Kabar Utama
Pelaku Bom Mantan Napiter High Risk
Ada 11 orang yang menjadi korban dalam peristiwa bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar.
BANDUNG — Peledak bom di Markas Polsek Astana Anyar, Bandung, pada Rabu (7/12) pagi merupakan mantan narapidana terorisme (napiter). Pelaku bernama Agus Sujarno pernah ditahan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Nusakambangan kategori merah atau high risk terkait aksi terorisme pada 2017 dan dinyatakan bebas tahun lalu. Anggota DPR lantas mempertanyakan efektivitas program deradikalisasi pemerintah dan pengawasan terhadap eks napiter saat ini.
“Yang bersangkutan pernah ditangkap karena peristiwa bom Cicendo dan sempat dihukum empat tahun. Pada September atau Oktober 2021, yang bersangkutan bebas. Tentunya, kegiatan yang bersangkutan (setelah bebas) kami ikuti,” kata Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo dalam konferensi pers di Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/12).
Sigit menjelaskan, Agus juga teridentifikasi berafiliasi dengan kelompok Jamaah Ansharut Daulah (JAD). Identifikasi itu diperoleh melalui pemeriksaan sidik jari dan pengenalan wajah (face recognition). Kelompok JAD yang diikuti Agus berbasis di Bandung, Jawa Barat. “Dan, memang yang bersangkutan masih susah diajak berbicara, cenderung menghindar, walaupun sudah melaksanakan aktivitas,” ujar dia.
Sigit menambahkan, petugas juga menemukan belasan kertas di lokasi bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar. Kertas-kertas tersebut bertuliskan penolakan terhadap UU KUHP yang baru disahkan dua hari lalu. Temuan tersebut akan didalami untuk mengetahui korelasi dengan aksi bom bunuh diri yang dilakukan pelaku.
Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkumham) membenarkan bahwa pelaku bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar merupakan mantan narapidana kasus terorisme. Agus Sujarno merupakan eks tahanan kategori berbahaya atau high risk dan telah bebas murni pada 14 Maret 2021.
“Sudah hampir dua tahun yang lalu, yang bersangkutan bebas dari lapas supermaksimum Pasir Putih Nusakambangan,” kata Kabag Humas dan Protokol Ditjen Pemasyarakatan Kemenkumham, Rika Aprianti.
Meski Kapolri Sigit menyatakan mengikuti aktivitas pelaku pascabebas dari Lapas Nusakambangan, Agus Sujarno ‘berhasil’ melakukan aksi bom bunuh diri. Hal ini mengundang pertanyaan terkait pengawasan hingga program deradikalisasi untuk para mantan narapidana kasus terorisme.
Ketua Komisi III DPR Bambang Wuryanto menilai, peristiwa bom bunuh diri ini harus menjadi perhatian, khususnya bagi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Ia mempertanyakan program deradikalisasi BNPT. “Program deradikalisasi harus dicek ulang,” ujar Bambang.
Di sisi lain, kasus tersebut harus menjadi bahan evaluasi pengamanan internal di seluruh sektor. Ia juga mengingatkan kepada seluruh aparat penegak hukum untuk meningkatkan kesiagaannya menjelang Natal dan Tahun Baru (Nataru). Kesiapsiagaan tersebut tak hanya berlaku kepada kepolisian, tapi juga ditujukan kepada Badan Intelijen Negara (BIN) dan BNPT.
“Ini menjadi bahan renungan kita bersama, tapi pada jangka pendek tentu peningkatan keamanan harus dinaikkan. Tingkat kewaspadaan harus dinaikkan, ini menyangkut penegak keamanan yang di dalamnya ada BNPT, kepolisian, intelijen,” ujar Bambang.
Anggota Komisi III DPR RI Santoso menyebut BNPT kecolongan. Santoso meminta program deradikalisasi BNPT tidak hanya berorientasi pada penyerapan anggaran. BNPT harus benar-benar membentuk sikap toleransi masyarakat terhadap perbedaan ataupun pandangan politik.
Kepala BNPT Komjen Boy Rafli Amar mengakui tidak mudah untuk membaca pemikiran para pelaku terorisme. Menurut dia, ideologi terorisme yang berasal dan berada dari alam pikiran pelaku teror tidak mudah untuk dibaca. Begitu pun untuk mengetahui warga negara Indonesia yang mungkin memiliki pemikiran radikal terorisme.
“Kesulitan bahwa ideologi terorisme itu adalah dari alam pikiran. Apakah kita bisa serta-merta membaca alam pikiran, isi kepala semua warga bangsa Indonesia,” katanya.
Kronologi
Kapolda Jabar Irjen Suntana mengatakan, ada 11 orang yang menjadi korban dalam peristiwa bom bunuh diri di Mapolsek Astana Anyar. Dari 11 orang itu, sebanyak 10 orang merupakan anggota polisi dan satu orang warga sipil yang sedang melintas di sekitar lokasi kejadian. Sementara, pelaku bom bunuh diri dipastikan tewas di lokasi. “Satu orang anggota Polri meninggal dunia atas nama Aiptu Sofyan,” kata Suntana.
Ia menjelaskan, peristiwa bom bunuh diri itu terjadi sekira pukul 08.00 WIB saat anggota Polsek Astana Anyar sedang melaksanakan apel pagi. Pelaku memaksa mendekati anggota polisi yang sedang melaksanakan apel. Kemudian, pelaku sempat dihalau masuk oleh beberapa anggota polisi. “Dan, dia mendekat, pelaku tetap berkehendak mendekati anggota, lalu mengacungkan sebuah pisau, tiba-tiba terjadi ledakan,” ujar Suntana.
Almarhum Aipda Sofyan adalah pengadang pelaku tersebut. "Saat apel pagi pintu gerbang ditutup, pelaku memaksa masuk dan dihalangi Babinsa. Almarhum (juga) menghalangi," ujar Kasat Binmas Polrestabes Bandung AKBP Sutorih, Rabu (7/12).
Saat mengadang pelaku, ia mengungkapkan Aipda Sofyan sempat diancam pelaku dengan mengacungkan senjata tajam. Almarhum pun mundur dan tidak lama berselang terjadi ledakan bom bunuh diri. "Aiptu Sofyan mundur dan saat didorong langsung meledak," katanya.
Sutorih mengatakan sosok Aipda Sofyan merupakan pahlawan karena berusaha melindungi anggota dari aksi terorisme. Ia pun kini diberikan penghargaan kenaikan pangkat menjadi Aiptu Anumerta.
Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD meminta semua pihak untuk lebih waspada. Dia menyebut, teroris merupakan musuh bersama dan bukan pejuang agama apa pun. “Bukan pejuang agama apa pun teroris itu. Itu adalah musuh kemanusiaan, musuh bersama, musuh semua penganut agama, itu teroris,” kata Mahfud.
Oleh sebab itu, Mahfud mengajak agar seluruh masyarakat meningkatkan kewaspadaan. Sebab, kata dia, jaringan teroris nyatanya masih ada hingga saat ini walaupun jumlahnya sudah mengalami penurunan. “Ternyata, jaringan teroris itu ya masih ada, meskipun sebenarnya secara kuantitatif sudah jauh menurun. Buktinya hari ini,” ujar dia.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.