
Arsitektur
Masjid Spiral, Monumen Kebanggaan Qatar
Masjid di Qatar ini dinamakan spiral karena bentuk menaranya yang unik.
Hari ini adalah momen puncak penyelenggaraan pesta bola dunia 2022 di Qatar. Ratusan juta pasang mata akan menyoroti pertandingan final antara kesebelasan Argentina dan Prancis. Akan ada yang gembira. Sebaliknya, kesedihan juga membayangi tim yang akhirnya belum berhasil meraih juara.
Tentunya, Qatar tidak hanya menimbulkan kesan dari kesuksesan rangkaian acara olah raga tersebut. Negara kecil tetapi amat makmur di pesisir Teluk Arab itu mempunyai banyak destinasi yang indah. Kesemuanya cukup menarik untuk dikunjungi, baik ketika maupun sesudah pesta bola usai. Setiap tempat itu akan memberikan impresi yang tak terlupakan bagi para pelancong.
Beberapa di antara tempat wisata itu berupa bangunan-bangunan publik, semisal Burj Doha atau Katara Towers. Ada pula destinasi yang cocok untuk jalan-jalan edukatif, seperti Benteng al-Zubara atau Museum Seni Islam Qatar. Khususnya bagi wisatawan Muslim, masjid-masjid setempat dapat menjadi pilihan yang sayang bila terlewatkan.
Salah satu masjid yang menarik untuk disambangi adalah Masjid Spiral di Doha. Tempat ibadah itu disebut pula sebagai Fanar Masjid. Dalam nomenklatur resminya, penyebutan bangunan itu adalah Abdullah bin Zaid al-Mahmud Islamic Cultural Center (ICC).
Dinamakan spiral karena seperti itulah bentuk menara yang terdapat pada kompleks masjid tersebut. Adapun sebutan fanar mengindikasikan bahwa fungsi bangunan ini diibaratkan sebagai ‘mercusuar’, dalam arti konotatif.
Ppemerintah Qatar menetapkannya sebagai salah satu monumen untuk mengenang Syekh Abdullah bin Zaid al-Mahmud, yakni seorang tokoh peletak dasar sistem hukum negara setempat.
Dilihat dari tampilan fisiknya, Masjid Spiral cukup unik. Siapapun akan mengarahkan pandangannya pada menara spiral raksasa ketika melihat kompleks tempat ibadah ini. Setidaknya hingga tahun 2009, adanya menara tersebut menjadikannya sebagai masjid tertinggi di seluruh Qatar. Dikutip dari buku Demystifying Doha: On Architecture and Urbanism in an Emerging City (2013), tinggi menara Masjid Spiral mencapai 80 meter.

Sekilas, penampilannya menyerupai desain salah satu warisan peradaban klasik Islam di Irak, yakni Masjid Agung Samarra. Seturut dengan rupa masjid dari abad kesembilan itu, menara Masjid Spiral dapat didaki. Pengunjung bisa menyusuri anak-anak tangga di sana yang searah spiral hingga ke puncaknya.
Sedikit perbedaan terletak pada ukurannya. Menara Masjid Agung Samarra memiliki ketinggian 52 meter dan lebar 33 meter. Dengan demikian, ia kalah besar dibandingkan dengan menara masjid yang berlokasi di jantung ibu kota Qatar itu. Bagaimanapun, kekhasannya bukan hanya itu.
Corak arsitektur Masjid Spiral juga menyerupai rancangan ziggurat yang berbentuk piramida. Nama itu merujuk pada gaya bangunan peninggalan peradaban Mesopotamia Kuno. Piramida-piramida demikian dapat ditemukan di daerah lembah Sungai Eufrat dan Tigris.
Corak arsitektur Masjid Spiral menyerupai rancangan ziggurat yang berbentuk piramida, merujuk pada gaya bangunan peninggalan peradaban Mesopotamia Kuno.
Menurut keterangan yang termuat dalam laman resminya, hal itu menandakan, desain masjid tersebut memadukan unsur-unsur budaya lokal. Pada saat yang sama, rancangannya tidak meninggalkan nuansa modern.
Di samping keunggulan dari segi fisik, aspek pengelolaannya juga dapat menarik kunjungan para pelancong. Takmir setempat acap kali menggelar beberapa acara yang terbuka bagi siapapun, baik Muslim maupun non-Muslim. Mereka dapat menjadi peserta, asalkan mematuhi sejumlah aturan semisal terkait kesopanan berbusana.
Dengan kegiatan-kegiatan itu, pemaknaan Masjid Spiral sebagai sebuah fanar menjadi lebih kuat. Tempat ini bagaikan mercusuar yang menuntun orang-orang agar dapat mengenal Islam lebih dekat lagi. Pelbagai fasilitas publik yang tersedia di dalamnya memang diperuntukkan begitu.
Sejak 12 Januari 2008, Masjid Spiral dibuka untuk umum. Persesmiannya dilakukan oleh perdana menteri Qatar saat itu, Syekh Hamad bin Jassim al-Thani. Hingga tahun 2009, itulah masjid terbesar di seluruh negeri Qatar. Inilah salah satu monumen kebanggaan masyarakat setempat.

Masjid ini juga terbuka bagi siapa pun, asalkan berbusana menutup aurat dan mematuhi tata krama yang berlaku. Kompleks peribadahan yang didominasi warna krem ini dilengkapi dengan berbagai fasilitas publik. Di antaranya adalah perpustakaan umum, museum sejarah peradaban Islam, dan balai sidang.
Beberapa kegiatan rutin di sana bertujuan pendidikan. Sebut saja, kursus bahasa Arab dan bahasa Inggris. Ada pula pusat kajian dan informasi yang berguna bagi para pengunjung, termasuk kalangan awam yang hendak mempelajari Islam. Takmir setempat sungguh-sungguh menghadirkan keterbukaan dakwah di sana.
Ambil contoh, pada momen penyelenggaraan ibadah shalat Jumat. Khutbah yang diadakan di Masjid Spiral selalu disajikan dalam dwibahasa, yakni berbahasa Arab dan bahasa Inggris. Teks yang hendak disampaikan khatib selalu tersedia dalam pamflet-pamflet dua bahasa yang dapat dibaca siapapun. Dengan begitu, mereka diharapkan dapat lebih mengenal materi-materi keislaman.
Qatar Dianggap Sukses
FIFA puas dengan kinerja Qatar sebagai penyelenggara Piala Dunia 2022.
SELENGKAPNYA'Hakim Wajib Utamakan Keadilan'
Kasus penyiksaan tahanan saat penyelidikan kasus perlu diperhatikan.
SELENGKAPNYAQanaah ketika Berlimpah
Begitu sulit qanaah, merasa cukup bukan hanya saat kekurangan juga ketika berlimpah.
SELENGKAPNYA