Hikmah
Merencanakan Kebaikan
Allah Yang Maha Rahman memerintahkan kita untuk menghisab diri, sekaligus merencanakan kebaikan.
Oleh IU RUSLIANA
OLEH IU RUSLIANA
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan." (QS al-Hasyr:18).
Allah Yang Maha Rahman memerintahkan kita untuk menghisab diri, sekaligus merencanakan kebaikan. Evaluasi merupakan ikhtiar memperbaiki. Hiasi semangat menilai itu dengan sikap jujur, terbuka pada kebenaran dan optimistis, sehingga tersingkirlah sikap pesimistis.
Kesalahan dan kekurangan selalu mungkin terjadi. Meski tentu, berusaha untuk menghindarinya merupakan kewajiban. Demikian pula dengan segala kebaikan yang dilakukan, bisa saja masih ada yang kurang optimal. Lakukan perbaikan dan teruslah meluaskan kemanfaatan.
Kebaikan yang tak direncanakan, mungkin hasilnya kesia-siaan. Tidak maksimal dalam mempersiapkan, hakikatnya sedang menyambut kegagalan. Ibarat peta jalan, demikianlah rencana, menentukan pencapaian tujuan. Berhasil maksimal, atau sebaliknya, terjerembab pada kegagalan. Merencanakan kebaikan hakikatnya sedang menjemput kesuksesan.
Rencana baik menggambarkan pengetahuan yang cukup tentang situasi dan kondisi di dalam maupun luar diri. Pada konteks organisasi juga demikian, kemampuan mengidentifikasi situasi internal dan eksternalnya termasuk di dalamnya kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan.
“… Rencana yang jahat itu tidak akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri…” (QS Fatir: 43). Hakikatnya setiap kejahatan akan kembali kepada pelakunya, pun demikian dengan kebaikan. Hanya saja, kebaikan yang tak direncanakan akan dilibas kejahatan yang dipersiapkan.
Oleh karena itu, rencanakan masa depan dengan baik seakan-akan akan hidup selamanya. Agar hari ini lebih baik dari hari kemarin. Hari esok lebih baik dari hari ini.
Rencana baik menggambarkan pengetahuan yang cukup tentang situasi dan kondisi di dalam maupun luar diri.
Kebaikan hendaknya diniatkan, direncanakan dengan spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan dan jelasnya waktu pencapaian. Spesifik dimaksudkan bahwa siapa pelaku dan yang akan dilibatkan, mengapa hal tersebut dilakukan, apa bentuk aksinya, kapan dilakukan dan dimananya tegas. Baik kita maupun orang lain yang terlibat memahaminya dengan baik.
Terukur dalam pengertian bahwa yang dilakukan melalui sejumlah tahapan, sehingga benar-benar dapat tercapai. Apa yang dilakukan pun relevan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi. Bahwa urusan kita begitu banyak, maka waktu pencapaiannya pun harus jelas.
Mari luruskan niat hanya untuk kebaikan dan beribadah kepada-Nya. Wallaahu a’lam.
Makna Hakikat Tanda Sujud
Vibrasi positif yang memancar di dalam wajah ahl al-shalat mampu memancarkan energi positif
SELENGKAPNYAMengoptimalkan Pasar Lokal
Selama masa pandemi belakangan ini, tren lamanya menginap para wisatawan bergeser semakin panjang.
SELENGKAPNYA