Asma Nadia | Daan Yahya | Republika

Resonansi

Jangan Bercerai, Bunda

Posisi wanita sebagai ibu merupakan benteng pertahanan terakhir.

OLEH ASMA NADIA

Ketika saya menulis buku ini pada 2013, beberapa orang mengajukan pertanyaan, mengapa Bunda? Seolah buku ini menempatkan Bunda sebagai pihak yang mengambil inisiatif berpisah dan karenanya bertanggung jawab. 

Sebenarnya saat menggunakannya, saya ingin menunjukkan, posisi wanita sebagai ibu merupakan benteng pertahanan terakhir. 

Saya berjumpa dengan begitu banyak wanita yang dikhianati, direndahkan, dan di atas kertas harusnya sudah meninggalkan suami sejak lama, tetapi tetap menahan diri. Mereka berusaha tegar karena tak ingin anak-anaknya besar tanpa ayah.

Bisa juga demi memastikan anak-anak terjamin biaya kehidupan dan pendidikannya. Meskipun, sebagian istri pada akhirnya memutuskan perceraian daripada anak-anak tumbuh dan menjadi saksi keributan orang tua mereka yang terus-menerus. 

 

 
Sebenarnya saat menggunakannya, saya ingin menunjukkan, posisi wanita sebagai ibu merupakan benteng pertahanan terakhir. 
 
 

 

Menurut Statistik Indonesia, perceraian di Tanah Air mencapai 447.743 kasus pada 2021, meningkat 53,50 persen dibandingkan 2020 yang mencapai 291.677 kasus. Uniknya, 75,34 persen atau 337.343 kasus perceraian terjadi karena cerai gugat.

Yakni perkara yang gugatannya diajukan pihak istri yang telah diputus pengadilan. Sisa 24,66 persen atau sekitar 110.440 kasus karena cerai talak, yakni perkara yang permohonannya diajukan pihak suami yang telah diputus pengadilan.

Saya tidak menulis ini untuk menghakimi mereka yang memutuskan bercerai, baik pihak suami maupun istri. Namun, saat muncul ide menyusun bukunya, saya berharap Jangan Bercerai Bunda sebagai kumpulan kisah sejati bisa memberikan jawaban bagi mereka yang saat ini dilema, antara berpisah atau tetap bersama.

Maka nyaris tiga tahun penyusunan bukunya, saya berusaha menginventarisasi penyebab perceraian.

 

 
Menurut Statistik Indonesia, perceraian di Tanah Air mencapai 447.743 kasus pada 2021, meningkat 53,50 persen dibandingkan 2020 yang mencapai 291.677 kasus.
 
 

Jika kita mengetahui apa saja penyebab perceraian, antisipasi bisa dilakukan hingga perceraian kelak mampu dihindari. Perceraian, keputusan besar orang tua tetapi justru anak-anak paling terdampak dan menanggung akibatnya.

Para pakar mengatakan, anak-anak korban perceraian memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan mental; depresi dan gangguan kecemasan akibat keputusan kedua orang tua. 

Perceraian bisa menyebabkan perilaku eksternalisasi seperti kenakalan oleh remaja di bawah umur serta perilaku impulsif, yaitu  melakukan sesuatu tanpa berpikir panjang. Anak lebih mudah marah dan emosi sulit terkontrol. Mereka lebih mudah berkonflik dengan anak seusianya. 

Sebagian ada yang menjauh dari lingkungan sosial. Tidak punya semangat bertemu teman atau menghadiri acara sekolah. Mereka terlalu cemas dan malu bersosialisasi. Dalam keadaan seburuk itu mereka dipaksa beradaptasi dengan situasi, keluarga, lingkungan, sekolah, atau orang tua baru yang berubah setelah perceraian. 

Anak korban perceraian juga berisiko terlibat tindakan berbahaya yang mengancam keselamatan. Terjebak penyalahgunaan obat terlarang, merokok, mengonsumsi alkohol, serta seks di usia dini. Keburukan lain, menurunnya prestasi mereka di sekolah.

 

 
Anak korban perceraian juga berisiko terlibat tindakan berbahaya yang mengancam keselamatan.
 
 

 

Dampak lain anak-anak sering diliputi perasaan bersalah. Mereka merasa telah menjadi penyebab perceraian orang tua. Tekanan ini mengundang depresi atau stres.

Terkait kondisi kesehatan fisik, anak bisa mengalami kesulitan tidur pada malam hari, kenaikan berat badan, hingga melemahnya sistem imun dan kondisi lain yang memengaruhi tumbuh kembang mereka. 

Menurut berbagai studi, anak dari keluarga yang melalui perceraian juga bisa memiliki komitmen lebih rendah terhadap pernikahan. 

Bagaimana jika sudah terjadi? Tentu saja untuk meminimalisasi dampak perceraian, kedua orang tua harus berkomitmen menjaga masa depan anak anak. Mereka harus tetap hadir dan mendampingi buah hatinya melalui babak sulit yang menuntut kemampuan adaptasi ini.

Pastikan menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak. Persuasi mereka agar jujur menyampaikan perasaannya mengenai perceraian. Terima perasaan anak, jangan hakimi. Sampaikan, perasaan sedih dan marah merupakan hal wajar.

 

 
Menurut berbagai studi, anak dari keluarga yang melalui perceraian juga bisa memiliki komitmen lebih rendah terhadap pernikahan. 
 
 

Pastikan anak tidak merasa kesepian sehingga merasa perlu mencari perhatian dari orang lain atau menanggungnya sendiri. Jangan Bercerai Bunda kegagalan pernikahan tak seharusnya mengurangi kualitas ayah dan bunda menjadi orang tua terbaik bagi anak-anak.

Hal lain, pastikan setelah berpisah tidak lagi bertengkar di depan anak. Relasi baik di antara orang setelah berpisah akan membantu kepribadian dan prestasi. Jika kondisi anak semakin memburuk, jangan ragu mencari bantuan ahli. 

Menyadari besarnya dampak perceraian bagi anak-anak hingga saat bersama satu stasiun televisi membicarakan adaptasi bukunya ke seri televisi, salah satu pertimbangan saat itu adalah berharap tayangannya menjadi media yang menuntun.

Kami merasa perlu menggarisbawahi dahsyatnya pengaruh satu keputusan orang tua ini bagi anak. Maka jika biasanya pemeran utama hanya memiliki satu-dua anak, dalam sinetronnya dihadirkan tiga anak berbeda usia dan digambarkan pengaruh keinginan bercerai orang tua mereka, bagi setiap pribadi anak. 

Gambaran melalui media hiburan ini mudah-mudahan memotivasi ayah bunda yang saat ini ingin bercerai, mencoba menemukan jalan keluar lain. Syukur-syukur menemukan jalan untuk kembali menyehatkan rumah tangga hingga perceraian tak perlu terjadi. 

KCIC Ingin Konsensi Kereta Cepat Jakarta-Bandung 80 Tahun

Alasan pengajuan penambahan masa konsesi Kereta Cepat Jakarta-Bandung dianggap tak masuk akal.

SELENGKAPNYA

Picu Kontroversi, Ronaldo Dibela

Belum diketahui alasan Ronaldo tidak bergabung dengan pemain cadangan.

SELENGKAPNYA

Kroasia tak Gentar

Kroasia siap menghadapi permainan menyerang tim Samba.

SELENGKAPNYA

Ikuti Berita Republika Lainnya