Kabar Utama
G-20 Luncurkan Dana Pandemi
Indonesia akan memanfaatkan dana tersebut untuk memperkuat sistem kesehatan.
BADUNG -- Negara-negara anggota G-20 meresmikan Pandemic Fund atau dana pandemi di bawah Presidensi G-20 Indonesia. Dana yang dibentuk untuk memitigasi pandemi tersebut diresmikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara virtual, di Nusa Dua, Badung, Bali, Ahad (13/11).
Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan, sebanyak 20 negara, termasuk negara non-G-20, serta tiga lembaga filantropi sepakat menyetorkan dana ke skema Pandemic Fund. Kesepakatan tersebut tercapai dalam Joint Finance and Health Ministers Meeting (JFHMM) atau Pertemuan Menteri Keuangan dan Menteri Kesehatan G-20 di Bali.
"Belajar dari kejadian pandemi Covid-19 yang mempengaruhi ekonomi global secara signifikan, negara-negara menyepakati Pandemic Fund sebagai langkah mitigasi dan preventif dalam menghadapi ancaman pandemi ke depan," kata Sri dalam konferensi pers di Nusa Dua, Badung, Bali, Ahad (13/11) dini hari.
Negara-negara G-20 dan tiga lembaga filantropi dunia disebut sudah menyetorkan dana ke dalam Pandemic Fund sebesar 1,4 miliar dolar AS. Tiga filantropi yang berpartisipasi adalah The BIll & Melinda Gates Foundation, The Rockefeller Foundation, dan Wellcome Trust.
Negara-negara G-20 maupun di luar kelompok G-20 bisa mengakses dana tersebut. Sesuai kesepakatan JHFMM, dana pandemi sudah bisa diakses mulai tahun depan. "Para negara yang membutuhkan ini bisa mengajukan proposal. Hingga saat ini sudah ada 3.000 proposal yang masuk dan siap untuk ditelaah," ujar Sri.
Menkeu menambahkan, forum G-20 sepakat untuk membuat tim gugus tugas lanjutan yang khusus membahas secara terperinci mengenai penggunaan serta kriteria detail untuk mengakses dana pandemi. "Indonesia dan Italia menjadi chair dan co-chair dalam task force. Perumusan dilakukan paling lambat hingga tahun depan," kata dia.
Tim gugus tugas tersebut akan mengolaborasikan arsitektur keuangan dan standar kesehatan internasional. Tujuannya agar skema pendanaan bisa lebih tepat sasaran dan sesuai dengan prinsip kesehatan yang berlaku secara global. Menkeu berharap dengan adanya dana pandemi, semua negara bisa memiliki akses dalam memitigasi kemungkinan adanya pandemi di masa mendatang. "Sehingga tidak akan terlalu berdampak signifikan pada perekonomian global."
Indonesia telah menyetorkan dana sebesar 50 juta dolar AS ke dalam Dana Pandemi. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, karena Indonesia masuk sebagai negara yang berkomitmen dalam pembentukan Dana Pandemi, berkesempatan untuk memanfaatkan dana tersebut. "Kita akan menggunakan fasilitas dana pandemi untuk reformasi kesehatan nasional," kata Budi.
Budi menjelaskan, salah satu agenda reformasi kesehatan Indonesia adalah membentuk fasilitas kesehatan yang mumpuni di seluruh wilayah di Indonesia. Ia menargetkan setiap wilayah di Indonesia memiliki laboratorium kesehatan yang mampu mengindentifikasi patologi. "Sehingga, kita bisa mengidentifikasi mutasi perkembangan bakteri dan virus sehingga kita bisa memitigasi ini," ujar Budi.
Selain itu, pemerintah berencana mengembangkan bioteknologi. Hal ini diperlukan karena banyaknya penyakit dari kehidupan sehari hari manusia.
"Tentu saja, investasi di dalam sektor bioteknologi dan bioinformatika ini menjadi sangat penting dan ini menjadi poin-poin dalam proposal pengajuan kami kepada Pandemic Fund," kata Budi.
