Suasana di sekitar Masjid Dimaukom, di Datu Saudi Ampatuan, Provinsi Maguindanao, Filipina. | DOK MUSLIM LANDMARKS EXPLORED

Arsitektur

Pesona Dimaukom, Masjid Pink Nan Unik di Filipina

Masjid Dimaukom di Filipina disebut pula sebagai Masjid Pink.

Sejarah mencatat, Islam adalah agama monoteis pertama yang berkembang di Filipina. Para pedagang Gujarat yang singgah di kepulauan tersebut berjasa dalam merintis syiar agama ini. Begitu pula dengan ekspansi wilayah Brunei.

Pada awal abad ke-16, kerajaan yang berpusat di Kalimantan itu menguasai Maynila di Pulau Luzon. Kota pelabuhan itu pada akhirnya menjelma Manila, ibu kota Filipina modern.

Perkembangan Islam di Filipina menghadapi tantangan sejak kedatangan armada Ferdinand Magellan pada 1521. Walaupun Magellan sendiri ikut tewas saat berperang dengan penduduk lokal, misinya memuluskan jalan bagi kolonialisme Eropa. Beberapa dekade kemudian, bangsa Spanyol mulai menjajah negeri kepulauan di Asia tenggara itu.

 
Perkembangan Islam di Filipina menghadapi tantangan sejak kedatangan armada Ferdinand Magellan pada 1521.
 
 

Hingga saat ini, mayoritas penduduk Filipina memeluk Katolik. Bagaimanapun, jejak-jejak peradaban Islam tidak kemudian sirna. Khususnya di sebagian Pulau Mindanao, masyarakat setempat masih setia dengan agama ini, sebagaimana leluhur mereka dahulu.

Kaum Muslimin di Provinsi Maguindanao, misalnya. Mereka memandang Islam sebagai bagian yang tidak terlepaskan dari identitas kolektif. Pandangan itu diekspresikan antara lain melalui khazanah arsitektur bangunan-bangunan publik setempat.

Dalam hal ini, Masjid Dimaukom merupakan contoh terbaik. Masjid yang berlokasi di Datu Saudi Ampatuan, Maguindanao, itu disebut pula sebagai Masjid Merah Jambu (Pink Mosque). Sebabnya tentu saja adalah warna dominan tempat ibadah itu.

Keunikannya menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Tidak seperti masjid-masjid lain yang biasanya bernuansa warna terang atau monokrom, Masjid Dimaukom justru memilih warna yang cukup mencolok.

Seluruh sisi bangunan dilapisi warna merah muda. Mulai dari kubah, tembok, menara, birai jendela, hingga gerbang masuknya—semuanya itu berbalut pink yang cukup menyala. Lantas, mengapa dikelir demikian?

photo
Tampak depan Masjid Dimaukom. - (DOK MOSQPEDIA)

Latar sejarah

Masjid Dimaukom berdiri sejak tahun 2011. Pembangunannya dimulai dengan kebijakan dari wali kota Datu Saudi ketika itu, Samsodin Dimaukom. Bahkan, sang wali kota turut menyumbang dana pendirian tempat ibadah ini dari kantong pribadinya. Lahan tempat berdirinya masjid tersebut berasal dari sumbangan tanah milik keluarganya. "Hadiah untuk masyarakat Maguindanao," katanya.

Namun, Samsodin Dimaukom ingin bahwa masjid itu nantinya tidak sekadar berfungsi tempat ibadah, melainkan juga destinasi wisata islami. Ia melihat, negeri-negeri jiran yang berpenduduk mayoritas Muslim telah berderap jauh dalam hal turisme halal. Sebut saja, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Indonesia. Ketiga negara itu begitu kaya akan masjid-masjid yang megah nan indah.

Pada 2014, bangunan yang dinanti-nanti akhirnya terwujud. Kompleks itu dinamakan sebagai Masjid Dimaukom, sebagai bentuk penghormatan kepada sang wali kota. Peresmiannya dilakukan pada saat bulan suci Ramadhan.

Dilansir dari laman Wayph, Senin (2/1/2023), masjid merah muda nan cerah itu adalah bukti keinginan Dimaukom dan keluarga untuk menyebarkan pesan perubahan positif kepada seluruh warga. Ia berharap, masjid ini dapat menjadi simbol persatuan seluruh masyarakat Filipina, khususnya Provinsi Manguindanao.

Kebetulan, ia dan istrinya memiliki warna favorit, yaitu pink. Maka dengan warna itulah seluruh permukaan masjid ini dilapisi. Bagaimanapun, Dimaukom sendiri memaknai pemilihan warna itu sebagai perlambang pesan kedamaian dan cinta. "Cinta kepada Allah, cinta kepada sesama, dan juga cinta kepada negara," ujarnya.

Menariknya lagi, pembangunan Masjid Dimaukom pun didukung para pekerja dari kalangan non-Muslim. Mereka bahkan rela berpartisipasi membangun masjid pink ini tanpa menghendaki bayaran. Ini menjadi simbol keteguhan gotong royong lintas identitas agama.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by A M A L I A H (@amaliah_com)

Corak arsitektur

Tampilan luar Masjid Dimaukom tampak luar biasa. Kubahnya terlihat sangat indah. Setidaknya ada 13 kubah yang dibangun untuk menaungi struktur utama. Satu di antaranya berukuran paling besar.

Masjid ini memiliki dua menara. Meski tidak terlalu tinggi, keduanya juga tampak serasi dengan keseluruhan bangunan. Sebab, warnanya sama-sama merah jambu, dengan pucuk kubah di atasnya.

Masjid ini memiliki dua lantai dan aksen emas untuk menangkap cahaya. Keharmonisan konstruksinya yang sederhana menawarkan suasana yang tenang untuk berdoa dan kontemplasi. Sebagai langkah pertama menuju Maguindanao yang lebih damai dan ramah, Masjid Dimaukom sangat membantu menghilangkan kesan-kesan negatif yang dahulu menyelimuti reputasi kawasan provinsi tersebut.

Pada pintu gerbang masjid ini dihiasi dengan kaligrafi bertuliskan kalimat tauhid, “La ilaaha illallah, Muhammadur Rasulullah.” Di bawah kalimat itu, terdapat tulisan ucapan selamat datang, “Ahlan Wasahlan".

photo

Bagian interior Masjid Dimaukom. - (DOK MOSQPEDIA)

 

 

 

Kiat Menghadapi Nafsu al-Ammarah

Nafsu al-Ammarah menurut para sufi adalah level terendah.

SELENGKAPNYA

Sejarah Deislamisasi Bahasa Indonesia

Proses latinisasi huruf pada dasarnya adalah proses deIslamisasi yang sejalan dengan politik asosiasi Belanda.

SELENGKAPNYA

Mengenal Nabi Ilyas AS

Kisah Nabi Ilyas AS disebutkan dalam Alquran dan juga Injil.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya