
Geni
Menjaga Festival Musik Tetap Spesial
Para musisi yang dulu tak bisa tampil di depan penonton, kini lebih leluasa manggung.
OLEH SHELBI ASRIANTI
Seiring meredanya pandemi Covid-19, industri musik terus menggeliat. Salah satunya ditandai dengan festival musik yang mulai banyak diselenggarakan. Hampir setiap pekan, para promotor seolah berlomba menghadirkan konser musik. Pertunjukan musik kini membanjir dan jadwalnya terus bergulir sampai akhir tahun.
Co-founder Aksara Records, Hanin Sidharta, menyoroti fenomena tersebut. Menurut Hanin, festival musik kini terus-menerus diselenggarakan karena selama pandemi Covid-19 banyak pihak menahan diri.
Para musisi yang dulu tak bisa tampil di depan penonton, kini lebih leluasa manggung. Begitu pula sponsor yang anggarannya bisa dialokasikan untuk penyelenggaraan acara musik. Penikmat musik pun sudah rindu untuk menyimak langsung musisi idolanya. Hanya saja, Hanin menyayangkan festival-festival yang terselenggara bertubi-tubi punya konsep yang hampir sama. Deretan musisi yang dimunculkan pun tak jauh berbeda.
Ada euforia karena orang-orang sudah rindu menonton konser. Tapi, yang disayangkan, bisa dibilang konsep dan artis-artisnya berulang.HANIN SIDHARTA Co-founder Aksara Records
"Ada euforia karena orang-orang sudah rindu menonton konser. Tapi, yang disayangkan, bisa dibilang konsep dan artis-artisnya berulang," kata Hanin pada sesi IdeaFest 2022 bertajuk “The Rise of Music Festivals, The Sunset for Gigs” di JCC, Jumat (25/11).
Jika terus diselengarakan tanpa inovasi dari promotor, Hanin khawatir antusiasme menonton festival musik tidak akan bertahan lama. Dalam waktu setahun atau dua tahun, belum tentu sponsor akan terus mendukung dan pencinta musik tetap setia menyambangi sejumlah festival yang dihelat.

Hanin berharap promotor lebih profesional, kreatif, dan pintar memilih musisi penampil. Konsep pertunjukan pun perlu dirancang sedemikian rupa sehingga penikmat musik tidak bosan. "Sekarang menurut saya terlalu banyak, malah seperti ‘aji mumpung’. Konsepnya copy-paste," kata Hanin.
Disjoki Anton Wirjono memandang prospek pergelaran musik dari sisi musisi yang mengusung genre musik dansa elektronik (EDM). Anton sepakat jika dikatakan bahwa progres acara musik semakin baik. "Interest-nya sangat tinggi. Berbagai acara yang melibatkan DJ sudah balik, bahkan bisa dibilang acara musiknya lebih banyak dari sebelum pandemi," kata Anton.
Bagaimanapun, pertunjukan musik langsung (live) menawarkan pengalaman yang seharusnya dalam menyimak musik, dengan sound system mumpuni dan panggung besar. Akan tetapi, Anton juga memiliki pertanyaan terkait kesinambungan gandrungnya orang-orang bertandang ke acara musik.
Band seperti Slank, seperti Coldplay, tidak terjadi dalam semalam. Mereka mulai dengan tampil di venue kecil, dengan sedikit penontonWENDI PUTRANTO Praktisi Musik
Dia senang minat penonton sangat tinggi, namun juga ada banyak tantangan untuk promotor. Menurut Anton, promotor tidak boleh sekadar berjualan banyak tiket untuk mengeruk keuntungan. Sejumlah hal disebutnya perlu dibenahi, termasuk soal pengendalian massa di lokasi penyelenggaraan acara musik. "Festival-festival musik besar juga harus dijaga keberlangsungannya agar tetap terasa spesial,” ujar dia.
Menurut praktisi musik Wendi Putranto, banyak orang "haus" menyimak acara musik. Di sisi lain, belum ada pemahaman baik mengenai profil promotor atau penyelenggara acara musik. Menurut Wendi, penonton sendiri harus cermat memilih festival musik yang layak disimak.
Selain itu, tidak berlebihan jika Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) turun tangan untuk melindungi konsumen. "Itu perlu, di tengah kondisi penuh ketidakpastian seperti sekarang," ujarnya.

Dia mewanti-wanti penikmat musik agar tidak sembarangan membeli tiket festival musik, terlebih jika profil penyelenggara tidak jelas. Selain soal proses refund tiket, penonton perlu juga mencermati kondisi venue atau lokasi penyelenggaraan festival musik, termasuk titik kumpul saat kondisi darurat. Keamanan dan keselamatan harus menjadi prioritas utama.
Baginya, menjamurnya berbagai festival musik bukan berarti gigs menjadi "mati". Masih banyak musisi independen, pendatang baru, serta underground yang kerap menggelar gigs. Jenis pertunjukan itu merupakan cikal bakal dari musisi yang pada masa mendatang akan tumbuh besar dalam industri musik.
Gigs bisa membangun basis penggemar, juga membantu musisi terlatih untuk menjadi penampil, tidak sekadar musisi rekaman. "Band seperti Slank, seperti Coldplay, tidak terjadi dalam semalam. Mereka mulai dengan tampil di venue kecil, dengan sedikit penonton," kata Wendi.
Pedagang: Pasokan Beras Menurun
Mentan optimistis produksi beras lokal tetap mencukupi kebutuhan dalam negeri.
SELENGKAPNYADakwah Wasathiyah Jadi Materi Utama Standardisasi Dai MUI
Materi utama peserta standardisasi kompetensi dai adalah penguatan dakwah Islam wasathiyah.
SELENGKAPNYAErick: Jangan Tergesa Pensiunkan PLTU
Tantangan pengembangan pembangkit EBT di Indonesia adalah investasi yang mahal
SELENGKAPNYA