ILUSTRASI Kaligrafi nama Nabi Muhammad SAW pada gerbang masjid Tanah Suci. Rasulullah SAW memimpin Madinah dan menjadikannya basis kekuatan Islam yang pertama. | DOK WIKIPEDIA

Laporan Utama

Ayah Ideal Bernama Rasulullah

Para sahabat kerap menyaksikan perilaku Rasulullah SAW yang hangat dan dekat dengan istri serta anak-anaknya

OLEH IMAS DAMAYANTI

Sejak Islam diturunkan, banyak tradisi jahiliyah yang dihapuskan secara berangsur-angsur, salah satunya adalah anggapan perempuan sebagai separuh manusia. Bahkan, apabila seseorang memiliki anak perempuan dalam keluarganya, hal demikian dianggap sebagai aib.

Sudah tentu dengan tradisi yang mengakar seperti itu, peran laki-laki atau ayah dalam rumah tangga cenderung enggan untuk menampakkan kehangatan dan juga pengasuhan yang baik bagi anak-anaknya. Ustazah Annisa Nurul Hasanah dari El-Bukhari Institute mengatakan, pada masa Rasulullah SAW tradisi demikian masih cukup terasa yang kemudian dihapuskan melalui keteladanan.

 

 

 

Rasulullah mengatakan, barang siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak disayangi

 

USTAZAH ANNISA NURUL HASANAH
 

 

Pengasuhan dan juga pendidikan terhadap anak-anak di rumah dilakukan ayah dan juga ibu. Karena itu, ketika Rasulullah SAW menciumi cucu-cucunya, yakni Hasan dan Husein, seorang sahabat kaget melihatnya dan bertanya mengapa Rasulullah melakukan hal itu.

“Lalu Rasulullah mengatakan, barang siapa yang tidak menyayangi, maka dia tidak disayangi,” kata Ustazah Nisa saat dihubungi Republika, Rabu (2/11).

Perilaku Rasulullah SAW yang penuh dengan kelembutan itu bukan hanya sekali ditunjuķkan. Dalam banyak riwayat, para sahabat Nabi kerap menyaksikan perilaku Rasulullah SAW yang hangat dan dekat dengan istri serta anak-anaknya juga tak segan ikut serta dalam urusan pekerjaan rumah tangga.

photo
Dialog Jumat Menjadi Ayah Ideal - (Republika/Thoudy Badai)

Nabi Muhammad SAW bukanlah pribadi yang acuh terhadap pola pengasuhan. Di Indonesia, jika ditarik satu dekade terakhir, peran ayah dalam rumah tangga boleh dibilang minim. Stigmatisasi bahwa pekerjaan rumah tangga adalah domain perempuan semata masih berkembang pada masa itu.

Pendakwah Ustazah Dedeh Rosidah atau yang akrab disapa Mamah Dedeh mengatakan, dalam rumah tangga harus ada unsur kesalingan satu sama lain. Antara suami dan istri harus saling berbagi tugas dalam rumah tangga. Sebab, keberlangsungan rumah tangga adalah tanggung jawab keduanya.

“Rumah tangga itu menyatukan dua orang, dua keluarga. Karena berdua, tanggung jawabnya berdua. Termasuk dalam berbagi tugas, ya berdua,” kata Mamah Dedeh.

Berdasarkan Surah ar-Rum ayat 21, salah satu poin yang ditekankan dalam ayat tersebut adalah bahwa pernikahan merupakan salah satu tanda di antara hadirnya kekuasaan-kekuasaan Allah. Dia menyebut, laki-laki bertugas mengatur rumah tangga dan melindungi istri.

 

Mamah Dedeh mengutip pernyataan Imam Syafii tentang peran suami dalam urusan rumah tangga. “Tidak ada kewajiban bagi istri untuk nyuci, ngepel, nyetrika, nggak ada menurut Imam Syafii. Suami bahkan berkewajiban mencarikan pembantu untuk istri,” kata dia.

Namun, kata Mamah Dedeh, apabila suami belum mampu menyediakan pembantu untuk istri, tugas rumah tangga boleh dikerjakan berdua. Artinya, kata Mamah Dedeh, urusan rumah tangga dilakukan berdua dan saling bekerja sama. “Sehingga, kalau ada suami yang dengan nada kasar memerintah istri untuk ambil minum, ambil ini, ambil itu, namanya dia sombong. Nabi saja tak begitu. Rasulullah akhlaknya mulia,” ujar Mamah.

Cari Nafkah Wajib, Tapi Jangan Lupakan Keluarga

Ayah harus dapat bekerja sama dengan ibu dalam membangun keluarga

SELENGKAPNYA

Mimpi Zonasi, Rendah Prestasi

Dengan sistem zonasi, sekolah negeri wajib menerima calon peserta didik dengan domisi terdekat dari sekolah.

SELENGKAPNYA

Penyengat dan Raja Ali Haji

Abdullah menjadi kebanggaan Malaysia dalam hal bahasa Melayu bersaing dengan Raja Ali Haji kebanggaan Indonesia.

SELENGKAPNYA