Apoteker menata obat sirop di etalase salah satu apotek di Arcamanik, Kota Bandung, Rabu (19/10/2022). Kementerian Kesehatan menginstruksikan seluruh apotek yang beroperasi di Indonesia untuk sementara ini tidak menjual obat bebas dalam bentuk sirop ke ma | REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA

Tajuk

Ungkap Kasus Gagal Ginjal Akut!

Jika melihat data jumlah kasus dengan angka kematiannya, kasus ini tergolong tinggi. Dari jumlah kasus dan angka kematian yang dilaporkan, persentase kematian penderita mencapai 48 persen.

Kasus gangguan gagal ginjal akut progresif cepat pada anak-anak meningkat tajam sejak akhir Agustus 2022. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, kasus ini terutama dialami anak-anak yang berusia di bawah lima tahun.

Peningkatan jumlah kasus tersebut, tentu membawa keprihatinan tersendiri pada saat masyarakat sudah bereuforia kasus penularan Covid-19 melandai.

Hingga Selasa (18/10), Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan, ada 206 kasus gagal ginjal akut yang masih belum diketahui pasti penyebabnya. Para penderita tersebar di 20 provinsi dengan angka kematian 99 anak.

Jika melihat data jumlah kasus dengan angka kematiannya, kasus ini tergolong tinggi. Dari jumlah kasus dan angka kematian yang dilaporkan, persentase kematian penderita mencapai 48 persen.

Bahkan, tingkat kematian lebih tinggi dialami penderita yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, sebagai rumah sakit rujukan nasional sakit ginjal. Di sini, tingkat kematiannya mencapai 68 persen berdasarkan data Kemenkes dan IDAI.

 
Jika melihat data jumlah kasus dengan angka kematiannya, kasus ini tergolong tinggi. Dari jumlah kasus dan angka kematian yang dilaporkan, persentase kematian penderita mencapai 48 persen.
 
 

Kemenkes dan IDAI sangat layak mendalami kasus yang penderitanya dari waktu ke waktu terus menanjak ini. Di antara analisis awal, penyebab gagal ginjal akut pada anak-anak ini karena terganggunya kerja ginjal sebagai pusat metabolisme tubuh.

Saat fungsi ginjal terganggu, berimbas pada kinerja organ lain. Terganggunya metabolisme ginjal dicirikan oleh frekuensi buang air kecil dan jumlah urine yang sedikit.

Bila penderita buang air kecilnya tidak lancar, dari sewajarnya lima hingga enam kali sehari atau setiap empat jam sekali, kewaspadaan mesti ditingkatkan. Apalagi, diikuti gejala infeksi lain, seperti demam, diare, batuk, dan pilek.

Kondisi lebih parah bagi penderita bila fungsi ginjalnya sudah menurun hingga 50 persen. Jika ini yang terjadi, tingkat kematian penderita menjadi tinggi. Analisis awal menyebutkan, para penderita gagal ginjal akut tersebut tidak terindikasi terinfeksi Covid-19.

Berarti ada penyebab lain jika demikian. Ternyata, kasus serupa di Indonesia juga dialami di dua negara lain, yakni Gambia dan Bangladesh. Di Bangladesh, sebagaimana dilaporkan WHO, kasus serupa terjadi akibat penggunaan obat.

 
Saat fungsi ginjal terganggu, berimbas pada kinerja organ lain. Terganggunya metabolisme ginjal dicirikan oleh frekuensi buang air kecil dan jumlah urine yang sedikit.
 
 

Karena itu, Kemenkes mengambil tindak kewaspadaan dengan memerintahkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk sementara tidak meresepkan obat-obatan dalam bentuk cair atau sirup bagi anak-anak.

Tindakan preventif juga dilakukan dengan perintah Kemenkes agar apotek tak menjual obat bebas dan/atau bebas terbatas dalam bentuk cair atau sirup. Saran ini merupakan langkah antisipasi hingga penelitian tuntas menemukan akar penyebabnya.

Toh, alternatif lain bisa dilakukan untuk pengobatan anak-anak yang gejala demam, tanpa mengonsumsi obat dalam bentuk cair atau sirup, misalkan tablet, kapsul, atau suppositoria (anal).

Untuk mengungkap penyebab kasus gagal ginjal akut pada anak ini, kerja sama yang baik antara tenaga kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, penderita dan orang tua penderita, hingga masyarakat harus dilakukan.

Saling memberikan informasi tentang riwayat mengonsumsi obat, penting diteliti untuk menemukan penyebabnya. Pada saat bersamaan, edukasi gencar tentang hal ini harus dilakukan kepada masyarakat luas.

 
Saling memberikan informasi tentang riwayat mengonsumsi obat, penting diteliti untuk menemukan penyebabnya. Pada saat bersamaan, edukasi gencar tentang hal ini harus dilakukan kepada masyarakat luas.
 
 

Semua tenaga kesehatan mesti bergerak mengedukasi masyarakat untuk sementara waktu ini, hingga hasil penelitian mengungkap penyebab kasus tersebut. Semua ini dilakukan agar kematian anak-anak karena gagal ginjal akut tidak terus bertambah.

Sosialisasi secara masif menjadi penting karenanya. Dengan tujuan, kesimpangsiuran dan kegelisahan masyarakat tidak berkelanjutan. Kepanikan dan ketakutan berlebihan juga tidak bagus bagi psikologis masyarakat. Namun, kewaspadaan berbasis pada ilmu pengetahuan terus digaungkan.

Di sisi lain, pemerintah mesti serius melakukan investigasi kasus ini. Semua pihak berkepentingan dengan pengungkapan kasus mesti dilibatkan secara koordinatif. Jangan menunggu lama hingga terungkap, dengan hasil investigasi yang akurat.

Korban berjatuhan karena gagal ginjal akut mesti disetop dengan penanganan medis yang maksimal. Kelangsungan hidup satu jiwa saja generasi kita sangatlah berharga. 

Gerakan “Literasi Umat” merupakan ikhtiar untuk memudahkan masyarakat mengakses informasi. Gerakan bersama untuk menebarkan informasi yang sehat ke masyarakat luas. Oleh karena informasi yang sehat akan membentuk masyarakat yang sehat.

Donasi Literasi Umat