
Motivasi Alquran
Allah Mengagungkan Ilmu
Mencari ilmu dalam rangka membesarkan Allah SWT.
DIASUH OLEH USTAZ DR AMIR FAISHOL FATH; Pakar Tafsir Alquran, Dai Nasional, CEO Fath Institute
Lima ayat pertama surah al-Alaq adalah yang pertama-tama Allah turunkan dari Alquran kepada Rasulullah SAW. Pesan pokoknya adalah mencari ilmu dalam rangka membesarkan Allah SWT, “Iqra’ bismirabbikaladzii khalaq”. Suatu indikator bahwa Islam yang Nabi bawa adalah agama ilmu.
Setidaknya dari kelima ayat tersebut ada tiga kosakata yang berkait erat dengan mencari ilmu. Pertama, kata iqra’ (membaca), kedua kata ‘allama (mengajarkan), dan ketiga kata al-qalam (pena).
Iqra’ adalah syarat utama untuk mendapatkan ilmu. Tetapi belum cukup, ilmu harus diajarkan dan direkam dengan pena untuk diwariskan kepada generasi berikutnya menjadi peradaban. Karena itu, setelah turunnya surah al-Alaq, Allah turunkan surah al-Qalam.
Kata iqra’ diulang dua kali, pada ayat “iqra’ bismi rabbikalladzii khalaq (bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan)" dan ayat “iqra’ warabbukal akram (bacalah Tuhanmulah yang Maha Mulia)". Kedua ayat ini dihubungkan langsung dengan Allah, untuk menunjukkan-Nya sebagai Tuhan Pencipta dan sebagai Tuhan Yang Maha Mulia.
Suatu isyarat bahwa dalam melakukan iqra’ tidak boleh semata bertujuan untuk ilmu pengetahuan belaka, tetapi harus dalam rangka menundukkan diri kepada Allah SWT. Dari sini menjadi jelas makna ayat “innmaa yakhsyallaha min ‘ibaadihil ulamaau (sesungguhnya yang takut kepada Allah hanyalah ulama)". Maksudnya semakin seorang hamba berilmu ia akan semakin tunduk kepada Allah.
Suatu isyarat bahwa dalam melakukan iqra’ tidak boleh semata untuk ilmu pengetahuan belaka, tetapi dalam rangka menundukkan diri kepada Allah SWT.
Adapun kata alima diulang tiga kali, pada ayat “alldzii ‘allamabil qalam (yang telah mengajarkan dengan pena)" dan ayat “allamal insaana (yang telah mengajarkan manusia)" lalu ayat "maa lam ya’lam (apa yang manusia belum tahu)".
Ini bukti jelas bahwa tugas ulama dalam mengajarkan ilmu yang telah didapat melalui iqra’ tidak saja merupakan pekerjaan yang sangat agung, dan membutuhkan kerja keras. Akan tetapi lebih dari itu, ia harus benar-benar menjadikannya sebagai prioritas utama dan tidak boleh sedikit pun merasa bosan dengannya. Itulah alasan Rasulullah SAW lebih mengutamakan majelis ilmu dibandingkan majelis-majelis lainnya.
Abdullah bin Umar ra pernah menceritakan bahwa Nabi SAW pernah melewati dua majelis di Masjid Nabawi. Yang satu, majelis doa dan zikir, sementara lainnya majelis ilmu. Lalu, Nabi memilih duduk bersama orang-orang yang di majelis ilmu. Nabi menjelaskan, adapun mereka yang berdoa, bergantung kehendak Allah, boleh jadi Allah mengabulkan doanya atau boleh jadi Allah menahannya.
Sedangkan mereka yang mengajarkan ilmu, mereka telah memberikan manfaat kepada orang yang tidak tahu. Tentu ini--kata Nabi--lebih utama. Lalu Nabi bersabda: “Wa innama buitstu mu’alliman (sungguh aku diutus sebagai seorang pengajar)." (HR Ibn Majah).
Dalam hadis lain riwayat Imam Thabrani, Nabi mengancam dengan azab di dunia kepada orang yang membiarkan tetangganya dalam kebodohan.
Membudayakan Sedekah
Mari berikhtiar agar hidup berkecukupan. Budayakan sedekah, hidup akan berkah.
SELENGKAPNYAMisi Khalifah di Zona Merah
Konsep wakaf menjadi solusi permasalahan perubahan iklim akibat deforestasi yang tak juga berhenti
SELENGKAPNYAKembali ke Alam Lewat Wakaf
GWF menyajikan bagaimana model bisnis yang tepat untuk penerapan wakaf hijau di lapangan.
SELENGKAPNYA