Ribuan penggembira memenuhi tribun saat Pembukaan Muktamar ke-48 Muhammadiyah dan Aisyiyah di Stadion Manahan, Surakarta, Jawa Tengah, Sabtu (19/11/2022). | Republika/Wihdan Hidayat

Tajuk

Teladan Muhammadiyah

Muktamar kali ini menunjukkan, sekali lagi, matangnya persyarikatan itu dalam mengelola organisasi.

Muktamar Ke-48 Muhammadiyah di Surakarta, Jawa Tengah, telah berlangsung dan berakhir dengan sejuk dan damai. Muktamar ini memilih kembali Prof Haedar Nashir dan Prof Abdul Mu’ti sebagai ketua umum dan sekretaris umum persyarikatan untuk periode 2022-2027.

Muktamar Muhammadiyah juga memilih 13 orang sebagai anggota PP Muhammadiyah periode 2022-2027. Keputusan ini disetujui tanpa ada penolakan. Hasil muktamar turut mendapatkan tepuk tangan meriah serta ucapan hamdalah yang membahana dari muktamirin.

Ketua Umum PP Muhammadiyah terpilih Haedar Nashir mengatakan, 13 orang anggota PP mengemban amanah secara kolektif kolegial dan tersistem, sebagaimana karakter kepemimpinan Muhammadiyah.  Haedar mengibaratkan dia  selaku ketua umum, yang posisinya hanya sejengkal didepankan dan seinci ditinggikan.

Haedar menegaskan, semua pimpinan akan menjalankan amanat dan program-program, terutama untuk transformasi yang lebih dinamis, menuju Muhammadiyah yang unggul berkemajuan dalam berbagai aspek kehidupan. Menurut dia, pandangan Islam yang maju dan membawa rahmat bagi semesta alam harus menjadi pikiran yang tersebar luas dan terimplementasi semakin baik, khususnya oleh seluruh elemen yang ada di Muhammadiyah.

 
Haedar menegaskan, semua pimpinan akan menjalankan amanat dan program-program.
 
 

Kita tentu menyambut baik suksesnya Muktamar Ke-48 Muhammadiyah di Surakarta. Tidak hanya terpilihnya pimpinan Muhammadiyah, tetapi juga program-program yang dihasilkan dalam muktamar. Kita berharap, Muhammadiyah makin meningkatkan kontribusinya terhadap bangsa dan negara pada masa mendatang.

Muktamar kali ini menunjukkan, sekali lagi, matangnya persyarikatan itu dalam mengelola organisasi. Sejak awal muktamar bergulir, tak ada riak yang berarti terkait dengan pemilihan pengurus, seperti jamaknya terjadi di banyak organisasi kemasyarakatan dan keagamaan.

Bagi Muhammadiyah, tampaknya siapa pun yang akan menjadi pimpinan tak terlalu menjadi persoalan. Itu karena proses pemilihan yang berjenjang mensyaratkan pimpinan yang terpilih adalah orang-orang yang punya akar kuat di Muhammadiyah. Hampir mustahil orang baru tiba-tiba memimpin Muhammadiyah, apalagi ada campur tangan dari pihak luar.

Muhammadiyah menjadi teladan bagaimana mengelola organsisasi.  Pergantian pengurus adalah sesuatu yang alamiah terjadi dan berjalan secara alamiah pula.

 
Muktamar kali ini menunjukkan, sekali lagi, matangnya persyarikatan itu dalam mengelola organisasi.
 
 

Tantangan ke depan bagi Muhammadiyah tentulah tidak mudah. Sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Tanah Air, Muhammadiyah punya tanggung jawab besar tidak saja terhadap anggotanya, tetapi umat Islam juga bangsa dan negara.

Kita berharap, pengurus baru PP Muhammadiyah mampu menjalankan amanat muktamar lima tahun ke depan. Kita juga berharap, Muhammadiyah senantiasa mampu mewujudkan Islam yang damai dan memberi manfaat bagi seluruh umat manusia.

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat