Opini
Memanen Jutaan Gigawatt Listrik dari Laut
Kalau arus laut, sumbernya jelas tersedia dan melimpah, tinggal mengambil.
R DWI SUSANTO; Research Professor University of Maryland USA, Ketua Dewan Pakar Kemaritiman IABIE
Suatu kehormatan Presiden Joko Widodo menjadi presiden G-20 dan kesempatan emas bagi Indonesia menunjukkan kita serius melakukan peralihan energi dari minyak bumi dan batu bara ke energi terbarukan, sesuai tujuan untuk mencapai nol emisi pada 2060.
Bahkan, negara menargetkan, 23 persen kebutuhan energi dipenuhi energi terbarukan pada 2025. Memasuki akhir 2022, pencapaian energi baru dan terbarukan (EBT) baru 12 persen. Karena itu, kita harus melakukan lompatan dan investasi besar-besaran.
Dengan adanya kesepakatan Joint Energy Transition Partnership (JETP), salah satu hasil pertemuan G-20 pada November 2022 sudah saatnya kita membangun EBT dari laut.
Kita perlu memilih teknologi yang sesuai kearifan lokal untuk memenuhi kebutuhan listrik.
Dengan semakin meningkatnya percepatan pembangunan, kebutuhan listrik meningkat tajam. Kita perlu memilih teknologi yang sesuai kearifan lokal (kelimpahan sumber daya lokal) untuk memenuhi kebutuhan listrik tersebut.
Kebijakan diversifikasi energi selama ini masih dininabobokan ketersediaan bahan bakar minyak (BBM) dan batu bara. Dari segi ekonomi, tidak ada jaminan jumlah cadangan yang tersedia dan dapat tereksploitasi dalam dekade mendatang.
Diversifikasi energi untuk mengurangi ketergantungan pada minyak bumi menjadi tren kebijakan energi di banyak negara. Selain usaha penghematan penggunaan energi juga tekanan dampak lingkungan karena polusi yang dihasilkan BBM dan batu bara.
Ramah lingkungan
Ada beberapa sumber energi alternatif terbarukan yang bisa dikembangkan di negara kita, yaitu energi matahari, biofuel, air, panas bumi, angin, perbedaan suhu laut, arus laut, dan gelombang laut.
Syarat utama energi alternatif terbarukan adalah ramah lingkungan dan tahan perubahan iklim jangka panjang. Tak kalah penting, sesuai kelimpahan sumber daya lokal.
Masalah utama penggunaan BBM bumi dan batu bara adalah faktor ekonomi dan lingkungan. Dari segi ekonomi, tak ada jaminan jumlah cadangan tersedia bisa dieksploitasi secara ekonomis dalam beberapa dekade mendatang, demikian pula kontinuitas dan kestabilan suplai sehingga harganya banyak tergantung faktor luar, seperti politik dan keamanan.
Faktor lingkungan semakin berat pada masa mendatang seiring kesadaran masyarakat terhadap lingkungan yang kian besar. Apalagi, semakin populernya “blue economy”, konsep inovasi dan ekonomi yang berlandaskan siklus alam.
Sumber daya lokal
Sumber energi terbarukan mana yang terbaik untuk kita? Angin, surya, atau laut? Energi angin dan tenaga surya memang energi terbarukan. Sayangnya, bergantung iklim. Kecepatan angin di wilayah kita juga tak secepat daerah subtropis.
Wilayah kita dipengaruhi angin musim sehingga curah hujan kita sangat bergantung dari musim dengan periode sekitar enam bulanan. Pada musim tenggara/kering, sinar matahari cukup banyak yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya energi.
Sebaliknya, pada musim barat laut, awan dan curah hujan banyak sehingga kurang ideal untuk pemanfaatan energi matahari karena efektivitas yang bisa dicapai saat ini hanya 4-5 jam dalam 24 jam.
Gelombang laut juga bisa menjadi sumber alternatif. Walaupun lokasi terbatas sepanjang pantai selatan Jawa-Sumatra-Nusa Tenggara yang menghadap Samudra Hindia dan sepanjang pantai Kepulauan Halmahera-Papua yang menghadap Samudra Pasifik.
