
Internasional
Cina Krisis Penanganan Medis Kasus Covid-19
Di Rumah Sakit Baoding No 2, pasien memadati lorong bangsal darurat.
BEIJING – Provinsi Hebei, Cina, menghadapi krisis penanganan medis sejak pemerintah melonggarkan kebijakan nol-Covid. Hebei telah menjadi salah satu wilayah yang mengalami peningkatan kasus Covid-19 sejak kebijakan pelonggaran diterapkan awal bulan ini.
Kehidupan masyarakat Hebei sebenarnya sudah tampak normal. Jalanan mulai sibuk oleh lalu lintas kendaraan. Restoran dan pasar juga telah dipadati pengunjung. Dalam beberapa hari terakhir, tajuk utama di media pemerintah menyatakan bahwa Hebei sudah melanjutkan kehidupan normalnya.
Namun, hiruk pikuk juga berlangsung di bangsal darurat dan krematorium di Hebei. Meski kasus demam menyusut, banyak kalangan lansia di sana jatuh ke kondisi kritis. Mereka pun kesulitan memperoleh perawatan atau penanganan di rumah sakit. Pengalaman demikian dialami Yao Ruyan, salah satu warga Hebei.
Ibu mertua Yao mengidap Covid-19 dan membutuhkan perawatan medis darurat. Namun, semua rumah sakit terdekat tak dapat menangani mertuanya karena ruang perawatan sudah dipenuhi pasien. “Mereka bilang tak ada tempat tidur di sini,” ucap Yao, dikutip dalam laporan Associated Press atau AP, Senin (26/12).

Di salah satu rumah sakit, Yao sempat memindai paru-paru mertuanya. Hasilnya menunjukkan tanda-tanda pneumonia. Namun, karena tak dapat menangani kasus Covid-19 serius, rumah sakit terkait menganjurkan Yao membawa mertuanya ke rumah sakit lebih besar yang berdekatan.
Saat Yao dan suaminya berkendara dari rumah sakit ke rumah sakit, mereka menemukan semua bangsal penuh. Salah satu rumah sakit yang disambanginya adalah Rumah Sakit Zhouzhou. “Saya sangat marah. Saya tidak punya banyak harapan. Kami sudah lama keluar dan saya takut karena dia (mertua) kesulitan bernapas,” ucap Yao.
AP sempat mengunjungi lima rumah sakit dan dua krematorium di Baoding dan Langfang yang berada di Provinsi Hebei. Berdasarkan pantauan AP, di Rumah Sakit Baoding No 2, pasien memadati lorong bangsal darurat.
Kesibukan juga terpantau di krematorium yang disambangi AP. Ambulans bolak-balik mengantarkan jenazah. Tungku untuk proses kremasi beroperasi tanpa jeda karena kematian melonjak selama sepekan terakhir. Seorang pekerja mengungkapkan, dia membakar 20 hingga 30 jenazah per hari. Jumlah itu meningkat antara tiga hingga empat jenazah sebelum Cina melonggarkan kebijakan nol-Covid.
“Ada begitu banyak orang yang sekarat. Mereka bekerja siang dan malam, tapi mereka tidak bisa membakar semuanya,” kata Zhao Yongsheng, seorang pekerja di toko barang pemakaman yang berada di dekat krematorium.

Di sebuah krematorium di Gaobeidian, sekitar 20 kilometer selatan Zhuozhou, jenazah seorang wanita berusia 82 tahun dibawa dari Beijing dengan menempuh dua jam perjalanan. Menurut cucunya yang bernama Liang, dia membawa neneknya ke Gaobeidian karena rumah duka di Beijing telah penuh sesak.
Nenek Liang meninggal akibat Covid-19. Pada hari-hari terakhirnya, Liang mendampingi neneknya yang sudah terbaring dengan bantuan respirator.
Menyangkal
Direktur pemakaman di krematorium Gaobeidian Ma Xiaowei mengonfirmasi, memang ada lebih banyak kremasi yang saat ini sedang ditangani. Namun, dia mengaku, tidak mengetahui apakah Covid-19 penyebab kematian mereka.
Ma justru menyebut musim dingin sebagai penyebab peningkatan kematian. Keterangan Ma disampaikan kepada para jurnalis di tengah pengawasan pejabat Cina.
Sementara itu, Manajer Administrasi Rumah Sakit Gaobeidian Wang Ping membantah adanya lonjakan kasus Covid-19. “Tidak ada yang disebut ledakan dalam kasus, semuanya terkendali. Ada sedikit penurunan pada pasien,” ucapnya.
Akhir pekan lalu, Komisi Kesehatan Nasional Cina mengumumkan akan berhenti menerbitkan data tentang infeksi harian Covid-19 di negara tersebut. Komisi Kesehatan Nasional Cina tak menjelaskan tentang alasan mereka menghentikan penerbitan data tersebut.

Saat ini, Cina pun mempersempit definisinya untuk melaporkan kematian akibat Covid-19. Mereka hanya menghitung korban meninggal yang berasal dari pneumonia atau gagal napas akibat Covid-19.
Dari pintu ke pintu
Fu (76 tahun) yang ditemui di Beijing, Cina, pada Ahad (25/12) mengaku ingin divaksin. Namun diabetes dan tekanan darah tinggi yang diderita menghalanginya untuk divaksin. Saat ini, pihak berwenang Cina melakukan vaksinasi dari pintu ke pintu. Mereka bahkan memberi tunjangan bagi warga usia 60 tahun ke atas yang bersedia divaksin Covid-19.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.