Seorang siswi dibantu oleh gurunya sedang mencuci tangan sebelum mamasuki area bermain di TK Inkulusi Bhakti Siwi, Sunter Jaya, Jakarta, di hari pertamanya masuk sekolah, Senin (18/7/2022). | DAMAWAN/REPUBLIKA

Tajuk

Perhatikan Nasib Para Guru

Saat ini, banyak dari guru honorer yang digaji jauh di bawah UMP/UMK.

Kepada siapa bangsa Indonesia harus berterima kasih? Jawabannya adalah kepada para guru. Berkat jasa para gurulah, hingga saat ini, Indonesia masih eksis sebagai sebuah bangsa dan negara. Berbagai kemajuan yang ditoreh oleh republik ini juga adalah hasil dedikasi ikhlas para guru dalam mendidik anak-anak bangsa.

Bahkan, masa depan bangsa Indonesia pun masih bertumpu pada guru. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan,  tantangan dunia akan semakin berat ke depannya. Karena itu, menurut Presiden, para generasi muda perlu disiapkan dengan baik agar bisa berkompetisi di masa depan, salah satunya dengan pendidikan yang baik.

“Kian ke depan, tantangan kian berat. Hanya dengan pendidikan yang baik, anak-anak kita akan siap memasuki masa depan dengan kompetisi yang sengit,” ujar Jokowi, Jumat (15/11). Dan Guru, menurut Pesiden, menjadi tumpuan untuk menempa para generasi muda bangsa dalam menghadapi tantangan di masa depan.

 

 
Bahkan, masa depan bangsa Indonesia pun masih bertumpu pada guru.
 
 

Pesan yang disampaikan Presiden Jokowi dalam unggahan di media sosial Twitter itu menegaskan betapa pentingnya peran guru bagi sebuah bangsa. Jumat (25/11) kemarin, bangsa Indonesia memperingati Hari Guru Nasional (HGN) Tahun 2022 yang mengusung tema “Serentak Berinovasi Wujudkan Merdeka Belajar”.

 

Begitu sentral dan vitalnyanya peran guru bagi sebuah bangsa dan negara sudah seharusnya diikuti dengan pemenuhan kesejahteraan bagi para pahlawan tanpa tanda jasa itu. Lalu sudahkah semua guru di negeri ini sejahtera? Sayangnya, Peringatan HGN Tahun 2022 masih dibayang-bayangi kabar kurang sedap terkait nasib guru honorer.

Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) dalam catatan kritisnya menilai, pemerintah melalui Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) dan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) telah gagal memenuhi janjinya untuk mengangkat 1 juta guru  honorer menjadi Aparatur Sipil Negara Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (ASN PPPK).

 

 
Menurut Satriawan, sebanyak 193 ribu guru tersebut tak kunjung mendapat formasi dan penempatan.
 
 

 

"Lagi-lagi, para guru honorer di-ghosting oleh pemerintah. Janji mengangkat 1 juta guru gagal total,” ujar Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim,  Kamis (24/11). P2G menyebut,  hingga saat ini, nasib sebanyak 193 ribu guru yang telah dinyatakan lolos seleksi ASN PPPK masih tidak jelas, terombang-ambing oleh kacaunya seleksi.

Menurut Satriawan, sebanyak 193 ribu guru tersebut tak kunjung mendapat formasi dan penempatan. Yang memprihatinkan, sebagian dari mereka, berdasarkan data yang dimiliki P2G, bahkan tak lagi mengajar karena sudah dipecat  pihak yayasan. Bukannya untung ikut seleksi ASN PPPK,  kata Satriawan, sebanyak 193 ribu itu malah buntung. P2G mendesak agar ratusan ribu guru yang masuk dalam PI itu segera mendapatkan formasi dan ditempatkan oleh pemerintah daerah.

Wajar bila P2G menyebut fakta ini sebagai carut-marut pengelolaan guru di Tanah Air. Karenanya, pemerintah harus segera menuntaskan masalah pengangkatan guru honorer menjadi ASN PPPK itu secepatnya. Sebab, ini bukan hanya menyangkut kesejahteraan para guru, namun juga menyangkut masa depan bangsa di masa mendatang.

P2G juga menyebut,  kesejahteran guru honorer masih jauh panggang dari api. Saat ini, banyak dari guru honorer yang digaji jauh di bawah UMP/UMK. Gaji mereka rata-rata Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per bulan. Sungguh ironis.  Padahal, kata Satriawan,  berdasarkan Pasal 14 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, guru berhak memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.

 
P2G juga menyebut,  kesejahteran guru honorer masih jauh panggang dari api. Saat ini, banyak dari guru honorer yang digaji jauh di bawah UMP/UMK.
 
 

Masih buruknya kesejahteraan, menurut catatan P2G, membuat sebagian guru honorer terjebak dan terjerat pinjaman online (pinjol) ilegal. Mengutip data OJK, Satriawan menyebut, sebanyak 42 persen masyarakat yang terjerat pinjol ilegal adalah guru. Sungguh fakta yang memprihatinkan.

Fakta miris seperti ini tentu menjadi kado buruk pada Peringatan HGN Tahun 2022.  Karena itu, publik tentu berharap agar masalah yang masih membekap dunia Pendidikan, khususnya terkait, nasib dan kesejahteraan para guru bisa segera ditangani dan dipecahkan. Bukankah bangsa ini bermimpi menjadi negara yang maju di masa yang akan datang?

Jika kesejahteraan dan nasib para guru, terutama guru honorer, masih tak jelas, mungkinkah mimpi menjadi negara maju itu bisa terwujud?  Fakta menunjukkan bahwa sekolah-sekolah negeri di seluruh pelosok Tanah Air masih kekurangan guru ASN. Dan, yang menopang kekurangan itu justru para guru honorer.

Karenanya, sangat wajar jika negara memberi perhatian kepada guru honorer itu dan segera mengangkat derajatnya menjadi guru ASN PPPK.  Sebab, tanpa peran dan dedikasi mereka barang kali sektor pendidikan negeri ini bisa saja lumpuh. Terima kasih untuk para guru, yang selalu menjadi pelita bagi bangsa. n

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat

Akhlak Muslimah Calon Tetangga Rasulullah SAW di Surga

Ada sepuluh akhlak bagi Muslimah yang ingin menjadi tetangga Rasulullah SAW kelak di surga.

SELENGKAPNYA

Inspirasi dari Ayat Bencana

Akal manusia tak akan mampu menangkap maksud mengapa Allah mendatangkan gempa.

SELENGKAPNYA

Muslim Melayu dan Prinsip Jalan Tengah

Islamisasi secara damai dan perlahan ini membentuk ciri muslim Asia Tenggara

SELENGKAPNYA