Acara makan bersama pedagang usai Upacara 17 Agustus di Pasar Beringharjo, Yogyakarta, Rabu (17/8/2022). Menyambut HUT ke-77 RI, berbagai kegiatan diadakan di Pasar Beringharjo. Selain Upacara 17 Agustus juga diadakan kirab Bregodo dan makan bersama pedag | Republika/Wihdan Hidayat

Tuntunan

Saat Rasulullah Menyantap Makanan

Nabi membandingkan beberapa macam buah dengan membaca Alquran.

Sebagai manusia, Rasulullah SAW juga memiliki kebutuhan untuk makan dan minum. Bedanya, Nabi SAW punya cara makan yang berlandaskan tuntunan dari Allah SWT. Gaya hidup Rasulullah ini lazim diikuti kaum Muslimin dari masa sahabat hingga kini.

"Wahai para rasul, makanlah dari (makanan) yang baik-baik dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS al-Mukminun: 51).

Nabi tidak pernah mencela makanan. Ditukil dari Syarah Shahih al-Bukhari yang ditulis Syekh Muhammad bin Shalih al- Utsaimin, Rasulullah akan menyantap makanan jika dia berselera. Jika tidak suka, dia meninggalkannya. Nabi pun kerap memuliakan makanan. Pada satu hadis lainnya yang diriwayatkan Imam Muslim, Nabi membandingkan beberapa macam buah dengan membaca Alquran.

 
photo
Juru masak memasak nasi kebuli pada Haul atau peringatan wafatnya Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi di Pasar Kliwon, Solo, Jawa Tengah, Jumat (28/12/2018). Panitia peringatan Haul menyiapkan 4,5 ton beras dan 320 ekor kambing untuk memasak nasi kebuli sebagai hidangan khas saat peringatan Haul yang dihadiri ribuan jamaah dari berbagai kota di Indonesia. ANTARA FOTO/Mohammad Ayudha/pd. - (ANTARA FOTO)

Perumpamaan seorang mukmin yang membaca Alquran adalah seperti buah turujjah yang aromanya wangi dan rasanya enak. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah kurma yang tak beraroma dan rasanya manis.

Perumpamaan seorang munafik yang membaca Alquran adalah seperti bunga raihanah yang aromanya wangi dan rasanya pahit. Sementara, perumpamaan seorang munafik yang tidak membaca Alquran adalah seperti buah hanzhalah yang aromanya busuk dan rasanya pahit.

 
Wahai para rasul, makanlah dari (makanan) yang baik-baik dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
QS AL-MUKMINUN: 51
 

Nabi mengajarkan kepada kita untuk membaca basmalah dan menggunakan tangan kanan. Tak hanya itu, Nabi mencontohkan agar memakan makanan yang paling dekat saat makan bersama dengan nampan. Itu sesuai dengan apa yang diajarkan kepada Umar bin Abu Salamah.

"Semasa kecil, aku diasuh oleh Rasulullah SAW, (pada saat makan bersama) tanganku bergerak ke sana kemari di atas nampan. Maka, beliau bersabda kepadaku, "Wahai anakku, bacalah basmalah, makanlah dengan tangan kananmu, dan makanlah apa yang dekat darimu."

Saat makan bersama dalam nampan, Anas bin Malik seperti ditukil dalam HR Muslim mengatakan, Nabi SAW mencari-cari labu di sekeliling nampan. Imam Bukhari memaknai hadis ini, yakni seseorang bisa mencari makanan yang disukainya saat makan bersama di nampan jika tidak membuat temannya marah. Selain itu, menurut al-Bukhari, makanan tersebut jenisnya bermacam-macam.

Ketika makan daging, Nabi SAW memotong daging bagian punggung kambing yang dipegang dengan pisau. Syekh Utsaimin menjelaskan, Nabi SAW menggunakan pisau untuk memotong daging karena daging itu terlalu keras. Dia tak bisa langsung menggigit. Hadis itu kadang terlihat kontradiktif dengan hadis larangan memotong daging dengan pisau untuk makan.

photo
Pengunjung memilih menu makanan kebun khas Ternate yang disajikan di salah satu rumah makan di Kota Ternate, Maluku Utara, Rabu (14/12/2022). Makanan kebun khas Ternate yang diolah dari bahan pangan lokal tersebut menjadi salah satu kuliner tradisional, dijual mulai dari Rp 50 ribu hingga Rp 150 ribu per paket yang banyak diminati para pengunjung dan wisatawan saat berkunjung ke daerah itu. - (ANTARA FOTO/Andri Saputra)

Syekh Utsaimin pun mengungkapkan, hal tersebut bergantung pada tujuan saat makan. Jika hendak bermewah-mewahan atau merasa jijik tangannya tersentuh daging, penggunaan pisau itu tidak boleh dan dilarang. Adapun jika pisau itu dibutuhkan untuk memotong daging yang keras maka dibolehkan karena Nabi SAW pun melakukannya. Jika tidak butuh pisau, lebih baik jika mengambil dengan tangan, menggigitnya dan menggerogoti gigi sendiri.