Teknologi konversi energi gelombang laut ke listrik juga sudah tersedia dan bisa diterapkan di kita.
Namun, karena pantainya cukup panjang, bisa menghasilkan energi sangat besar. Teknologi konversi energi gelombang laut ke listrik juga sudah tersedia dan bisa diterapkan di kita.
Bagaimana dengan energi dari tinggi pasang surut? Beda dengan Bay of Fundy (Kanada), pusat energi terbarukan dari tinggi pasang surut yang mencapai 16 meter dan menghasilkan energi 2,5 GW, tinggi pasang surut laut kita relatif rendah, tertinggi di sekitar Bagansiapiapi mencapai 2,5 meter, jadi kurang ekonomis.
Namun, laut kita banyak selat dengan arus laut, gabungan antara arus pasang surut dan arus lintas Indonesia (Arlindo/Indonesian throughflow) bisa mencapai 5 m/s bahkan lebih. Inilah kearifan lokal kita.
Sebab, lautan Indonesia satu-satunya penghubung sirkulasi arus global yang menghubungkan Samudra Pasifik dan Hindia, dikenal dengan Arlindo. Karena itu, arus yang melewati selat-selat kita sangat besar, terutama yang berorientasi utara-selatan dan cocok sekali menjadi sumber energi listrik dari laut.
Negara Barat bahkan Korea Selatan sudah memanfaatkan arus pasang surut menjadi listrik (~550 GWh per tahun), padahal mereka tidak mempunyai Arlindo. Karena itu, ideal sekali dan saatnya kita membangun energi terbarukan dari arus laut.
Berapa besar energi yang bisa dihasilkan? Apakah bisa mencukupi kebutuhan energi kita? Tentu, sebaiknya kita mempunyai kebijakan diversifikasi energi. Arus laut bisa menyumbang energi besar. Misalnya, Selat Alas yang terletak antara Pulau Lombok dan Sumbawa.
Berdasarkan peta hidrografi dari Pusat Hidro-oseanografi Angkatan Laut, lebar selat bagian utara sekitar 50 km, selatan 30 km, dan yang paling sempit 16 km, dengan variasi kedalaman dari 10 meter sampai 180 meter.
Apabila kita mengambil asumsi (karena berbagai hal, seperti syarat kedalaman laut, besar turbin, lingkungan, tidak mengganggu jalur laut/niaga, dan perikanan) hanya 25 persen dari Selat Alas yang bisa dipasang turbin pembangkit listrik.
Dengan kemampuan teknologi konversi saat ini, setiap 75 x 75 m bisa menghasilkan 10 MW. Jadi, Selat Alas bisa menghasilkan lebih dari 500 GW. Perhitungan kasar di Selat Alas ini menunjukkan besarnya potensi lautan kita.
Selat Alas bukan paling ideal, masih banyak selat sempit (lebih dari 25 selat) di sepanjang Bali-Nusa Tenggara dan Maluku-Halmahera-Papua yang punya potensi arus lebih besar dari Selat Alas, yang berpotensi menghasilkan jutaan gigawatt.
Selat Alas bisa menghasilkan lebih dari 500 GW. Perhitungan kasar di Selat Alas ini menunjukkan besarnya potensi lautan kita.
Tentu hal ini perlu dilakukan survei lapangan secara detail dan menyeluruh. Melihat besarnya potensi sumber energi listrik dari laut ini, diharapkan kita memanen listrik dari laut sehingga kebutuhan energi terutama di luar Jawa-Sumatra bisa terpenuhi.
Teknologi untuk mewujudkan energi dari laut ini sudah ada dan bisa diterapkan di Indonesia. Gabungan Arlindo dan arus pasang surut sangat ideal sebagai sumber efektif untuk dikonversikan menjadi energi listrik.
Arus pasang surut laut yang utama adalah semidiurnal (dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari) dan diurnal (satu kali pasang dan satu kali surut dalam sehari).
Superposisi antara pasut semidiurnal dan diurnal menyebabkan variasi arus pasut kita bervariasi secara 14 harian, yaitu mencapai ekstrem maksimum dan minimum pada waktu bulan purnama dan bulan baru di mana matahari, bulan, dan bumi hampir satu garis.
Pasut terkecil (neap tide) pada waktu matahari, bulan, dan bumi membentuk sudut sekitar 90 derajat. Karena arus pasut bergantung posisi relatif antara matahari, bulan dan bumi, mudah diprediksi secara akurat besar arus maupun waktunya untuk jangka panjang.
Selama masih ada matahari dan bulan, arus pasut selalu ada. Karena itu, arus laut ideal untuk sumber listrik karena bisa diprediksi akurat, selalu ada, ramah lingkungan, dan sesuai kearifan lokal sebagai sumber daya laut yang melimpah di negara kita.
Karena arus pasut bergantung posisi relatif antara matahari, bulan dan bumi, mudah diprediksi besar arus maupun waktunya untuk jangka panjang.
Selama ini, energi terbarukan dari laut dipandang masih mahal. Kalau dibandingkan batu bara atau minyak yang sudah matang teknologinya dan lama digunakan di Indonesia harga dibisa ditekan misalnya 10-cent US dollar/kwh, semua sumber energi terbarukan relatif lebih mahal.
Namun, kalau dilihat jangka panjang, di mana sumber energinya selalu ada dan melimpah di wilayah kita, harga bisa ditekan, bahkan lebih rendah dari 10-cent/kWh apabila kita bisa menguasai teknologi dan tersedianya infrastruktur memadai.
Apabila teknologi turbin bisa dibuat di dalam negeri dan kita mempunyai kapal-kapal dengan dynamic positioning (minimum DP-II) yang kuat bertahan di selat sempit dengan arus kuat untuk mendukung peletakan turbin, energi dari laut akan sangat kompetitif.
DP syarat utama kapal untuk mendukung pembangunan infrastruktur di laut/lepas pantai agar kapal tetap di posisi walaupun arus berubah arah atau besarnya.
Dengan dibangunnya prototipe energi listrik dari laut akan menggugah insinyur kita untuk menguasai teknologi dan universitas akan mengembangkan kurikulum bidang ini.
Pusat energi terbarukan dari laut akan menjadi laboratorium riset dalam pengembangan teknologi ini dan daya tarik mahasiswa asing untuk kuliah di universitas kita sehingga bisa menaikkan peringkat universitas di kancah internasional.
Pusat energi terbarukan dari laut akan menjadi laboratorium riset dalam pengembangan teknologi.
Demikian juga bisa menarik untuk pengembangan industri pendukungnya, mulai dari hulu sampai hilir. Semoga pemerintah segera merealisasikan pernyataan bersama dalam G-20 untuk segera melakukan transisi energi ke EBT.
Terutama sumber energi dari laut sehingga bisa tercapai kemandirian dalam sumber energi listrik. Kalau kita melakukan pengeboran minyak atau gas bumi, kemungkinan menemukan gas atau minyak dalam pengeboran bisa kurang dari satu persen.
Kalau arus laut, sumbernya jelas tersedia dan melimpah, tinggal mengambil. Ibarat mau panen padinya sudah tersedia di sawah, siap dipanen dan teknologi untuk memanennya sudah ada. Maka, saatnya kita memanen jutaan GW listrik dari laut.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Saudi: Haji 2023 Kembali Normal, tak Ada Batasan Usia
Arab Saudi tidak menetapkan persyaratan untuk vaksin.
SELENGKAPNYAHalal dan Perppu Cipta Kerja
Menyambut penerapan wajib halal per 2024 dengan mayoritas usaha mikro kecil bukanlah hal mudah.
SELENGKAPNYATerbius Permainan Lato-lato
Media sosial menjadi salah satu wadah menyebarnya permainan ini ke berbagai penjuru daerah.
SELENGKAPNYA