Pesiden Jokowi saat meresmikan Dana Pandemi menyampaikan pentingnya arsitektur kesehatan global yang lebih andal terhadap krisis, inklusif dan berkeadilan. Sebab, kata Jokowi, pengalaman pandemi Covid-19 yang dimulai sejak 2020 lalu menunjukkan dunia tidak siap menghadapi pandemi. Karena itu, Presidensi G-20 Indonesia terus mendorong penguatan arsitektur kesehatan global untuk mengantisipasi pandemi di masa mendatang.
"Dalam jangka pendek ini, pertama dunia harus mempunyai kapasitas pembiayaan untuk mencegah dan menghadapi pandemi," ujar Jokowi dalam sambutannya secara virtual.
Jokowi mengatakan, dibutuhkan dana sebesar 31,1 miliar dolar AS setiap tahunnya untuk membiayai sistem pencegahan, persiapan, dan respons terhadap pandemi di masa yang akan datang," tambah dia. Menurut dia, jumlah tersebut merupakan hasil studi yang dilakukan Bank Dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada awal tahun.
Dia mengakui, saat ini telah ada donor dari negara-negara G-20 maupun non-G20 serta lembaga filantropi. Namun, kata dia, dana yang terkumpul belum mencukupi. "Saya mengharapkan dukungan yang lebih besar lagi untuk dana pandemi ini," ujar dia.
Kepala negara juga menyampaikan perlunya membangun ekosistem kesehatan global yang tersinergi lintas negara. Untuk itu, selain kontribusi dana, Jokowi mengajak negara-negara anggota G-20 untuk mendukung inisiatif sinergi kesehatan global. Inisiatif itu berupa pembentukan platform koordinasi penanggulangan darurat kesehatan dan berbagi data Genome internasional untuk mendukung pemantauan patogen.
"Kita harus memastikan ketahanan komunitas internasional dalam menghadapi pandemi. Pandemi tidak boleh lagi memakan banyak korban jiwa. Pandemi tidak boleh lagi meruntuhkan sendi-sendi perekonomian global," ujar Jokowi.
Presiden World Bank David Malpass mengapresiasi langkah negara G-20 yang menyepakati pembentukan Dana Pandemi, sebagai instrumen mitigasi apabila ada pandemi lanjutan seperti Covid-19 di masa mendatang. "Ini merupakan langkah yang konkret yang dilakukan negara G-20 sebagai bukti kepada dunia bahwa semua harus siap menghadapi ketidakpastian global," kata Malpass.
Malpass mengatakan, di tengah krisis energi, ketegangan geopolitik, dan krisis global, negara G-20 masih memprioritaskan skema dana pandemi dalam agenda pembahasan. Menurut dia, ini merupakan pencapaian terbaik sehingga para negara G-20 bisa mengumpulkan 1,4 miliar dolar AS untuk Pandemic Fund. "Ini sebagai bukti bahwa koordinasi dan kolaborasi antarnegara terjalin dengan baik," tambah Malpass.
Malpass mengatakan, World Bank sebagai tempat pengelolaan Dana Pandemi akan mencari pola terbaik untuk mengelola dana tersebut. World Bank bersama task force yang dibentuk antara Indonesia dan Italia akan menganalisis teknis dana pandemi.
Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.
Masjid Besar al-Hidayah, Cermin Toleransi di Pulau Dewata
Masjid Besar al-Hidayah menjadi “saksi” kerukunan antarumat beragama.
SELENGKAPNYAJalan Mewujudkan Generasi Berkualitas
Ketahanan keluarga menjadi keniscayaan untuk menopang kemajuan bangsa.
SELENGKAPNYABekali Diri Jelang Akhir Tahun
Perlindungan tubuh selama musim hujan ini dapat dilakukan dengan meningkatkan daya tahan tubuh.
SELENGKAPNYA