Hadis yang bersumber dari Ibnu Abbas RA menjelaskan, "Rasulullah SAW menggerogoti daging yang ada di tulang punggung, kemudian setelah itu beliau bangkit dan shalat tanpa berwudhu lagi."

Nabi SAW pun mengajarkan kepada kita untuk tak berlebihan saat makan. Rasulullah menganalogikan hal itu dengan ungkapan bahwa orang mukmin makan dalam satu usus, sementara orang kafir dalam tujuh usus. Ulama berbeda pendapat dengan hadis yang juga diriwayatkan Imam Muslim tersebut.

Syekh Utsaimin menjelaskan, setidaknya ada tiga pendapat berbeda mengenai masalah tersebut. Pertama, hadis itu bermakna metaforis. Nabi hendak menunjuk karakter mukmin sejati yang tidak rakus harta dunia. Seorang mukmin hanya sedikit mengambil harta dunia, digambarkan memakan hanya dalam upaya memenuhi satu usus. Sementara itu, orang kafir yang serakah digambarkan akan memenuhi tujuh ususnya.

photo
Sejumlah warga berkumpul dan makan bersama saat tradisi cucurak di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, Minggu (11/4/2021). Tradisi cucurak merupakan tradisi masyarakat Bogor menjelang bulan Ramadhan dengan mengadakan makan bersama dengan keluarga ataupun kolega meskipun di masa pandemi COVID-19 dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. - (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Pendapat kedua, orang mukmin memakan makanan halal, sedangkan orang kafir memakan makanan haram. Makanan halal sangat sedikit jika dibandingkan dengan makanan haram.

Pendapat ketiga menjelaskan, hadis itu lebih pada upaya penyadaran dan dorongan untuk orang mukmin agar sedikit makan, mengingat banyak makan adalah karakter orang kafir. "Dan orang-orang kafir menikmati kesenangan (dunia) dan mereka makan seperti hewan makan" (QS Muhammad: 12).

 
Dan orang-orang kafir menikmati kesenangan (dunia) dan mereka makan seperti hewan makan.
QS MUHAMMAD: 12
 

Nabi SAW pun melarang kita untuk makan dengan piring-piring emas dan perak. Menurut Hudzaifah RA, Rasulullah SAW mengatakan, piring-piring itu untuk mereka (orang kafir) di dunia dan untuk umat Islam di akhirat. Dalam hadis lain, Nabi SAW pun mengancam orang-orang yang minum dengan bejana perak seakan api neraka jahanam dituangkan ke dalam perutnya.

Syekh Utsaimin menjelaskan, hikmah dari hadis tersebut adalah makan dan minum dengan bejana emas dan perak dapat menjadikan hati manusia sombong dan congkak. Jika mereka terjangkit penyakit itu, dia diharamkan masuk ke dalam surga.

Setelah selesai makan, Nabi SAW mengajarkan kepada kita untuk menjilati tangan hingga bersih. Dari Ka'ab bin Malik, dari bapaknya, beliau mengatakan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam itu makan dengan menggunakan tiga jari dan menjilati jari-jari tersebut sebelum dibersihkan (HR Muslim No 2032 dan lainnya).

Lantas, Nabi SAW berdoa, "Segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak, indah dan penuh berkah seraya tidak merasa cukup dengan selain-Mu, tidak pula mengingkari nikmat-nikmat-Mu dan tidak juga merasa tidak butuh dengan karunia-Mu, wahai Rabb-ku." Wallahu a'lam.

Memahami Istilah ‘Sahabat’ Dalam Islam

Pengertian dan makna sahabat dalam sejarah Islam berkaitan dengan kehidupan Nabi SAW.

SELENGKAPNYA

Riwayat Juraij dan Bayi yang Fasih Berbicara

Kisah Juraij dan bayi yang fasih berbicara disandarkan pada hadis Nabi.

SELENGKAPNYA

Indonesia ke Semifinal AFF 2022 Sebagai Runner-up Grup

Indonesia menyelesaikan perjalanan di Grup A dengan koleksi 10 poin.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya