu qibalaka muhthi’iin, ‘anil yamiini wa ‘anisysyimaali ‘iziin).

Kata muhthi’iin (bersegera) maksudnya bersegera menghindari majelis taklim Nabi SAW. Makna ‘iziin adalah berpencar-pencar membuat pertemuan-pertemuan lain dengan obrolan yang isinya untuk menghina Nabi SAW.

Mereka berkumpul di sekitar Nabi SAW agar mendapatkan surga seperti orang-orang beriman (ayathma’u kullum riin minhum ayyudkhala jannata na’iim). Padahal mereka tidak beriman.

Kata yathma’ (tamak) menggambarkan ambisi besar untuk masuk surga, tetapi dengan cara menolak risalah Nabi SAW. Sungguh itu angan-angan yang tidak mungkin dicapai.

 
Allah SWT menegaskan bahwa bagaimanapun mereka membuat tipu daya pasti kelak akan disingkap.
 
 

Allah SWT menegaskan bahwa bagaimanapun mereka membuat tipu daya pasti kelak akan disingkap, sebab Allah Mahatahu hakikat ciptaan-Nya (kallaa innaa khalaqnaahum mimmaa ya’lamuun). Mereka tidak bisa menghindar dari ilmu Allah SWT yang sangat luas.

Silakan mereka sombong, hartanya lalu jual mahal, menolak ajaran-Nya. Disangkanya Allah SWT membutuhkannya. Tidak, Allah SWT Mahakaya. Allah SWT bisa memusnahkan mereka dan menggantinya dengan orang lain yang siap patuh kepada-Nya (falaa uqsimu birabbil masyaariqi wal maghaaribi innaa laqaadiruun, ‘alaa annubaddila khairan minhum wa maa nahnu bimasbuuqiin).

Seharusnya mereka sadar dengan penegasan tersebut. Bahwa Allah SWT sedang murka atas mereka. Allah SWT berfirman, "Biarkan Aku yang akan berhadapan langsung dengan mereka. Sengaja memang Aku biarkan mereka bersenang-senang dengan dosa, tetapi kelak akan tiba saatnya mereka akan diazab (fadzarhum yakhuudhuu wa yal’abuu hattaa yulaaquu yaumahumulladzii yuu’aduun).

Kata yakhuudhuu asalnya menyelam dalam air. Hal ini menunjukkan gambar seakan mereka sedang bermain-main dalam genangan dosa dan bergelimang di dalamnya tanpa merasa berdosa. Mereka bersegera menuju tempat dosa tersebut tanpa beban sama sekali, sekalipun harus membayar mahal.

 
Kelak di hari kiamat mereka akan dibangkitkan dari alam kubur lalu bersegera menuju tempat azab seperti bersegera dulu di dunia ke tempat dosa.
 
 

Karena itu, kelak di hari kiamat mereka akan dibangkitkan dari alam kuburnya lalu mereka bersegera menuju tempat azab seperti mereka bersegera dulu di dunia ke tempat dosa (yauma yakhrujuuna minal ajdaatsi siraa’an ka’annhum ilaa nushubiy yuufidhuun). 

Kata annushub maknanya sesuatu yang ditancapkan, yaitu batu-batu yang mereka pancangkan di sekitar Ka'bah untuk dijadikan sesembahan. Kaum kafir Makkah di zaman jahiliyah sangat intens mengagungkan batu-batu tersebut.

Mereka berlomba-lomba untuk menghadiahkan sembelihan hewannya atas nama patung-patung itu. Inilah maksud kata yuufidhuun, merela bersaing dengan penuh semangat untuk memberikan yang terbaik kepada sesembahannya itu.

Mereka menganggap patung-patung itu sebagai tuhan. Padahal mereka sendiri yang membuatnya. Secara lahir patung-patung itu tidak mampu membantu dirinya sendiri apalagi membantu orang lain. Tetapi mengapa itu disembah, padahal hakikat penyembahan terhadap Tuhan adalah agar dibantu oleh-Nya.

Akibatnya di akhirat semua angan-angan yang mereka inginkan malah berganti menjadi azab. Mereka tidak mendapatkan surga yang diimpikan, melainkan neraka yang selama di dunia mereka ingkari.

Di neraka itulah mereka menemukan kehinaan tanpa batas. Kepala mereka tertunduk khusyuk karena mereka dulu selama di dunia tidak pernah khusyuk shalat seperti shalatnya orang-orang beriman (khaasyi’atan abshaaruhum tarhaquhum dzillah).

Di puncak kehinaan itu mereka mendengar suara: "Itulah azab yang Allah janjikan sekarang benar-benar nyata (dzaalikal yaumulladzii kaanuu yuu’aduun).

Punya Kerjaan Menjadi Syarat Sebelum Menikah?

Apakah punya kerjaan itu menjadi syarat sebelum menikah?

SELENGKAPNYA

Neraka yang Sangat Mengerikan

Denda sebesar apapun tidak akan mampu menyelamatkan mereka dari siksa neraka.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya